hari kedua

157 136 16
                                    

Mungkin hanya perasaan iba.
Tapi mengapa rasanya harus seperti ini?bagai menusuk hati,lalu menyebabkan jantung berdetak kencang.
Haruskah aku mengalaminya?

~salma Taqaz~
___ , ___

Luhan ||Guan X

*****

Setelah Putra mengantarku pulang kemarin, aku langsung memberitahu kepada Bang Alan, bahwa ia mendapatkan salam dari Putra. Malam itu aku sangat senang, tapi juga capek. Senang bisa melihat Rangga yang terbuka dan banyak senyum,karena sebelumnya ia jarang sekali tersenyum seperti kemarin.

Hari ini adalah hari kedua aku sekolah tanpa kehadiran salah satu sahabatku itu. Semuanya sudah tidak ada yang seperti biasanya,kelas terlihat berbeda karena kurangnya teman yang selalu mengajari kami,jika guru sedang rapat.

Setelah kemarin aku mengatakan akan menjenguk Rangga lagi,aku ingin waktu dipercepat. Sehingga sekolah cepat selesai,kemudian aku bisa menjenguk Rangga di rumah sakit.

Duarr..

Bukan bom ataupun petasan. Itu adalah suara hatiku. Aku baru teringat akan sahabat Rangga dulu yang tidak bisa naik kelas. Ternyata seperti ini rasanya,pantesan sahabatnya Rangga tidak bisa naik kelas. Pasti dia selalu memikirkan hal yang sama seperti aku saat ini.

Sepertinya aku harus membagi waktuku untuk menjenguk Rangga dan belajar. Kalau tidak seperti itu,aku akan kewalahan sendiri,seperti sahabat Rangga dulu. Jadi akan aku putuskan,Jika aku sedang menjenguk Rangga,aku akan membawa buku kesana. Bisa untuk belajar Rangga juga kan.

Hari ini pelajaran pertama adalah IPA fisika, pelajaran kesukaanku. Aku memperhatikannya dengan cermat,tanpa harus memikirkan Rangga terlalu dalam. Sebab jika aku memikirkannya,pelajaran yang diberikan oleh guru tidak akan masuk kedalam otakku,dan Rangga juga akan merasa bersalah jika nilaiku turun.

*****

15.15

Pelajaran hari ini sudah selesai,yang artinya seluruh siswa-siswi SMA Garuda boleh pulang ke rumahnya masing-masing. Begitu juga denganku dan Putra. Kami berniat pulang bersama,kemudian pergi ke rumah sakit. Tak lupa kita membawa buku,karena hari ini kita mendapatkan pekerjaan rumah yang cukup banyak.

"Put,nanti lo kerumah gue jam berapa?" Tanyaku kepada Putra,

"Mungkin nanti sekitaran jam empat sore," Dia menjawab tanpa menoleh padaku,  karena sedang mengemudikan mobil.

"Ya udah, berarti gue nanti bisa istirahat dulu."

"Lu mau istirahat berapa menit?" Kali ini Putra menatapku,"Kira-kira lo nanti sampai rumah juga jam setengah empatan. Trus lo nanti mau siap-siap jam berapa kalok mau istirahat?" Kata-kata Putra memang benar. Jika aku nanti beristirahat, kemungkinan waktu untuk menjenguk Rangga jadi tertunda.

"Ya udah,nggak jadi. Lo nanti kerumah gue harus tepat jam empat. Nggak boleh telat,dan jangan buat gue nunggu lama."

"Siap Bu bos," Putra mengangkat tangan kanannya di atas kening,hormat.

*****

Kakiku memasuki kamar,yang kemudian memilih-milih pakaian yang akan dikenakan. Hari ini sepertinya aku teringin memakai baju yang longgar dan tidak terlalu ramai. Akhirnya aku memilih memakai kaos polos.

FriendzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang