Andrew duduk di meja makan. Satu tangannya menjadi penopang dagu kala memerhatikan Seungkwan yang sibuk bolak balik di dapur.
Bukan, bukan aneh melihat maminya masak.
Andrew aneh karena Seungkwan yang biasanya hanya bernyanyi nyanyi random kalau sendirian disana tapi sekarang malah cerewet."Ish Bononie palllii ini keburu mendidih!"
"Cobain dong, Bononie."
"Aaaaa Kwanie kena panas, Bononie!!"
Ah, Andrew sekarang tau.
Mami nya mendadak manja kalau papi di rumah."Mom, you used to do it alone in the kitchen. Why suddenly-?"
"Kkkk~ aniya, Drew.
Mommy kamu biasanya memang seperti ini."Huh?
Jadi mana yang benar?
Seungkwan yang biasanya manja atau Seungkwan yang biasanya mandiri?Molla, Andrew tidak tau.
--
"Bononie, ireonaaa. Ada suara aneh di luar."
"Bononie, sepertinya Kwanie lapar."
"Bononie."
"Bononie."
"Bononiiiee!"
Yap. Bagi Seungkwan, Vernon sudah seperti pusat tata surya. Tidak ada waktu sehari tanpa memanggil suaminya bahkan untuk hal sepele sekali pun.
Clingy, they said.
Entah karena bawaan bayi, atau memang sifat Seungkwan aslinya begini, Vernon tidak peduli.
Dia suka memanjakan sang istri."Bononie, Kwanie boleh mampir tempat belajarnya nyonya Hong lagi nanti?
Sepertinya Kwanie suka belajar.""Wae? Inggrismu sudah lumayan, untuk apa-?"
"Ish no no no! Nanti bagaimana Kwanie mendidik uri aegi kalau tidak lancar bahasa sini?!"
"..kau serius mau tinggal di NY sampai dia lahir?"
Seungkwan mengangguk mantap. Tak sadar kalau pandangan Vernon jadi sedikit melembut, tangannya terangkat untuk menggenggam telapak tangan sang istri. Diusapnya seraya menasehati keputusan tersebut.
"Besok aku sudah harus kembali bekerja."
"Ara. Bononie kan semalam bilang. Makanya Kwanie minta izin buat ke sana supaya-"
"Iya, tau. Kau bosan kalau sendirian di rumah."
"Hehe."
"Yakin, tidak ingin kembali ke Korea saja, hum?"
Siapa yang tidak rindu kampung halaman? Keluarga? Dan juga makanan sana?
Tentu Seungkwan ingin, tapi kembali ke keadaan sekarang. Terlalu berisiko kalau naik pesawat selama belasan jam dalam tubuh seperti ini. Mungkin suaminya bisa melakukan apa saja demi mengantisipasi, tapi Seungkwan terlalu sayang si bayi.
Makanya dia menggeleng. Tersenyum manis seraya membalas usapan pria di depannya."Kapan-kapan saja kita kembali ke Korea, kalau pangeran sudah bisa diajak bepergian."
"Kkk~ pangeran?"
"Ih, kok ketawa?!
Kan Bononie sendiri yang bilang katanya uri aegi laki-laki?!""Iya, iya. Pangeran.."
Usia dua bulan kandungan memang belum bisa memastikan betul atau tidaknya tebakan Vernon. Tapi ia ingin bekerja dengan tenang, makanya berusaha percaya dengan naluri sendiri.
Ah, benar juga.
"Boo."
"Ne?"
"Minggu depan cek ke rumah sakit sama Shua hyung saja, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
✓And Drew The Destiny [VerKwan BxB]
FanfictionBisakah takdir digambarkan dengan rangkaian kata demi kata? Tentu bisa. Warn! BxB Mpreg Less than 1000 words per chap. Have u read my 'Home' drabble before? Read that first, to get to know this couple. Tapi ga wajib juga sih haha. Disclaimer! Pictu...