𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 1 : 𝐠𝐞𝐫𝐮𝐜𝐡𝐭𝐞𝐧

138 17 112
                                    

(rumors)the words that are spoken at the same time remember, sometimes are words that hurt you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(rumors)
the words that are spoken at the same time remember, sometimes are words that hurt you.

***

"Anak FE kemarin ada yang mergokin anak FMIPA mesum anjrr. Dah, denger belum lo, Nu?"

Ibnu mengeluarkan salah satu earphone yang menyumpal telinganya. *"Seriusan kamu, teh? Hiliih, wadul palingge. Mana ada yang seperti itu. Ngasal maneh mah Dan-Dan."

"Ck. Dibilangin nggak percayaan lo. Lagi juga, anak piyik kaya lo mana ngerti. Ah, salah gue ngomong ke lo."

*"Piyik mah hayam, Dan. Kalo saya mah jelema. Piyik jeung jelema teh beda jauh. Maneh mah asal weee ngomong, teh."

"Ya, beneran intinya ini beritanya. Lo juga, sih, antara otak nggak nyampe, sama imajinasi lo kek ujung jarum petul aliaaaas tumpul, makanya nggak percaya. Ya, nggak, Rei?"

"Jangan nganggu gue."

*"Tah dangukeun, Dan! Maneh mah ngaganggu we pagawean teh. Mending ngurus laporan praktikum minggu kamari, jig. Tipada ngaganggu urang jeung Bang Iden di diyeu."

"Lo tu yang diem. Piyik sunda berisik. Ngomong pake Bahasa Nasional, dong, Nu. Biar otak gue nggak kudu mikir."

"Ck. Kamu ini diberi saran malah mengoceh. Saya tak nyari makan sajalah. Lelah saya menghadapi kamu, Dan." Ibnu memutuskan untuk meninggalkan gazebo yang sedari tadi mereka tempati. Belum selesai dia memakai sepatu Ventela-nya, Aydan sudah berbicara lagi.

"Lah, kita emang abis ngapain, deh lelah segala?" Detik berikutnya Aydan malah tertawa sendiri. "Anjrrr, gue dirty mind."

"Istigfar kamu, Dan! Otak kok kotor terus, sapu atau dipel makanya. Saya pergi dulu, assalamualaikum!" Ibnu mengatakan itu sembari berdiri dan membenarkan posisi tasnya, ia hendak bergegas ke jalan besar menuju perpustakaan yang bersebelahan dengan kantin fakultas.

"Egeee, lo kira otak gue kamar mandi! Nggak waalaikumusalam!"

"Berisik amat, sih, lo, Dan." Raiden yang sudah mulai terganggu dengan cekcok dari dua temannya akhirnya mulai tak sabar. Satu earphone di sebelah kanan telinganya ia lepas. "Tugas makalah gue belum kelar diedit, nih."

Aydan yang tadinya hanya berjarak beberapa centi mendadak menjauh dari sisi Raiden. Jujur, ia lebih takut pada Raiden kalau mengamuk, daripada tuyul dan teman-temannya muncul.

"Maaf, Rei, nggak bermaksud berisik. Gih, lanjutin ngedit makalahnya." Aydan meringis dengan raut muka setengah tertekan. Kemudian, instingnya untuk membicarakan hal tadi muncul kembali. Siapa tahu kalau Raiden yang ia ajak bicara lebih nyambung daripada Ibnu.

"Eh, Rei."

Satu embusan napas lolos dari mulut Raiden. "Apaan?"

"Dah denger lo katanya anak FE nemu anak FMIPA mesum di gedung belakang laboran D1?"

"Nggak minat pengen tahu."

"Ck. Lo beneran nggak penasaran siapa pasangannya?"

"Nggak ada untungnya tahu juga. Lagian, ngapain mesum di gedung kosong, referensi tempat di FMIPA-nya miskin tu berarti."

Aydan tertawa, Raiden meletakkan gitarnya yang sedari tadi ia pangku. "Iya, ya. Fakultas kita kan gede, ngapain juga milih gedung kosong."

"Anak maba paling. Kurang jelajah fakultas."

"Anjirlaaah, tapi bener." Aydan tak mampu menyembunyikan gelaknya lagi, tetapi ngomong-ngomong fakultas FMIPA, memang benar jika wilayahnya lebih luas dari fakultas lain, terbukti dari sekian ratus atau bahkan beberapa hektar ini dari semua fakultas, hanya FMIPA yang punya lebih dari sepuluh gazebo. Salah satunya adalah gazebo yang lumayan dekat dengan kantor rektor, jalan menuju gedung KWU yang dikuasai oleh Aydan, Ibnu, dan Raiden.

Ya, sebenarnya bukan dikuasai, tetapi lebih sering mereka yang gunakan. Alasannya karena tak banyak mahasiswa yang mau nongkrong jauh dari ruang kelasnya. Apalagi, untuk semester awal mana mungkin mereka berani, pasti masih malu untuk sekadar nongkrong di gazebo-gazebo tersebut, termasuk yang Raiden dan teman-temannya sering tempati.

"Ehh, tapi, Rei. Gue penasaran mereka mesum ngapain, ya?"

"Lah, bego lo. Begitu ditanyain." Raiden membenarkan posisi duduknya setelah medengar pertanyaan yang Aydan lontarkan, kemudian berdiri mengemasi laptop, gitar, dan ponselnya.

"Mau cabut lo, Rei?"

"Ada kelas. Mau ikut lo?"

"Ogahh. Mending ngebo kalo gue mah, *MKU-nya Pak Samsul,'kan? Tinggal absen terus keluar aja diitung masuk. Mending lo bolos, ntar gue beliin toet-toet, Rei," tawar Aydan dengan cengiran.

"Sesat lo, Bego."

***

Baru sekitar sepuluh menit Raiden keluar kelas MKU dengan Pak Samsul, ia harus ke *RB untuk ambil modul yang tadi Pak Samsul minta dibawa ke mejanya. Memang dosen ini suka menyuruh-nyuruh dan entahlah apa yang menjadi alasan dibalik itu. Padahal di kelas Raiden tak pernah aktif, nilai juga pas-pasan. Atau mungkin paras yang Raiden miliki? Apalagi dia mahir bernyanyi dan main gitar? Tapi ya, tidak mungkin juga. Sebab Pak Samsul sepertinya masih normal. Hah, memang sial-sial, begitu pikir Raiden.

"Nggak guna Tuhan ciptain kaki lo, Pak, Pak. Lo yang pengen baca buku, gue yang kudu ngambil." Raiden bergumam sepanjang ia menelusuri rak modul Pendidikan Konservasi yang ada di lantai dua, untung saja tidak dilantai tiga atau empat, sebab dia belum sarapan.

Belum juga menemukan buku yang Pak Samsul minta, matanya disuguhkan pada sosok perempuan yang tengah membungkuk menghadap ke arah jendela sambil tangan kanannya membawa kaca sedang tangan kirinya mengoleskan sesuatu ke mana entahlah. Mungkin wajahnya? pikir Raiden yang mengira dia sedang ber-make up-an.

Sosok laki-laki itu menggeleng dengan mata menelusuri rak buku lebih teliti. "Nggak guna ada kamar mandi."

Entah karena suara Raiden yang kelewat keras atau telinga perempuan itu punya sensifitas seperti telinga kelinci hingga gumaman laki-laki yang memakai jaket denim itu selesai diucapkan, si perempuan bergegas dari sana.

"Lah, denger dia?"

***

*Seriusan kamu, teh? Halah bohong itu paling. Mana ada yang seperti itu. ngawur kamu Yan-Yan


*Piyik itu ayam, Dan. Saya itu manusia. Piyik-manusia teh beda sekali. Kamu mah ngasal mawon ngomongnya.

*Tuh dengerin, Dan! Kamu nganggu saja kerjaannya. Mending kamu ngurus laporan praktikum minggu kemarin, daripada menganggu saya dan Bang Iden di sini.

*MKU : Mata Kuliah Umum

*RB : Rumah Baca, sebutan untuk perpustakaan

Silent In The Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang