Jeffrey membuka mata saat cahaya matahari mulai masuk melalui celah jendela kamar apartemen. Memandang sebentar wanita disampingnya yang masih terlelap dengan mulut terbuka sedikit dan dengkuran halus.
Jeffrey bangkit dari tidurnya, menyelimuti kembali Dhita dan segera ke kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.
Dhita? Iya Dhita. Semalam, setelah Johnny mengirimnya pesan bahwa tidak ada orang di rumah Dhita, Jeffrey memutuskan membawa Dhita ke apartemennya. Menggendong Dhita dari basement ke lantai kamarnya. Tenang saja, ia tidak berbuat macam-macam pada Dhita, hanya tidur seranjang karna ia tidak mau mengambil resiko badannya akan sakit kalau tidur di sofa.
Jeffrey keluar dari kamar mandi hanya memakai celana training hitam tanpa atasan. Disana, Dhita sudah bangun mengumpulkan nyawa duduk di atas kasur.
"Udah bangun? Mandi dulu Dhit." Ucapan Jeffrey hanya dibalas gumaman oleh Dhita.
"Dhit." Jeffrey berdiri di samping Dhita saat wanita itu menutup mata kembali.
"Iya pa, nanti Dhita mandi." Ucap Dhita dengan suara khas bangun tidurnya.
Jeffrey terkekeh dan segera duduk di hadapan Dhita. "Coba buka matanya dulu." Ia mengangkat dagu Dhita.
Perlahan Dhita membuka matanya, mengerjapkan matanya dengan lucu.
"HUAAA! LO.. JEFFREY LO NGAPAIN DI KAMAR GUE?!" Dhita berteriak menutup matanya saat melihat Jeffrey shirtless."Kamar lo?" Jeffrey bangkit dari duduknya ke arah lemari, mengambil kaus untuk dipakainya.
Dhita melihat sekeliling, ini bukan kamarnya. "Jef..." Panggil Dhita dengan suara pelan. Ia memeriksa tubuhnya, syukurnya ia masih memakai pakaian semalam.
"Nggak usah mikir aneh-aneh. Mandi sana, di lemari pojok ada baju kaka gue, lo bisa pake." Setelah mengucapkannya, Jeffrey keluar dari kamar.
Dhita merutuki dirinya, kalau ia tidak tertidur mungkin tidak akan seperti ini ceritanya. Dhita segera beranjak untuk mandi, sebelum itu ia mebawa baju kaka Jeffrey terlebih dulu.
🖤🖤🖤
Dhita keluar dari kamar Jeffrey dengan memakai celana pendek dan kaus yang sedikit kebesaran. Berjalan ke arah dapur dimana Jeffrey berada. Di meja makan sudah terdapat makanan delivery."Makan dulu, baru gue anter lo pulang." Ucap Jeffrey, ia berdecak saat Dhita masih berdiri "Duduk Dhita."
Dhita segera duduk di hadapan Jeffrey "Sorry."
Jeffrey menautkan alis bingung. "Sorry? For?"
"Gue ngerepotin lo semalem." Dhita mengigit bibir khawatir.
Jeffrey menghela napas, meletakkan piring berisi makanan dihadapan Dhita. "Makan dulu."
Dhita melirik Jeffrey yang sudah makan dengan tenang, ia mengambil sendok dan segera memakan makanannya dengan bibir mengerucut kesal.
Setelah selesai sarapan tadi, Jeffrey izin mengangkat telfon dengan Dhita agar menunggunya sebentar. Dhita menunggu dengan bosan, pasalnya sudah setengah jam Jeffrey belum keluar juga dari kamar.
"Ayo." Jef keluar dengan wajah menahan marah mungkin, itu yang Dhita lihat.
Berjalan berdua di lorong yang sangat sepi, membuat suasana sangat canggung. Dhita sesekali melirik Jeffrey di sampingnya yang menggenggam tangannya, tidak ada niatan diantara mereka untuk memecah keheningan.
"Kita naik motor gapapa kan?" Tanya Jeffrey sesampainya mereka di basement
"Gapapa." Jawab Dhita segera menaiki jok belakang motor.
"Kenapa berhenti?" Tanya Dhita bingung karena Jeffrey memberhentikan motor sebelum pintu keluar apartemen.
Jeffrey menghela napas kasar saat melihat beberapa orang dengan motor besar berada di depan gedung apartemennya.
Jeffrey menoleh ke belakang. "Dengerin gue. Lo gue anter ke rumah gue dulu, karena kalau gue anter lo ke rumah pasti gak aman. Pegangan, gue mau ngebut. Jangan tanya apa-apa dulu. Nanti gue jelasin." Jeffrey membawa tangan Dhita agar memeluknya.
"Tapi kenap--" Belum selesai Dhita berbicara Jeffrey sudah menancapkan gas dengan kecepatan di atas rata-rata.
"Jef." Dhita mengeratkan pelukannya pada Jeffrey, jantungnya serasa ingin copot dari tempat.
Motor Jeffrey melaju dengan cepat, sesekali ia melihat spion, di belakangnya orang-orang itu masih mengejar. Menambah kecepatan motornya lagi, ia menerobos lampu merah sehingga banyak kendaraan yang membunyikan klakson.
Jeffrey mengumpati orang-orang yang mengejarnya, berbelok kekiri lalu memutar balikan motornya kembali. Komplek rumahnya sudah di depan mata, ia menambah kecepatan motor lagi. Orang-orang di belakangnya sudah tidak terlihat.
Motor berhenti tepat di depan rumah Jeffrey, ia membunyikan klakson dan pagar rumahnya terbuka. Jeffrey melepas helmnya, di belakangnya Dhita masih mengeratkan pelukan, terdengar isakan dari gadis itu.
"Dhita." Jeffrey mengguncangkan badannya, tapi Dhita masih mempertahankan dirinya, menenggelamkan wajah di pundak Jeffrey.
"Dhit, ayo turun." Jeffreymencoba melepaskan tangan Dhita, namun gadis itu semakin mempereratnya.
"Hiks.. Jef s-sialan.. Hiks."
"Sorry, sorry. Kita turun dulu dari motor yuk." Jeffrey memegang tangan Dhita yang dingin.
"Gak b-bisa hiks.. Geme-teran hiks.." Ucapan Dhita membuat Jeffrey terkekeh.
"Yaudah, tangan lo lepas dulu." Jeffrey melepas tangan Dhita, mengangkat dagu gadis itu. Mata Dhita sembab karena menangis, air matanya masih mengalir, hidungnya pun memerah.
Jeffrey memegang bahu Dhita, ia lebih dulu turun dari motor. Melepas helm Dhita dan menaruhnya di motor. Membantu Dhita turun dari motor yang masih dengan isakan kecil. Wanita itu memeluk Jeffrey, menenggelamkan wajahnya pada dada bidangnya. Kemudian ia menuntun Dhita untuk memasuki rumahnya.
"JEFFREY--" Belum sempat memasuki rumah, Tiffany sudah berkacak pinggang di depan pintu rumah.
"Mi, pelan-pelan dong ngomongnya, gak usah teriak gitu." Jeffrey menaruh telunjuknya di depan bibir sang ibu.
"Ya abis kamu pulang-pulang bawa cewe gini. Itu kenapa dia nangis?" Tiffany menyingkirkan tangan anaknya dengan kasar.
"Gini mi... Jef minta tolong ya. Eung gini.. Jagain Dhita dulu ya mi sebentar, soalnya Jef ada perlu sebentar. Nanti Jef balik lagi kok. Ya ya?" Jeffrey menatap sang ibu dengan salah tingkah.
"Apa kamu bilang? Dhita? Dhita anaknya Yuna?" Tiffany menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Dhita.
"ASTAGA JEFFREY KAMU APAIN DHITA?!" Tiffany memukul lengan Jeffrey cukup keras.
"Aduh mi, sakit." Jeffrey menahan tangan sang ibu. "Nanti Jef jelasin, tapi Jef titip Dhita dulu ya." Pintanya dengan memelas.
"Dhita, lo disini dulu ya. Nanti gue balik lagi anter lo pulang." Jeffrey melepaskan pelukan Dhita, menangkup pipi gadis itu yang memerah karena menangis.
"Mi titip ya, Jef pergi dulu." Jeffrey memberi Dhita pada sang ibu, lalu segera menuju motornya kembali.
"HEH JEFFREY! AWAS YA KAMU. ANAK NAKAL."
"JANGAN TAURAN LAGI KAMU!"
"NGGAK JANJI MI."
___
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Tomorrow ✔
Hayran Kurgu●Jaedo Kegemasan kisah Jeffrey dan Dhita yang tak pernah akur. ... Dhita yang membenci Jef di awal pertemuannya. Dan Jef yang perlahan menyukai gadis kelinci itu, dengan berbagai cara untuk meluluhkan hati Dhita. Awal pertemuan mereka adalah di acar...