Matahari sudah cukup tinggi saat Kessa hendak melewati pintu pagar halaman sekolah. Pagi itu Kessa tampak terburu-buru memanfaatkan waktu yang tersisa agar tidak kembali terlambat untuk kedua kalinya berangkat ke sekolah. Teringat bagaimana keadaan dirinya semalam sebelum tidur. Kessa merasa tubuhnya sangat lelah setelah seharian bepergian keluar kota untuk sesuatu yang ternyata sia-sia. Perjalanannya tidak membawa hasil. Kini Kessa harus kembali menghadapi kenyataan memilukan karena terlambat bangun di hari senin. Awal yang seharusnya baik.
Tiba beberapa meter dari pintu gerbang masuk halaman depan sekolah Kessa sedikit turun nyalinya. Beruntung petugas security yang menjaga pintu gerbang mau baik hati membuka kembali pintu itu saat melihat kedatangan Kessa. Ya, petugas security tampaknya cukup jeli melihat kegalauan Kessa yang terlambat memasuki gerbang sekolah dan dia tidak mau berdebat untuk sesuatu yang tak diyakini dengan pasti itu merupakan sebuah kesalahan besar. Hanya masalah disiplin yang tentu saja penting namun baginya sepanjang itu tidak merugikan orang lain, apa salah jika suatu ketika di beri kelonggaran demi membantu memberikan dorongan moril untuk seseorang yang tampak sungguh membutuhkan. Kessa senang mendapati perlakuan yang berbeda. Mungkin untuk hal yang tidak mempengaruhi langsung takdir besar, Kessa cukup beruntung hari itu. Di pagi hari jadwal pertama adalah upacara bendera. Beruntung upacara bendera belum di mulai. Murid-murid baru saja merapikan barisannya di lapangan basket di halaman belakang sekolah. Kessa langsung masuk dan berdiri di barisan belakang.
Upacara bendera berjalan dengan tertib dan penuh khidmat. Kepala sekolah dalam pidatonya telah mengucapkan rasa ikut berduka atas musibah yang menimpah salah satu muridnya. Beberapa menit berlalu kegiatan upacara bendera pun selesai. Barisan murid-murid yang semula berdiri rapi kemudian membubarkan diri dengan tertib dan semua murid berjalan menuju kelas masing-masing. Dalam kerumunan murid-murid yang sedang menuju kelas tampak Ayana berjalan cepat mendahului beberapa murid untuk dapat mengiringi Kessa.
"Kess, beberapa murid membicarakan kecelakaan itu dan aku sudah mendapatkan beritanya untukmu?" Ujar Ayana begitu tiba di samping Kessa.
Kessa terlihat dingin, seolah tak begitu terusik dengan apa yang diucapkan Ayana.
"Kecelakaan itu hanya sedikit menyederai Pedro. Tapi tak bisa dielakkan takdir yang menimpa pacarnya. Dia yang mendapat cidera cukup parah dan membuatnya harus istirahat untuk waktu yang cukup lama di tempat tidur," lanjut Ayana. "Hari ini Pedro terlihat masuk sekolah."
Kessa hanya diam tak bergeming. Walaupun pada hari sabtu kemarin Pedro bertingkah cukup menjengkelkan, tapi sejujurnya lega rasanya mendengar kecelakaan itu hanya sedikit mencederai Pedro. Namun Kessa belum melihat kehadiran sosok cowok itu di sekolah. Mungkin karena keterlambatan datang ke sekolah membuat Kessa berada di barisan belakang saat mengikuti upacara bendera dan saat barisan bubar, Kessa berjalan di kerumun paling depan. Mungkin Pedro berada di belakang karena masih harus melayani ucapan turut berduka yang datang dari murid-murid dari kelas lain, bahkan mungkin dari para guru. Namun demikian Kessa tak mau menanyakan keberadaan Pedro pada sahabatnya itu.
Langkah para murid mulai memasuki ruang kelas. Kelas yang tadinya kosong dan sepi kini jadi terisi dan mulai riuh oleh gelak tawa suara murid-murid yang bersenda gurau. Beberapa saat kemudian Pedro memasuki kelas. Pedro murid terakhir yang memasuki kelas. Pedro memasuki kelas dengan langkah kaki yang berat. Mungkin karena pikirannya yang masih terbebani akibat tragedi yang menimpa dirinya dua hari yang lalu. Begitu memasuki kelas, pandangan Pedro langsung mengarah ke Kessa dan mengakhirinya saat langkahnya hendak memasuki ruang di antara barisan bangku yang memanjang ke belakang. Kessa melihat itu sebagai sesuatu yang tak terelakkan. Menyisakan kesedihan yang masih akan terasa hingga beberapa hari ke depan nanti. Ucapan turut berduka dari teman-teman sekelas mungkin sudah mengalir mendahului dari murid-murud dari kelas lain sejak dari tadi pagi.
Kessa hanya bisa turut bersedih lewat pandangannya yang sayu dan di akhiri hembusan nafas yang terasa sesak. Sementara beberapa teman yang berada di sekitar bangku Pedro mencoba bersikap baik dengan cara berusaha menghibur cowok itu.
"Kau tak perlu melakukannya?" Ujar Ayana usai memperhatikan usaha teman-teman sekelas yang berada di belakang sana dan melihat sikap dinhin yang masih terlihat pada diri Kessa.
Kessa masih dengan sikap dinginnya. Hingga akhirnya seorang guru memasuki kelas. Tiba waktunya untuk menghapus kenangan yang melipur lara, mengganggu pikiran agar bisa konsentrasi mengikuti pelajaran yang akan segera dimulai.
ooOoo
Bel tanda waktu beristirahat telah berbunyi. Lega rasanya setelah beberapa jam lamanya murid-murid harus berkonsentrasi penuh, menguras pikiran untuk memahami pelajaran apa yang sudah didapat."Akhirnya sebagai penutup pelajaran saya hari ini ada pesan yang harus kalian pelajari bahwa kita semua harus menjaga kesopanan. Kearifan dalam bertindak dalam menghadapi suasana apapun," tegas guru itu menutup pelajarannya sebelum para murid beranjak dari tempat duduk.
Beberapa murid segera memberi salam yang diucapkan secara serentak sebelum mereka benar-benar bangun dari bangku tempat duduk untuk selanjutnya melangkah menuju pintu untuk keluar dari kelas dengan tertib.
"Aku akan menunggumu di kantin," ujar Ayana seraya bangun dari duduknya dan melangkah berbaur dengan murid lain untuk pergi ke kantin sekolah.
Ruang kelas itu mulai sepi di tinggal guru dan para murid. Hanya menyisakan Kessa dan Pedro yang masih duduk di bangku belakang, dua deretan samping kiri dari bangku Kessa. Kessa pun akhirnya bangun dari tempat duduk, menyusul Pedro yang berada di belakangnya. Di ambang pintu mereka bertemu karena Kessa memang langkah kakinya lebih lambat dari Pedro. Mereka lalu bersama-sama berjalan menuju kantin yang berada di belakang dari bangunan sekolah.
"Aku tahu dalam hati kecilmu tak mengharapkan sesuatu yang buruk terjadi pada siapa pun," ucap Pedro lirih pada Kessa setelah mereka berjalan bersama beberapa langkah jauhnya.
Kessa hanya diam, tak segera menyahuti.
"Beberapa kejadian mungkin tidak ada sangkut pautnya dengan hidup seseorang, Jangan merasa bersalah karena memang mungkin itu yang harus terjadi. Tanpa melibatkan orang lain..., itu sudah terjadi," ucap Pedro lagi. "Maafkan aku yang sudah menduga hal yang kurang baik tentangmu".
"Tidak apa-apa. Aku tidak menyalahkanmu," ucap Kessa lirih. "Aku hanya kurang mengerti tentang pesan yang disampaikan guru saat closing tadi."
"Ya. Mungkin beberapa orang kurang cocok menjalani profesinya sebagai seorang guru," serga Pedro. "Mereka hanya mengajarkan kerendahan hati, tapi tidak memberinya keberanian dalam bertindak benar untuk situasi yang berbeda. Seorang guru juga harus memiliki kemampuan membaca kendala yang bakal dihadapi para muridnya di kemufian hari dan menyiapkannya dengan ilmu yang tepat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unlucky GiRL
Fiksi RemajaKessa mencoba bertahan di kelamnya jalan. Dalam balutan kisah yang mengharu biru, semampunya berdamai, bertingkah gila menghadapi hari-harinya yang diliputi kesialan. Melalui prosesnya, Kessa terpaksa berjuang keras meredamkan kekuatan supernatural...