Alarm

1K 132 16
                                    

@0002dan

warn : lowercase


tidur minhee terusik untuk kesekian kalinya. suara alarm yang berdering kencang yang entah dari mana datangnya memaksa ia untuk meninggalkan mimpi indah yang sedang terputar di kepala. jam di nakas menunjukkan pukul 2 malam, siapa yang jam segini memasang alarm sekencang ini? apalagi sampai terdengar kerumah tetangga.

minhee mendudukan dirinya dikasur. memandang kesal keseluruh penjuru kamar. ini sudah hari ke 4 ia terbangun karena suara alarm kencang yang ia sendiri pun tidak tahu milik siapa itu. bahkan ponselnya pun sejak tadi mati, jadi sudah dipastikan kalau itu bukan miliknya.

tangannya menggapai jam digital yang berada diatas meja nakas. “ini masih jam 2, siapa sih yang dari kemarin pasang alarm besar banget?” katanya.

ia berjalan kekamar mandi untuk membasuh wajahnya. setelah itu ia berniat ingin melanjutkan tidur karena masih banyak waktu untuk pergi kesekolah. ketika ia mencoba untuk memejamkan matanya kembali, suara alarm tidak manusiawi itu berbunyi lagi. minhee lupa, alarm itu akan berbunyi sekiranya 2 sampai 3 kali sebelum mati otomatis atau mungkin di matikan oleh pemiliknya.

“sialan.”

lelaki jangkung tersebut melenguh sambil mendudukan dirinya dikasur. ia mengacak-acak surai kehitamannya, tatapan matanya terarah pada balkon kamarnya. suara alarm tidak manusiawi yang membangunkan tidurnya berasal dari sana. kemungkinan besar alarm tersebut pasti berasal dari rumah tetangganya, atau mungkin anak tetangganya yang menempati kamar persis diseberang kamarnya.

ia bergegas mendekati balkon dan berniat untuk menegur si pemilik alarm tidak manusiawi tadi. tapi ketika pintu balkon terbuka, angin malam dingin yang menerpa kulit putihnya membuat ia mengurungkan niat. minhee tidak kuat dingin. maka dengan segera ia mengambil sweater rajut yang tersampir diatas kursi belajar dan memakainya.

ketika minhee menampakkan diri di balkon, sambil memeluk dirinya sendiri agar tetap pada temperatur tubuh yang hangat, ia terkejut saat tatapan matanya langsung bertemu dengan tatapan milik sosok lelaki lain di balkon sebrang sana. minhee tidak mengenalnya, hanya saja ia tahu lelaki tersebut pasti anak dari tetangga sebelahnya, dan sudah dipastikan lelaki inilah si pemilik alarm tidak manusiawi tadi.

“oh, sepertinya aku membangunkanmu ya?”

alisnya menukik, ia terdiam beberapa saat lalu berdeham kecil untuk menetralkan suaranya yang mendadak gemetar karena kedinginan. “jadi.. alarm nya punya lo?” tanya nya.

lelaki tersebut mengangguk. diwajahnya terlukis senyuman tipis. “kalau kedinginan jangan keluar, tubuh lo tremor.”

“kalau bukan karena alarm lo yang ganggu tidur gue, gue juga gak akan keluar kaya gini sampai tremor.”

“sorry..” lelaki itu meringis tidak enak.

“ini udah hari ke 4 gue kebangun jam segini karena alarm lo. ngapain sih? gak sopan banget lo ngeganggu tetangga sebelah lo sampe kebangun. untung aja ini gue yang ngomong, bukan bokap gue.”

“waduh.. sorry nih.. alarm gue emang kenceng banget nada deringnya. ditambah lagi jarak kamar kita yang sebelahan bikin suara nya langsung sampe ke kamar lo. gue minta maaf kalo itu ganggu lo banget.”

“ganggu, banget.”

minhee semakin mengeratkan pelukan pada dirinya sendiri. dinginnya angin malam benar-benar menusuk hingga tulangnya. ia bisa jatuh flu besok kalau sekarang ia masih tetap berdiam diri disini.

“awas ya, kalau sampe besok gue masih ngedenger alarm lo nyampe kamar gue, gue laporin pak RT lo.”

“sorry—”

ANTOLOGI ORION || HWANGMINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang