Terkadang orang-orang menciptakan ilusi untuk bahagia
.
.
.
Matanya berpendar kosong usai menghentikan mobilnya. Entah berapa lama dirinya melarikan diri dari kejaran baik media ataupun sasaeng yang kebetulan melihatnya usai meninggalkan agensi. Dirinya yang kebetulan seorang diri bagai santapan lezat bagi para pemburu itu, bahkan tidak diindahkannya ponsel yang berulang kali berdering. Ponsel yang diperuntukan untuk pekerjaan, yang bisa saja Sooman atau sang manajer mencemaskan keadaannya kini.
Jaejoong tidak tahu dimana dirinya berada, namun juga tidak asing dengan tempat yang sekiranya dulu pernah disinggahi. Ah... ini adalah daerah pinggir kota dengan beberapa gedung sederhana yang disewakan sebagai tempat tinggal.
Ketika pertama kali ke Seoul untuk mengadu nasib, dirinya pernah tinggal di sekitar sini karena harga sewa yang sangat murah dan terjangkau bagi keuangannya kala itu. Di tempat ini juga pertemuan pertamanya dengan Yunho.
Yunho, ya? Jaejoong sudah mencoba menghubungi pria itu namun sepertinya Yunho begitu enggan dan menolak panggilannya. Bukan menolak, tapi lebih ke nonaktifkan ponsel. Padahal sebelumnya Yunho tidak pernah mengabaikan panggilannya, namun kini Jaejoong malah dibuat terluka.
Hah... Jaejoong sepertinya lupa, dirinya yang jauh lebih melukai pria tampan itu.
Kakinya terhenti begitu tiba di sebuah kedai ramyun. Berpikir sejenak sebelum memasukinya, dan banyak perubahan yang terjadi di sana hingga Jaejoong sedikit menyayangkan.
"Tolong ramyun satu!" serunya setelah mendapatkan tempat, di dekat jendela dengan pemandangan seni vandalisme pada dinding di depan kedai sebagai penghiburnya.
Tidak terlalu lama ketika sebuah panci keemasan telah terhidang di hadapan "Silahkan dinikmati,"
Jaejoong meraih sumpit usai mengucapkan kata terima kasih namun keterdiaman sosok yang memberikannya pesanan malah membuatnya sedikit terganggu, Jaejoong menoleh hendak meminta wanita itu pergi ketika matanya terbelalak "B-bibi Oh?"
"Kupikir mataku yang sudah rabun, ternyata memang benar-benar kau, Jaejoong-ssi."
Jaejoong lantas bangkit untuk membungkuk kepada wanita yang telah banyak membantunya dulu, "Maafkan aku yang tidak mengenalimu, bibi."
Wanita itu mendudukkan tubuh di depan Jaejoong, menatap wajah rupawan yang kini semakin menawan. Sudah berapa lama mereka tidak bertemu? Mungkin lima tahun lalu ketika pekerjaan Jaejoong masih memiliki banyak waktu senggang, ketika popularitas grup yang diangkat Jaejoong menjadi terus naik hingga waktu luang saja sulit ditemukan.
"Gwenchana... melihatmu baik-baik saja sudah membuatku bersyukur."
Jaejoong menunduk sesal, "Setelah ini aku akan lebih sering mengunjungimu, bibi. Maafkan aku yang sempat melupakanmu lima tahun belakangan."
"Sudahlah! Jangan terus meminta maaf kepadaku, itu juga bukan sepenuhnya kesalahanmu. Keberadaanmu ditempat ini membuktikan jika kau tidak melupakanku!" kelakar wanita Oh "Lalu dimana Yunho? Dulu kalian selalu mengunjungiku berdua. Kau tahu, cucuku sangat menyukai Yunho dan mungkin juga- siapa nama temanmu yang lain? Yocan? Yucan?"
"Park Yoochun, bibi." Jaejoong tertawa renyah "Dia akan pingsan jika tahu ada yang tidak mengetahui namanya."
"Ah~ ne! Yoochun! Namanya sulit sekali." kembali wanita Oh menatap Jaejoong lekat, "Jadi dimana Yunho? Bagaimana kabarnya kini?"
Jaejoong tersenyum canggung oleh pertanyaan itu "A-aku tidak tahu."
Wanita Oh seperti melihat masalah besar yang terjadi oleh jawaban Jaejoong, "Kau baik-baik saja, bukan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Love
FanfictionKisah dari dua orang pria, Jung Yunho dan Kim Jaejoong. Mereka adalah anggota dari sebuah grup idol terkenal, hingga menghilangnya Jung Yunho ditambah kabar pernikahan Kim Jaejoong merebak luas, menciptakan berbagai spekulasi diantara penggemar hing...