Satu bulan lebih Vernon dilupakan sepenuhnya. Namja itu kembali melihat pesan terakhir yang dibaca sang istri tepat pada hari kelahiran putra mereka namun setelahnya tak ada balasan sama sekali.
Telepon juga terabaikan, sehingga kekesalan tuan Chwe kini mulai meradang, kemudian ia memutuskan untuk pulang lebih awal.
Jadi disinilah namja itu berdiri. Depan pintu apartemen, menekan password di sisi pintu sampai terdengar bunyi kunci terbuka.
Dan suara tangis bayi menyapa telinga.
Seketika Vernon membeku. Kakinya tak kunjung bergerak di ambang pintu. Memfokuskan pendengaran ke segala sumber suara di tengah malam kedatangannya.
"Aigo pangeran, mommy baru saja mau tidur loh."
Sayup terdengar, namun mampu membuat pria bertubuh tegap itu merinding dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Arasseo, arasseo.
Chaa pegang jari mommy, janji tidak akan pergi."Seungkwan tidak menyadari pintu kamar yang sedikit terbuka dimana sang suami mengintip keadaannya yang sedang duduk di samping baby crib, bersandar pada lipatan tangan dan membiarkan pangeran menggenggam jari maminya supaya terlelap dengan tenang.
Posisi yang sangat menyulitkan, Vernon refleks meringis melihatnya.
"Sepertinya mommy terbiasa tidur sambil menemanimu seperti ini kkkk.
Jalja~"Jadi ini alasannya selalu mengabaikan pesan serta panggilan jarak jauh Vernon?
Karena Seungkwan sendirian mengurus anak mereka?
Karena Seungkwan sibuk menjadi mommy yang baik?
Karena Seungkwan mendedikasikan dirinya pada seorang pangeran kecil?
Lenyap sudah semua kekesalan Vernon. Berganti dengan iba tiada habis serta rasa kagum hingga kakinya tak lagi bisa diam.
Ia menghampiri. Menyentuh sedikit pundak Seungkwan untuk membuatnya membuka mata, sehingga saat namja manis itu menegakkan tubuh,
Vernon langsung memeluknya dari belakang.
Tangan melingkar di sekitar leher sang istri, sementara dagunya bersandar pada pucuk kepala Seungkwan.
"I'm home, mommy Boo."
Sayang momen singkat itu harus terintrupsi tangis bayi lantaran Seungkwan menarik tangannya secara tiba-tiba, menyisakan kekosongan di telapak mungil tersebut.
"Yah, pinjam dulu mommy nya.."
"Kkkk~ dia cemburu, Bononie.
Sebentar."Kecupan Seungkwan di pipi Vernon membuatnya mau tak mau mengangguk, menurunkan lengan, kemudian diam di tempat memandang bagaimana wajah lelah Seungkwan tetap tersenyum mengangkat bayi mereka ke gendongan.
Tidak, tidak hanya tersenyum.
Wajahnya lebih bersinar dari biasanya walau kelopak panda jelas tergambar di bawah kantung mata.
"Kau hanya menyapaku, tidak mau menyapa pangeran, hum?"
"Tentu mau."
"Cha, kalau begitu-"
"No no no!
Aku tidak bisa.. ani. Aku takut melukainya. Aku tidak pandai menggendong bayi.""Mudah kok. Kwanie saja langsung bisa."
"Ya tapi aku-"
"Coba dulu.."
"U-ugh.."
Sumpah.
Demi apapun.
Melihatnya saja Vernon takut anak serapuh itu bisa hancur di tangannya.
Dia terlalu mungil. Terlalu segan untuk sekedar disentuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓And Drew The Destiny [VerKwan BxB]
FanficBisakah takdir digambarkan dengan rangkaian kata demi kata? Tentu bisa. Warn! BxB Mpreg Less than 1000 words per chap. Have u read my 'Home' drabble before? Read that first, to get to know this couple. Tapi ga wajib juga sih haha. Disclaimer! Pictu...