Pertama

13.4K 1.7K 373
                                    

"I wanna take a bath."

Pamit sang anak, dengan wajah datar meninggalkan papi maminya yang masih adu tatap seakan sedang bertelepati.

"Tuh, Andrew sudah pergi. Jadi aku bebas sekarang."

"Iya bebasnya sekarang! Jangan di depan anak bicara hal hal seperti itu aishhh kau mengotori telinganya!"

"Um... Kan aku mau cerita tentang bagaimana kita mendapatkan Andrew.. Tentang bagaimana kamu yang bekerja keras menjadi seorang mami demi Andrew. Jadi harus detail-"

"Kwanie pukul, mau?!"

--

Minggu tenang. Seungkwan tidak pernah tau betapa hecticnya jadwal Vernon sampai cuti sang kekasih berakhir hari ini.

Pukul 4 pagi. Decit lemari membuatnya terbangun dari tidur dan terpaksa membuka mata dalam diam. Memperhatikan bagaimana pria tampan itu bergegas memakai kemeja putihnya, mengenakan celana bahan, memasang ikat pinggang, mengikat dasi, dan terakhir, menempelkan pin logam berlambang sayap udara sebagai tanda jabatan.

"Jalsaenggyeotda.."
Bisik Seungkwan entah dalam keadaan sadar atau tidak, yang pasti suaranya membuat pria disana menolehkan kepala seraya tersenyum.
"Kau..mau berangkat sepagi ini?"

"Yup. Liburanku sudah habis."

"Kapan pulang?"

Vernon terdiam. Seketika bibirnya terkatup enggan menjawab.

Pernikahan mereka akan digelar dalam waktu 2 bulan kedepan. Tapi keluarga Boo dan Chwe sudah kembali ke Korea dua hari yang lalu sebab Eunsoo nuna telah beres menyusun berbagai reservasi pernikahan mereka di kota ini.

Mulai sekarang Seungkwan akan hidup sendiri. Di negeri orang. Tanpa kenalan. Tanpa kerabat.
Kekasihnya harus kerja, dan jadwal pulangnya-

"Molla."

-tidak tentu.

"W-wae molla? Maksudmu-?"

"Aku belum bisa ambil jadwal semauku. Aku harus lebih bekerja keras untuk biaya resepsi juga rumah tangga kita nanti."

Kalau dipikir-pikir, benar juga ya.
Darimana uang yang Vernon dapat dalam waktu singkat kecuali dengan menghabiskan waktu di udara?

Pagi siang sore malam.

Semua jadwal ia terima, karena pendapatan dihasilkan per sekali lepas landas.

Semakin sering terbang, semakin banyak uang yang didapat.

"Mianhae. Tapi tenang saja. Penghuni apart sebelah adalah temanku. Dia sudah menikah, orang korea juga.
Kau bisa bercengkrama dengannya kalau bosan."

"..Kau masih sempat mengkhawatirkanku?"

"Aku bahkan masih merasa bersalah karna memaksamu tinggal disini tanpa persetujuan awal, Boo."

Seungkwan terdiam. Lama dia memandang manik indah Vernon sampai akhirnya sebuah dorongan membuat namja manis itu bangun, duduk, menarik tubuh sang pria ke dalam pelukannya.

"Kwanie masih tidak mengerti kenapa kau mau melakukan ini semua untuk orang macam aku.."

"Aish apa-"

"Bononie, saranghae."

Tak ada balasan.

Jelas.

Vernon tak pernah bisa dengan mudah mengungkapkan perasaannya.

Ia juga tak membalas pelukan Seungkwan, bahkan ketika sang kekasih mendusal di perut ratanya, dia hanya menjulurkan tangan guna mengambil jas yang tergantung di tembok. Membuka kancingnya satu persatu, kemudian melampirkannya di punggung polos Seungkwan.

✓And Drew The Destiny [VerKwan BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang