MOS original

264 167 110
                                    

"Salma bangun udah jam setengah lima! Sholat dulu!" Teriakan bunda membangunkanku dari arah dapur sangatlah nyaring, hingga membuatku terbangun.

"Bentar bun lima menit lagi!" Aku menawar waktu bangunku. Tadi malam aku sempat begadang sampai jam setengah dua karena menonton film. Jadinya beginideh,masih ngantuk banget.

Mendengar aku mau melanjutkan tidur,bunda bergegas masuk kedalam kamarku,"Nggak ada lima menit lima menitan. Ini udah jam berapa Salma?!! Kamu itu punya kewajiban buat sholat!! Kalau kamu ngeyel kayak gini, bunda masukkin kamu ke pesantren!" Bunda memang selalu mengancamku seperti itu dari dulu.

"Iya Salma shalat. Tapi jangan masukkin Salma ke pesantren!" Aku membalas perkataan bunda dengan lesu. Aku nggak mau masuk pesantren. Bukannya nggak suka didikannya, tapi aku nggak suka yang namanya 'mengantri/menunggu' ditambah dengan terkekang nggak boleh ini lah,nggak boleh itu lah,cuman di dalam kamar lagi,nggak bisa leluasa. Rasanya aku mau mati kalau udah berurusan dengan kata menununggu yang super lama dan dikekang nggak boleh melakukan sesuatu yang berbahaya.

"Makannya cepat wudhu, sholat, habis itu mandi. Kamu itu sekarang udah masuk sekolah, bedain mana hari libur sama hari sekolah!"

"Bunda,Salma itu masuk SMA-nya masih besok tanggal 1 Juni!" Aku membenarkan omongan bunda yang salah tadi walau masih dengan memakai nada lesu,karena mengantuk.

"Lha emang sekarang tanggal berapa sayang?!!" Bunda bertanya kepadaku.

"Sekarang itu tanggal tiga puluh sat__" Perkataanku berhenti karena sadar bulan Juni tidak ada tanggal tiga puluh satu.

"Kok behenti?udah sadar?udah nggak ngigau lagi?kalau udah sadar,sekarang ambil air wudhu,trus sholat subuh. Udah siang ini!!waktunya keburu habis!" Bunda meninggalkanku yang masih terduduk di atas tempat tidur, untuk melanjutkan memasaknya di dapur.

Aku mulai melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Selesainya aku mengambil air wudhu, aku mengambil mukena berwarna putih di dalam almari. Ketika aku sedan memakai mukena, "Yah kesangkut, " Mukena yang mau aku pakai tersangkut di anting telinga kiri. Aku pun menghentikan kegiatanku memakai mukena,dan mencoba melepaskan benang mukena yang tersangkut di anting telingaku. Tak butuh waktu lama,benang yang tadi tersangkut akhirnya bisa keluar dari anting. Setelah itu,aku mulai melaksanakan sholat yang sempat tertunda tadi.

"Allahuakbar... " Aku mengangkat kedua tangan hingga telapak tanganku sejajar dengan telinga.

"Assalamualaikum wr wb," Aku menoleh ke kanan kemudian ke kiri. Menandakan sholat yang kulaksanakan sudah selesai. Kemudian berdoa meminta perlindungan dari yang di atas,berharap doaku terkabulkan. Setelahnya, aku melipat mukena dan memasukannya kembali di dalam almari.

Aku mulai bergegas menyiapkan seragam yang akan ku pakai, seragam OSIS. Seragamnya tentu masih baru. Setelah menyiapkan pakaian yang diperlukan ,kakiku mulai melangkah menuju kamar mandi.

Tak perlu butuh waktu lama, aku sudah keluar dari kamar mandi dengan menggunakan seragam yang tadi diambil.

Aku mulai beraksi dengan menyisiri rabutku, merapikan seraganku, menyiapkan buku, memakai sepatu, dan memakai topi sekolah yang sudah diberikan.

Aku melangkahkan kaki menuju ruang makan untuk memakan masakkan sang bunda tercinta. Memang, tak ku hiraukan masakan bunda itu sangat lezat,beda dengan yang lain. Mungkin karena dulu bundaku kuliah di jurusan tata boga. Pengaruh bundaku yang suka masak itu, anaknya juga suka masak. Kalian pasti ngerti maksudku,tapi sepertinya beda dengan tebakan kalian. Yang suka masak itu bukan aku,melainkan abangku yang pertama. Aku itu niru ayahku,jenius. Eh sombong deh jadinya. Walaupun dia nggak kuliah di jurusan tata boga,namun abangku ini pintar dalam meracik bumbu. Beruntungnya diriku ini dilahirkan di keluarga pecinta masak, setiap hari makan masakan yang sangat enak. Yummy.

FriendzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang