"...kenapa pulang?"
"Apa yang mengherankan dari seorang suami pulang ke rumah, Boo sayang?"
"Ih."
Seungkwan mengusap sisi tubuhnya, merinding karena melihat Vernon tiba-tiba saja disini padahal belum satu bulan penuh dia pergi bertugas.
Bukan hantu, tau kok.
Tapi tetap saja agak menakutkan kalau bersitatap dengan senyum misterius si suami.
"Andrew mana? Kok sepi?"
"Pergi sama nuna ke play group."
"Nah, bagus-"
"APA?! KAU MAU APA?!"
Alis Vernon seketika terangkat sebelah. Bingung, lantaran istrinya bersikap defensif dan menjauh sambil memeluk diri.
Tadi shock melihat suami pulang, sekarang menghindar kala ingin disentuh.
"Bononie mau apa?! Jangan mentang-mentang tidak ada pangeran kau bisa seenaknya!
Astaga..aku sedang hamil anak keduamu! Bisa tidak jangan mesum barang sekali, saja?!""..mesum?"
"Ne! Kwanie tau, Bononie pulang cepat pasti sedang ingin-"
"Ingin mengantarmu check up."
"Eh?"
"Aku tidak ada jadwal selama dua hari ke depan. Jadi ya.. pulang. Antar kamu ke rumah sakit. Makanya bagus kan kalau Andrew lagi sama nuna, kita bisa pergi berdua dengan santai."
Pandangan Seungkwan menurun, kemudian mengerjapkan mata saat menatap bagian tubuhnya yang kini sudah berbentuk.
Vernon cuma bisa tertawa saat rona merah menyebar di wajah istrinya. Terus hingga ke telinga, makanya mau tidak mau namja manis itu pasrah ketika ditarik ke dalam pelukan. Demi menyembunyikan raut malu di dalam dekapan.
"Sekarang siapa yang mesum, huh?"
"Ish, bukan Kwanie!
Lagian..Kwanie lupa kalau hari ini ada check up.""Nah.
Untung aku kemarin sempat minta Dino cari tau jadwalmu.""Ooohh benar, benar!
Bononie, hari ini sudah bisa lihat jenis kelaminnya di USG!""..gimana?"
"Kkkk pokoknya lihat saja nanti.
Janji jangan norak ya!"Masih jelas ingatan di benak Seungkwan kala foto hitam abu-abunya Andrew dahulu ia perlihatkan pertama kali pada Vernon. Dan sekarang, sedikit kemajuan karena mereka akan melihat foto serupa bersama-sama.
Saling menggenggam, melempar senyum kala dokter menjelaskan bagaimana perkembangan nyawa yang ia jaga selama ini patut membanggakan. Tumbuh dengan pesat, tinggal menunggu waktu yang tepat untuk berada di pelukan.
"Dan kalau dugaanku benar, maka anak kalian adalah perempuan."
"Ne?"
Respon Vernon sangat cepat. Lebih cepat dari hasil USG yang sedang mereka tunggu untuk dicetak.
Terkejut, tentu. Bahkan ia harus mengulang kembali pertanyaannya dan berakhir dengan Seungkwan yang menertawai wajah bodoh si dominan.
Iya, dia juga sama kok.
Waktu dokter memberi tahu perihal ini pertama kali, keadaan Seungkwan juga sama seperti Vernon. Malah sampai menangis haru. Berlebihan, tapi memang sebahagia itu hingga sulit dijabarkan.
Dan ketika kertas yang mereka tunggu datang, Vernon langsung melanggar janjinya.
Reaksi bak pertama kali melihat gambar sang anak kembali terukir. Ia tak segan memeluk Seungkwan di depan dokter. Mengabaikan segala cubitan kode yang istrinya berikan pertanda malu. Malah tertawa seperti orang gila padahal mereka bukan lah pengantin baru yang masih awam dengan pengalaman begini.
"Boo."
"Hm?"
"Gomawo."
"...??"
"Cause i'm gonna have my little princess from you."
Bibir Seungkwan perlahan melengkung, mengangguk kecil tanpa memutuskan pandangan dari wajah tampan sang suami.
Tidak, Vernon tidak norak.
Reaksinya hanyalah cerminan kebahagiaan nan tulus dan jujur, sebab keluarga kecil mereka akan memiliki anggota yang lengkap sebentar lagi.
King, Queen, Prince, and Princess.
--
Andrew duduk diam. Bersandar di pojokkan sambil memeluk kedua kakinya. Mata terus memandang ke tengah ruangan dimana dua orang yang ia kenal sedang bertengkar. Saling melempar tatapan tajam, dan tangan terkepal.
Menakutkan.
"Andrew, you okay?"
Yang dipanggil lantas mendongak, menghela nafas lelah sebelum menerima uluran tangan wanita berwajah duplikat mommy-nya.
"Apa.. Dudu nanti akan seperti itu?"
"Huh?"
"Bertengkar..sama adik."
"No.
Andrew kan kakak. Pasti bisa mengalah dan minta maaf kalau salah, iya kan?"Tidak ada jawaban. Andrew lantas berdiri, hendak mengikuti langkah Eunsoo keluar ruangan.
Wanita itu berniat menjauhkan sang keponakan dari bahaya.
Tapi baru selangkah, Andrew sudah berhenti. Melepas paksa gandengan, kemudian dengan terburu lari ke tengah ruangan.
"Apologize."
"Andrew? What are you-"
"Hyung, apologize."
"Aku?!
Kau tidak lihat, tadi adikku duluan yang bicara kasar karena tidak mau diajak pulang! Masa-""Hyung kan kakak.
Pasti bisa mengalah dan minta maaf, iya kan?"Belum sempat ucapannya dibalas, Andrew dengan berani langsung menarik lengan anak laki-laki yang lebih tua darinya. Kemudian menyatukan tangan tersebut dengan sang adik, memaksa mereka bersalaman.
Kalau sudah begini, mau tidak mau mereka berdua ya menyudahi pertengkaran dengan segera.
"Wah, daebak.
Anak mami Boo pintar sekali.
Aku saja sudah menyerah duluan kalau lihat mereka berantem."Celetuk Choi Jeonghan, sosok cantik yang sedang bersandar di pintu. Selaku ibu dari dua anak di tengah ruangan tadi, tapi malah sibuk menyesapi yoghurt instan daripada melerai.
Eunsoo memutar bola matanya, tidak pernah terbiasa dengan sikap ajaib si saudara ipar.
"Jeonghan oppa kalah sama Andrew."
"Kamu sendiri, kenapa tidak melerai? Anakku kan anak didikmu juga.."
"Seram.
Eunsoo seperti melihat Seungcheol oppa dan Jeonghan oppa baku hantam.""Kkkk~ tidak, tidak.
Kita kalau saling hantam di atas kasur, kok. Bukan disini.""Huh? Uncle Han juga suka bertengkar??"
KAMU SEDANG MEMBACA
✓And Drew The Destiny [VerKwan BxB]
FanficBisakah takdir digambarkan dengan rangkaian kata demi kata? Tentu bisa. Warn! BxB Mpreg Less than 1000 words per chap. Have u read my 'Home' drabble before? Read that first, to get to know this couple. Tapi ga wajib juga sih haha. Disclaimer! Pictu...