Terpana

396 30 6
                                    


      
      Kessa mengeluarkan sepeda motor listrik dari garasi rumah. Jarak dari rumah ke sekolahnya cukup jauh, hingga perlu alat transportasi pribadi biar ga begitu ribet untuk menyokong aktivitasnya itu. Ga mungkin banget seorang cewek jalan kaki sendirian menyelusuri trotoar menuju sekolah karena akan jadi perhatian yang cukup menyolok dan tentu saja itu sangat tidak menyenangkan saat itu jadi bualan-bualan menjengkelkan.

      Menyisakan waktu yang tinggal beberapa menit, Kessa harus bergerak cepat. Kessa tak bisa menyia-nyiakan begitu saja waktu yang tersisa. Memang dirinya bakal terlambat, tapi setidaknya tidak membuat lebih panjang lagi urusan nanti. Kessa melarikan sepeda motornya secepat mungkin. Sepanjang perjalanan Kessa tidak lagi bertemu dengan teman sekolahnya, juga tak ada waktu untuk melihat ke sekeliling jalanan menuju sekolah itu yang biasa dilakukan bersama teman. Kebiasaan rutin setiap pagi menuju sekolah. Bersama teman sekolah, mereka biasa membicarakan persiapan sekolah atau hal-hal yang cukup menarik atau sekedar membicarakan berita yang lagi viral di lingkungan remaja dan sekolah.

      Sampai di pintu gerbang sekolah kessa sedikit lega karena beruntung pintu gerbang terlihat masih terbuka dan petugas yang menjaganya sudah siap-siap hendak menutupnya. Kessa memasuki halaman depan tanpa banyak kesulitan, hanya perlu melempar senyum pada petugas jaga yang tampak bengong saat Kessa hendak melewatinya. Petugas itu baru menyadarinya ketika Kessa sudah terlanjur melewatinya.

      "Sebaiknya jangan membebaniku dengan menambah daftar masalah," ujar Kessa sebelum petugas itu angkat bicara. Memang tugas seorang penjaga untuk membantu mendisplinkan siswa agar mematuhi jam memasuki area sekolah, tapi tak ada yang bisa melarang seseorang untuk menuntut ilmu sekalipun sudah terlambat.

      Petugas itu hanya menggelengkan kepala, tak bisa berbuat apa-apa selain diam dan membiarkan Kessa memasuki halaman sekolah. Memberhentikannya adalah tindakan yang sia-sia karena Kessa sudah menarik gas motor maticnya secepat kilat dan terlanjur jauh untuk dikejar dengan berlari. Kessa bersyukur menerima suatu keberuntungan kecil yang tak terduga itu. Awal yang baik dan berharap itu akan terus berlanjut. Kessa segera melarikan motornya menuju parkiran motor.

      Beberapa lama kemudian Kessa sudah berada di koridor salah satu bangunan sekolah itu. Keadaannya koridor itu sudah sepi karena semua siswa sudah memasuki kelas masing-masing. Kessa merasa berjalan melewati tempat itu seperti berada di sebuah koridor balai sidang untuk mengikuti suatu persidangan.

      Berdiri di samping pintu ruang kelas, Kessa tertegun sesaat guna menguatkan diri untuk menghadapi langkah selanjutnya. Pintu itu keadaannya terbuka dan selalu terbuka untuk menerima siapa saja yang hendak menuntut ilmu. Walau di sana kesan baik, tetap saja keterlambatannya jadi siksaan tersendiri. Kessa harus siap menerima segala macam resiko termasuk menerima hukumannya.

      Kessa akhirnya memberanikan diri mengucap salam dan memasuki ruang kelas itu dengan membawa rasa bersalah yang nyaris tak bisa berbuat apa pun untuk memperbaikinya. Semua mata yang berada di ruangan itu serentak memandang ke arah Kessa. Kini Kessa yang bagai terpidana siap berjalan menuju kursi pesakitan untuk diadili. Segala resiko atas kesalahannya telah siap untuk diterima. Keputusasaan tak bisa berbuat apa-apa selain harus menerima konsukwensinya.

      Kessa melangkah pelan memasuki ruang kelas. Benar saja Kessa pun mendapati suasana hati yang kurang menyenangkan. Semua mata dalam kelas itu tertuju padanya. Kessa mendadak jadi pusat perhatian saat langkah kecilnya mulai memasuki kelas. Suatu siksaan kecil yang harus dia jalani. Tentu saja siapa pun tak menginginkan suatu kesalahan sekecil apa pun dan Kessa tak perlu untuk berlutut untuk sekedar memperlihatkan penyesalannya.

      Guru yang mengajarnya tampak terkejut sebelum akhirnya tersenyum kecut. Entah tersenyum menyambut kedatangannya dengan senang hati atau itu hanya sekedar basa-basi sebelum mengambil keputusan besar. 'Gubrak!' terdengar suara mengejutkan dari bangku salah seorang murid laki-laki yang berada di deretan samping. Seorang murid laki-laki yang tak cukup dikenal. Dia adalah murid pindahan yang sudah hampir sebulan menempati salah satu bangku di kelas itu.

Unlucky GiRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang