"Vernon-ssi."
"Aku tau kamu mau marah, tapi nanti ya. Jangan depan anak."
Seungkwan cuma bisa melayangkan tatapan tajam selain pergi membawa koper milik suaminya dan menempatkan benda tersebut di tempat semula.
Tak bisa protes walau ingin. Ditatapnya lagi pria berseragam di sana, lalu menghela nafas pasrah.
Andrew memeluk ayahnya dengan erat. Terisak di pundak, tak membiarkan Vernon bergeser barang selangkah menyebabkan pria dewasa itu harus membatalkan jadwal hari ini.
Tanpa persetujuan Seungkwan, ia telepon atasan. Ambil cuti dadakan. Hanya karena putra kesayangan.
"Hansu-ya. Kita bisa ke rumah sakit sendiri.. biasanya juga gitu kan?"
"N-no.. hiks.
With pa-papi.. no-now.. hiks.""Aigu kenapa manja sekali?
Bononie, dia tidak begini kok kemarin-kemarin..""Iya sayang, aku tau. Bukan salah kamu.. memang usianya sedang manja mungkin."
"..Bononie tidak jadi kerja."
"It's okay. Cuma potong gaji konsekuensinya."
Rasa tidak enak hati semakin merasuki tubuh Seungkwan. Ia merasa tidak becus jadi ibu. Tidak bisa diandalkan. Tapi juga membenarkan kalimat Vernon bahwa Andrew sedang sangat manja belakangan ini. Makanya sampai sakit pun harus membuat sang ayah mengalah pada pekerjaan.
"Mommy..."
"Hhh.. baiklah pangeran. Kita ke rumah sakit sama papi hari ini."
"Ung.. thankyuh.."
"Kwanie mau ganti baju dulu."
Vernon mengangguk, tersenyum simpul membalas tatapan sendu istrinya sebelum kembali mengusap punggung sempit sang anak.
Kalau diingat, dia tadi terlalu bersemangat sekali ya. Tidak pikir panjang lagi dan langsung minta cuti saat Andrew menangis tak mau ditinggal.
Ada secuil kebahagiaan kala tau anaknya sangat membutuhkan pelukan sang ayah di saat seperti ini. Makanya Vernon masa bodo dengan potensi amukan Seungkwan setelah menangkap basah suaminya yang terlalu sembrono membatalkan jadwal.
Padahal Andrew cuma demam biasa.
Tapi yah, namanya juga Seungkwan. Dari dulu, meskipun si anak hanya batuk sekali, ia akan langsung membawanya ke rumah sakit. Demi kesehatan keluarga, seberlebihan itu memang.
Bertahun-tahun mengurus Andrew, Seungkwan sudah biasa menggendongnya sambil berjalan ke dokter. Memangku, memeluknya sampai tidur. Tak pernah meninggalkan pangeran sendirian kalau sudah menunjukkan gejala kurang sehat.
Jadi sebenarnya, bukan Andrew yang manja kalau sakit.
Tapi memang dia yang biasa dimanja."Drew."
"Hn?"
"Kamu berat."
"..Hiks, mamiii"
"Papi ih!
Sini deh, pangeran sama mami saja!""Kkk bercanda, Boo.
Dah sana ke mobil. Kuncinya di atas kulkas."Andrew mendongak, menghadap wajah ayahnya yang tidak memutus pandangan sampai sang mami benar-benar hilang di balik pintu.
Tangan kecilnya kembali melingkari leher Vernon, kemudian mengusakkan kepala di sana sambil menahan tangis.
"Dudu tau dudu berat."
"Huh?"
"Tapi mami gendong dudu terus kalau dudu sakit. Kasihan..
Dat's why tudey papi tidak boleh kerja. Harus papi yang gendong dudu sampai sembuh. Arachi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
✓And Drew The Destiny [VerKwan BxB]
FanficBisakah takdir digambarkan dengan rangkaian kata demi kata? Tentu bisa. Warn! BxB Mpreg Less than 1000 words per chap. Have u read my 'Home' drabble before? Read that first, to get to know this couple. Tapi ga wajib juga sih haha. Disclaimer! Pictu...