Terkadang orang-orang menciptakan ilusi untuk bahagia
.
.
.
Manik musang mungil itu terbuka dan mendapati kamar yang berbeda dari beberapa hari terakhir. Jeyun baru ingat jika dirinya berada di tempat Jaejoong, pun dahinya mengercit ketika rasa sakit menyerang begitu menggerakan otot wajah. Memarnya sudah membengkak, salahnya yang menolak Jaejoong untuk mengobati kembali lukanya semalam.
Tubuhnya beranjak meninggalkan kamar, masih harus beradaptasi oleh kediaman megah Jaejoong. Hanya saja Jeyun merasa aneh dengan dirinya sendiri, biasanya dia cukup sulit untuk merasa nyaman di tempat baru. Seharusnya Jeyun tidak tidur senyenyak ini hingga tidak memimpikan apapun semalam.
"Pagi, Jeyunie~"
"Pagi, Kim Jaejoong-ssi." Jeyun tidak menyadari panggilan manis Jaejoong padanya, diantara kantuk yang tertinggal serta pandangan yang masih mengabur Jeyun sampai menubruk meja sebelum menduduki kursi di balik pantry, "Kau memasak?"
Jaejoong sempat memperhatikan langkah sempoyongan Jeyun sebelumnya, kilatan tak senang muncul oleh keadaan wajah Jeyun, "Masih sakit?" tangannya tergerak untuk menyentuh luka pada sudut bibir sang bocah, sayangnya pergerakan tanpa sadar yang terjadi membuahkan kekecewaan dalam dirinya.
"Tidak..." Jeyun mengalihkan pandangan dari air wajah sendu Jaejoong "Aku baik-baik saja, Kim Jaejoong-ssi." ada perasaan sesal namun Jeyun pikir dirinya tidak boleh terlalu dekat dengan Jaejoong atau kedepannya akan jauh lebih sulit.
Penolakan Jeyun tentu meninggalkan situasi tidak nyaman bagi Jaejoong, perasaan sedih dan tak terima menyerangnya, "Ingin aku obati?"
Kepala Jeyun menggeleng tegas pun teralih pada mangkuk-mangkuk yang telah mengisi meja, "Aku merasa lapar,"
Senyum Jaejoong terulas tipis, tidak berusaha menekan Jeyun terlalu jauh, "Kau ingin sarapan sekarang?" hanya saja tubuhnya bergerak sesuai hati dengan sebuah kotak obat yang telah dikeluarkan.
"Aku ingin susu saja," guman Jeyun yang memilih membaringkan kepalanya diantara lipatan tangan.
Jeyun itu termasuk bocah misterius dan terlalu banyak menarik perhatian Jaejoong, tentu ada kecurigaan besar di sana. Bagaimana sikap keduanya yang saling terbuka dalam beberapa hal, serta perlakuan yang mereka tunjukan sama sekali tidak menggambarkan situasi dari dua orang asing yang baru saja kenal.
Peristiwa semalam menghantui Jaejoong, dimana membuahkan tekanan tersendiri dalam dirinya. Hal yang membuatnya mengangankan lebih akan sosok Jeyun, pun selalu berpikir jika mereka telah terhubung bahkan tanpa disadari.
"Susu akan membuatmu kenyang sebelum mengkonsumsi nasi," Jaejoong meraih wajah Jeyun, rasa senang muncul begitu Jeyun hanya menurut. Perlahan tangannya membubuhkan obat dan salep diantara luka yang Jeyun terima. Memar di pelipis, lecet dan bengkak pada bagian rahang, serta robekan yang cukup menyakitkan pada sudut bibir.
Tiba-tiba saja Jaejoong merasa marah. Jeyun masih terlalu kecil untuk menerima semua rasa sakit ini. Meski Jaejoong belum pernah mengalami perkelahian secara langsung, namun dirinya tidak terima jika Jeyun memang benar-benar diserang ramai-ramai. Para bocah nakal itu seharusnya menerima hukuman yang lebih berat! Jaejoong jadi menyesal melepaskan mereka kemarin.
"Tapi aku tidak suka nasi. Mereka menjijikan seperti ulat buah."
"Hey," Jaejoong melebarkan matanya memperingatkan, meski tidak berniat memarahi "Tidak baik menghina makanan, Jeyunnie."
"Kim Jaejoong-ssi, kenapa kau memanggilku seperti itu?" Jeyun menunjukan raut anehnya, mungkin sedikit asing dan tidak biasa.
"Dan kenapa kau masih memanggilku seperti itu juga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Love
FanfictionKisah dari dua orang pria, Jung Yunho dan Kim Jaejoong. Mereka adalah anggota dari sebuah grup idol terkenal, hingga menghilangnya Jung Yunho ditambah kabar pernikahan Kim Jaejoong merebak luas, menciptakan berbagai spekulasi diantara penggemar hing...