Kerinduanku

1.1K 173 43
                                    

Terkadang orang-orang menciptakan ilusi untuk bahagia

.

.

.

...

-A Year Ago, Florida-

Kadang kala perencanaan yang disusun dalam pikiran selalu terlihat mudah, belum lagi dengan tujuan besar yang lantas tercipta oleh bayang-bayang ketika melakukannya. Namun praktiknya tidak sesedehana itu. Satu tahun berlalu dan memang melampaui ekspetasi yang ada, hanya saja tidak banyak yang berubah dari dirinya.

Tidak, bukan berarti dirinya tidak menikmati kehidupan yang dijalani. Menjadi orang tua tunggal dari seorang putra yang beranjak remaja merupakan hal luar biasa, kesempatan berharga yang tidak semua orang miliki. Mendidik dan menghadapi karakter keras serta ego remaja yang tinggi menjadi tantangan tersendiri.

Senyum pada bibir hatinya mengudara, memperhatikan putranya yang tengah menikmati makan siangnya. Tidak ada pelayanan istimewa dari restoran bintang lima, hanya dua buah roti isi daging berukuran besar serta soda dingin dengan kedai mungil di dekat keduanya yang menemani.

"Kau senang?"

"Daddy berharap aku mengatakan apa?"

Yunho merusak surai pendek Jeyun, "Tidak perlu menyembunyikannya. Lagipula kau tidak henti tersenyum sejak kita tiba."

"Semua anak menyukai taman bermain dengan banyak wahana ekstrim, mana mungkin aku tidak menikmatinya? Tempat ini hebat!"

"Kau ingin kemari lagi tahun depan?" tanya Yunho sesekali merapihan remah makanan Jeyun. Keduanya sedang merayakan ulang tahun Jeyun yang terlambat, hanya untuk ayah dan anak saja. Tidak ada yang lain.

"Jika daddy tidak sibuk oleh bir busuk itu, mungkin kita bisa pergi ke Tokyo atau Singapura? Aku juga ingin ke Bali, temanku bilang tempat itu sangat keren."

"Hey, bibimu akan mengamuk jika kau mengatai bir kebanggannya." kekeh Yunho "Selama kau dapat terus bersikap baik, maka aku akan memikirkannya."

Jeyun beranjak usai menghabiskan makan siangnya "Daddy jangan ikuti aku, Lorence dan Mike sudah menunggu. Kita bertemu saja dipintu keluar pukul 3 nanti, dan carilah teman kencan agar kau tidak sendirian."

Yunho hanya menggeleng seraya membersihkan sampah makanan mereka. Jeyun menghampiri dua anak yang baru dikenal ketika menaiki salah satu wahana dua jam lalu, mereka cepat akrab meski sesekali tidak saling memahami bahasa satu sama lain. Jeyun hanya bisa menggunakan bahasa Korea dan Jerman saja, bahasa Inggris masih menyulitkan Jeyun.

Pun orang tua dua bocah itu juga bernasib sama seperti Yunho, mereka sempat berbalas sapa sebelum berpisah. Tentu mereka dapat menghabiskan waktu secara bebas karena mereka mempercayai anak mereka yang beranjak remaja. Mereka juga bersama pasangan, dan hanya Yunho yang sendiri. Sungguh menyedihkan, padahal tempat ini cukup baik untuk berkencan namun Yunho merasa terlalu tua untuk melakukan hal itu.

Mencari teman kencan? Taman bermain lebih banyak diminati oleh anak muda, dan Yunho tidak berniat mengencani wanita atau pria yang berusia tidak lebih dewasa dari Jeyun.

Melangkah sendirian dan melihat orang lain yang memiliki teman untuk menghabiskan waktu di sana benar-benar menjengkelkan. Hanya saja kesepiannya ditengah keramaian membuat pikirannya berkelana, sesekali lekuknya terulas begitu segelintir orang menyapa.

Sejenak Yunho teringat oleh pertemuan tanpa sengajanya dengan Minha. Ya, dirinya yang mantan kekasih Jaejoong secara kebetulan bertatap muka dengan pasangan Jaejoong, hanya saja situasi yang terjadi begitu tidak terduga.

Painful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang