Terkadang orang-orang menciptakan ilusi untuk bahagia
.
.
.
Senyum itu tidak lagi sama. Riuh penggemar tidak sanggup membendung kesedihan salah satu diantara mereka. Kenangan dan segala kesulitan di masa lalu merebak bagai tingginya ombak yang membelah karang. Lautan merah yang selama ini memenuhi kursi penonton, memberikan dukungan serta semangat sekaligus kepercayaan itu tidak akan lagi sama untuk hari-hari setelahnya.
"Terima kasih atas dukungan kalian semua selama ini." ujar salah seorang pria yang berposisi sebagai pemimpin di grup itu.
Keempat lainnya saling melirik sebelum melayangkan permintaan kepada sang pimpinan untuk mengucapkan selamat tinggal kepada para penggemar mereka. Tangis itu tentu sangat ingin diperlihatkan namun kekeraskepalaan dua diantara mereka menolak.
"URI DONGBANGSHINKI IMNIDA! KAMSAHAMNIDA!" seru kelimanya dalam suasana mengharu biru.
Sesekali kaki mereka begitu enggan untuk berbalik dan meninggalkan momen luar biasa yang tengah tercipta kini. Namun waktu yang terus bergulir menyadarkan salah satu diantaranya untuk membawa empat pria lain untuk meninggalkan panggung.
"Ayo, para staff telah menunggu kita." sosok rupawan itu mengajak ketiga adik sebelum menoleh pada pimpinan yang bersikeras tetap berdiri di sana ketika lampu panggung perlahan meredup.
Dirinya tahu ketidakberdayaan pria tampan itu namun bukan berarti berdiam diri dengan kekeraskepalaan akan menghasilkan jalan keluar, "Yunho-ah!" panggilnya sedikit keras, yang hampir tertutupi oleh tangis serta penolakan penggemar akan penampilan terakhir idola mereka.
"Apakah ini memang keputusan yang tepat?" lirih Yunho, meski tidak ada air mata yang menghiasi wajahnya selain pelu oleh puluhan koreo yang mereka bawakan namun manik musang itu tidak bisa berbohong "Jaejoong-ah..."
"Kenapa kau terus meragu? Lagipula sudah waktunya bagi kita semua untuk hidup sesuai pilihan kita." Jaejoong membalasnya dengan raut meyakinkan.
"Jaejoong-ah," Yunho terlihat tidak percaya oleh respon yang diberikan Jaejoong, seperti kebersamaan mereka dalam grup serta penggemar sama sekali tidak menyentuh dinginnya hati pria rupawan itu.
"Kita sudah dewasa, Yunho-ah. 28 tahu bukanlah usia remaja yang masih mencari jati diri. 10 tahun kontrak kita dan kau masih bersikeras menjadikan dirimu budak mereka?"
Yunho menunduk sesal sebelum mendahului Jaejoong "Maafkan aku," sejenak ditatapanya Jaejoong dengan jutaan kata yang tertahan di tenggorokan sebelum melangkah pergi. Menutup segala hal yang pernah diimpikannya.
Jaejoong hanya menatap sendu punggung Yunho sebelum mengikuti jejak pria itu dengan dada yang amat sesak. Seharusnya dirinya yang mengatakan kalimat itu, Yunho tidak bersalah. Dirinya memanglah sosok kejam yang tidak memiliki hati!
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Love
FanfictionKisah dari dua orang pria, Jung Yunho dan Kim Jaejoong. Mereka adalah anggota dari sebuah grup idol terkenal, hingga menghilangnya Jung Yunho ditambah kabar pernikahan Kim Jaejoong merebak luas, menciptakan berbagai spekulasi diantara penggemar hing...