Adhita Queennesya

3.1K 347 4
                                    

Dhita POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dhita POV

Terjebak bersama ibu-ibu sosialita bukan lah hal yang menyenangkan buat gue. Apalagi kalau mereka sudah menanyakan ini itu tentang gue. Jodoh jodohin anaknya sama gue. Ewh, mereka pikir gue mau?

Ah, rasanya gue mau mengutuk mama yang justru menghilang entah kemana. Ini benar-benar ngebuat gue kesal.
Tapi, sedikit lega karena akhirnya ibu-ibu rempong itu pergi menyapa teman-teman lainnya yang baru berdatangan.

Gue memilih untuk menepi ke pinggir dan membawa cupcake serta jus jeruk. Kalau udah ngilang gini, mama pasti lupa kalau dia bawa anaknya.

"Dhita!! Kamu mama cari kemana-mana taunya ada disini." Mama menghampiri gue dan berkacak pinggang dengan kesal.

"Ya abis mama ninggalin aku, udah mana panas, yaudah aku minggir aja." Gue mengerucutkan bibir tidak terima.

"Yaudah maafin mama. Nah Jeng, kenalin ini anak aku, Dhita"

Gue sampai nggak sadar kalau dibelakang mama ada orang.

"Dhita, kenalin ini tante Tiffany sahabat seperjuangan mama waktu SMA." Mama menarik tangan gue lebih dekat.

"Halo tante, aku Dhita." Gue menyalami tante Tiffany yang tersenyum membuat matanya menghilang. Eye smilenya sangat cantik.

"Wah anak kamu cantik banget Yun. Kayak kelinci, ih aku gemes. Dulu terakhir tante ketemu kamu tuh waktu kamu masih sd. Sekarang kamu berubah banget ya." Tante Tiffany nyubit pipi gue. Kenapa harus kelinci sih. Mau marah tapi, liat tante Tiffany yang cantik banget dengan eye smilenya ngebuat gue mau gak mau mempertahankan senyum gue.

"Hehe makasih tante." Gue mengusap pipi gue yang sedikit memerah.

"Iya dong anak aku! Eh ngomong-ngomong Jef kemana Tif?"

"Eh iya kemana ya? Harusnya sih udah dateng sehabis markir mobil." Tante Tif menoleh kanan kiri mencari orang yang mereka sebut tadi.

"Mi." Seorang pria berlari pelan menghampiri kita.

"Kamu kok lama sih Jef." Tanya Tante Tiffany mengusap lengan pria itu.

"Halo tante Yun, apa kabar?" Tanya pria itu pada Mama dengan senyum yang membuat dimplenya terlihat.

"Baik. Kamu tambah tinggi aja ya Jef." Mama membalas dengan senyum lebarnya. Kebiasaan mama kalau udah seneng banget sama orang. Pasti dikit lagi mama bakal banding-bandingin gue sama anaknya tante Tif, yang awalnya gue pikir tadi suami mudanya. Hahaha.

"Jef, kenalin ini Dhita, anak tante Yuna. Cantik kan?!" Ucap Tante Tif mengenalkan gue sama anaknya.

"Hai, gue Jeffrey." Ucapnya masih dengan senyumnya mejulurkan tangan untuk bersalaman.

"Dhita." Gue balas ulurannya dengan malas. Kenapa dia harus nampakin wajah kayak gitu? Gue yakin nih orang jaga image depan mama. Keliatan banget kalau itu cowo fakboy.

"Eh ayo-ayo kita duduk!" Mama lebih dulu memimpin untuk kita duduk. Melanjutkan obrolan yang nggak gue ngerti dengan tante Tif. Melupakan eksistensi gue dan Jef di sini.

Gue lirik sekilas ke depan dimana Jef duduk sibuk dengan ponselnya. Nggak ada yang bisa gue ajak ngobrol. Benar-benar situasi yang nggak gue suka.

Akhirnya gue milih buat menyibukan diri dengan makan cupcake yang gua bawa. Memang makan adalah hal terbaik buat ngalihin rasa canggung. Gue nggak peduli lagi sama situasi.

"Dhit! Sayang! DHITA!" Gue menjerit kaget saat mama mencubit paha gue, mengalihkan gue dari cupcake yang sedari tadi gue makan.

"Aaa mama kenapa nyubit sih!" Rengek gue mengusap paha gue, walaupun kecil tapi cubitan mama tuh pedes banget.

"Abisnya kamu dipanggil dari tadi nggak nyaut-nyaut, malah asik makan." Mama mengomel sambil menjauhkan cupcake dari jangkauan gue. Gue berdecak kesal melihatnya.

"Dhita lucu banget ya." Kekeh tante Tif sambil mengusap sudut bibir gue yang mungkin ada krim. "Jadi kamu kuliah di Neo city juga?" Lanjutnya bertanya sama gue.

"Ohh iya tante, aku kuliah disana ambil jurusan komunikasi." Ucap gue cengiran melupakan apa yang baru saja terjadi.

"Wah berarti benar. Jef juga kuliah disana. Nanti kaliam bisa berangkat bareng! Iyaa kan Jef?" Ucapan tante Tiffany membuat gue bingung dan kaget.

'Hah, apa-apaan berangkat bareng. Gue jadi curiga nih ibu-ibu lagi ngerencanain sesuatu.'

"Boleh banget tuh. Apalagi Dhita kan nggak bisa naik mobil atau motor. Selalu naik bus atau minta anter Pak Ujang. Jef mau kan?" Ucapan mama ngebuat gue memanyunkan bibir.

"Iya tante. Mungkin nanti kalau ada jam kuliah yang sama, Jef bisa jemput Dhita." Ucapan Jef ngebuat gue tambah merengut sebal. Berbeda dengan mama dan tante Tiffany yang senang banget.


🖤🖤🖤


Sekarang gue benar-benar harus kejebak di dalam mobil bersama si Jef Jef ini. Siapa lagi kalau bukan mama dan tante Tif yang merencanakannya.

Berawal dari mereka yang merencakan pergi menghabiskan waktu berdua mengenang masa-masa SMA. Dan berakhir gue yang disuruh pulang dengan diantar Jef. Sial banget hari minggu gue.

"Rumah lo di komplek Daisy block apa?" Tanya Jef dengan suara dinginnya dan tak mengalihkan tatapan dari kemudinya.

"Turunin gue di depan komplek aja. Gue mau mampir ke minimarket."

"Hmm" Jef membalas ucapan gue cuma dengan deheman. Benarkan kata gue, dia ini cuma jaga image depan mama. Cih apa-apaan.

Mobil Jef berhenti di depan minimarket. Dan gue segera keluar dari mobil menuju minimarket. Pokoknya gue mau beli cemilan yang banyak, gue mau balas dendam karena rencana gue buat males-malesan hancur sudah.

Gue keluar dari minimarket dengan senyum mengembang, tapi senyum gue langsung luntur liat Jef yang masih menunggu di luar mobil sambil memainkan ponselnya.

"Kok lo masih di sini?" Gue menghampirinya dan membuat dia menatap gue dengan datar.

"Ya nganter lo pulang lah, apa lagi?"

"Gue bisa--"

"Kalau gue nggak anter lo sampai rumah, mami bisa ngamuk. Jadi lo buruan masuk!" Ucapan gue dipotong dan Jef segera memasuki mobil.

'Ck nyebeliin' Gue menghentakkan kaki kesal dan segera masuk ke dalam mobil lagi.

"Rumah gue di Block C nomor 10." Ucap gue setelah mobil Jef memasuki kawasan komplek.

Jef memberhentikan mobilnya tepat di depan rumah. Gue segera turun dan tak lupa mengucapkan terimakasih. Gini-gini gue masih tau sopan santun, ya walapun nggak dibales sama Jef dan dia langsung melajukan mobilnya kembali. Hhh dia ternyata yang nggak sopan.

___








Oh iya kayaknya di setiap chapter aku bakalan nyantumin gambar pakaian atau atau gambar lain yang dibutuhin. Biar tambah nge-feel gitu heheh

Hello Tomorrow ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang