Terkadang orang-orang menciptakan ilusi untuk bahagia
.
.
.
Diperhatikannya sosok sang bocah yang tengah berada di halte, tidak ada hal istimewa yang dilakukan selain menunggu seseorang yang akan menjemput seraya memperhatikan penumpang lain. Pun manik musang mungil itu sempat menyipit, mungkin oleh sesuatu yang menariknya. Kemudian mengayunkan kedua kaki sebagai pembunuh kebosanan.
Hal biasa namun cukup menghibur, padahal keduanya adalah orang asing sebelum peristiwa tiga puluh menit lalu terjadi. Tidak perlu mengikutsertakan pihak berwajib ketika petugas bengkel dalam sekejap mata telah menangani kekacauan yang ada. Dan kini, dua mobil yang hampir menghebohkan pejalan kaki sudah dibawa pergi. Uang yang berbicara tentu saja.
Sama sekali tidak terduga jika Jaejoong harus berurusan dengan anak berusia 14 tahun, namun kini hal itu memberi kesan tersendiri baginya.
Tanpa kendaraan Jaejoong tidak bisa langsung pergi sesuai rencana, kemudian memilih untuk singgah di kedai terdekat halte usai mengantarkan bocah bernama Jeyun. Tak lama seorang pria menghampiri Jeyun dan membawa bocah itu bersamanya, sedikit percakapan tercipta namun bersyukur karena pria yang mungkin saja orang tua Jeyun itu tidak memarahi Jeyun di depan umum.
Jeyun telah melakukan kesalahan yang besar, dan terkadang hal itu bisa memicu amarah orang-orang dewasa karenanya. Merusak mobil berharga ratusan juta won tentu saja bukan permasalahan sepele.
Tubuhnya beranjak seraya membawa minuman dingin pesanannya. Tugas yang tanpa dasar dilakukan telah usai: menunggu seseorang menjemput Jeyun. Meski ada perasaan cemas oleh sosok pria tadi, namun Jeyun tidak terlihat memberikan perlawanan dan mengikuti pria itu dengan kerelaan.
Ponselnya berdering, tentu saja Changmin yang menghubunginya. Tawa mengalun sejenak oleh protes pria Shim yang akan dihadapi "Merindukanku?"
"Hyung! Kau membuatku menunggu selama satu jam! Kemana saja kau?!"
"Ada beberapa urusan yang tidak bisa aku tinggalkan." Jaejoong menghentikan taxi sebelum menaikinya.
"Kalau begitu cepatlah! Memangnya kau saja yang sibuk, heh?"
"Mianhae~ aku sedang ke sana. Kau ingin memesan apa? Aku akan membelikannya."
"Jangan merayuku! Pizza margherita, lasagna dan pasta vongole. Oh, aku tidak akan mempersilahkan kau masuk tanpa dessert kesukaanku."
Jaejoong merotasi bola matanya jengah, biar bagaimanapun Changmin tidak akan pernah menolak dibelikan makanan, lebih-lebih gratis "Ne~ jadilah pria yang baik, tuan Shim. Dan jangan pernah meninggikan suaramu kepadaku, mengerti?!"
"Arra, hyungie~"
Tawa Changmin menjadi akhir dari perbincangan mereka, sebelum Jaejoong meminta taxi untuk mengubah tujuan awal.
...
Changmin menyambut Jaejoong dengan senyum lebar yang khas, mengambil alih kantung-kantung dalam genggaman pria rupawan itu kemudian mempersilahkan Jaejoong untuk menempati sofa besar di ruangannya.
"Jadi, bagaimana?"
"Apanya?" Jaejoong mengeluarkan ponselnya dan sedikit memainkan benda kotak itu. Oh tentu ponsel ini bukan satu-satunya, dimana Jaejoong memiliki dua lainnya.
"Apa yang terjadi padamu hingga aku harus menunggu begitu lama, hyung. Tidak biasanya."
Jaejoong memperhatikan Changmin yang sigap membuka kotak pizza dan menikmatinya seorang diri tanpa berniat menawarkan "Kau belum makan siang?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Love
Fiksi PenggemarKisah dari dua orang pria, Jung Yunho dan Kim Jaejoong. Mereka adalah anggota dari sebuah grup idol terkenal, hingga menghilangnya Jung Yunho ditambah kabar pernikahan Kim Jaejoong merebak luas, menciptakan berbagai spekulasi diantara penggemar hing...