Pengakuan

1.1K 168 25
                                    

Terkadang orang-orang menciptakan ilusi untuk bahagia

.

.

.

Entah raut wajah seperti apa yang Yunho perlihatkan, dimana pandangannya menyiratkan kehampaan yang dalam. Jaejoong menjelaskan semua, tidak satupun terlewat. Dari alasannya yang meninggalkan Jeyun- oleh himpitan situasi yang menekan. Mereka masih 16 tahun saat itu, ditengah kesibukan Yunho yang penuh dengan latihan serta masa depan sebagai idol, memudahkan Jaejoong berlaku sesuka hati.

Tidak ada pantauan orang yang lebih dewasa ketika kandungan Jaejoong menginjak usia tua, melahirkan tanpa dukungan Yunho dan hanya ditemani seorang wanita baya yang baru menjadi teman. Keputusan Jaejoong memang gegabah, namun jika Yunho mengetahui kehamilan Jaejoong lebih awal, bukankah 10 tahun berharganya tidak akan ada?

TVXQ, Yoochun, Junsu, Changmin dan berbagai peristiwa penuh kenangan itu hanya akan menjadi bayang-bayang semu yang tidak mungkin Yunho raih.

Kepada siapakah kesalahan itu harus tertuju? Tentu saja Jeyun merupakan korban sejak awal. Salah Jaejoong yang memilih meneruskan impian mereka? Salah Yunho yang tidak tahu dan malah bertindak egois? Salah usia mereka yang masih sangat muda kala itu?

Jika keduanya tak henti menyangkal, maka sudah pasti tidak akan ada akhir yang membahagiakan. Peristiwa itu sudah berlalu 14 tahun lalu, dimana membutuhkan waktu yang sama untuk menyadarkan keduanya akan ego yang tidak henti dibangun.

Terkadang seseorang hanya perlu menurunkan sedikit ego untuk menerima nasib yang merengkuh. Bahkan setelah banyak pergolakan, nyatanya baik Yunho dan Jaejoong masih mendambakan satu sama lain.

"Sejujurnya, aku juga menyesal."

Kepala Jaejoong terangkat untuk menatap Yunho, setelah begitu lama dirinya kembali menemukan air wajah paling menyedihkan yang Yunho perlihatkan. Kilatan yang 14 tahun lalu pernah diterimanya usai mengakhiri kisah cinta mereka, diiringi kalimat-kalimat beracun yang pastinya melukai hati Yunho.

"Aku membencimu, Jaejoong-ah."

Jaejoong tidak tahu sehancur apa hatinya kini, sebelumnya dia telah berkata tentang perasaannya yang tidak pernah berubah. Meski dirinya menjadi sosok kejam yang berulang kali menyakiti Yunho, meninggalkan buah hati mereka, hampir menikah dengan Minha kemudian mengusir Yunho dari hidupnya, Jaejoong bersungguh-sungguh akan cintanya kepada pria tampan itu.

Tidak pernah menginginkan bintang di hatinya jatuh dan mati, Jaejoong membuktikan kekuatan terbesar cinta sekaligus kemunafikan: melepaskan sosok yang dikasihinya untuk pergi. Membiarkan Yunho bahagia dengan kehidupan baru tanpa dirinya. Meski perih dan air mata menyambut hari-harinya.

Hanya saja takdir seperti mempermainkan mereka, bersama Jeyun sebagai pemanis kisah keduanya.

"Dulu aku begitu membencimu," Yunho tidak tahu apa yang Jaejoong pikirkan, namun setitik air mata yang mengalir diantara manik bulat itu menyesakkan dadanya, "Namun aku memilih bertahan meski harus terjebak 10 tahun untuk terus menelan pahitnya keindahan racun dari sosokmu. Aku mencintaimu, namun tidak bisa mengungkapkannya kembali. Aku mendambakanmu, namun hanya bisa melihatmu tanpa sanggup menyentuhmu. Aku menggilaimu, namun hanya bisa mengangankan bayanganmu dalam mimpiku."

Air mata Jaejoong kian deras membasahi pipinya, entah harus bersyukur atau mengutuk cinta yang memperbudak mereka. Hanya saja ungkapan Yunho tentang sama tersiksanya seperti Jaejoong membuahkan pengharapan tersendiri.

"Aku pernah mencoba menahan egoku, membencimu dan membiarkanmu hancur namun aku tidak bisa. Kesanggupanku hanya sampai pada cinta dan benci yang tertuju padamu. Keinginanku untuk merusakmu namun juga menyembuhkanmu begitu imbang. Dan pada akhirnya Jeyun menyadarkanku akan suatu hal."

Painful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang