𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 16 : 𝐃𝐢𝐞𝐩𝐞 𝐩𝐫𝐚𝐚𝐭

43 4 0
                                    

(deep talk)Your wound will heal if you treat it, just as your anxiety will disappear or lessen if you share it with someone you trust

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(deep talk)
Your wound will heal if you treat it, just as your anxiety will disappear or lessen if you share it with someone you trust

***

Suasana dalam angkutan umum yang lumayan ramai rasa-rasanya seperti sepi di pikiran gadis yang sesekali mengelap pipinya. Matanya memandang jendela angkot dengan tatapan yang melayang jauh ke kejadian tadi. Bukan, sebenarnya juga tercampur akan kejadian beberapa tahun yang lalu. Detik selanjutnya gadis itu memilih menoleh ke samping kirinya. Mengalihkan pikiran yang seperti kumpulan benang kusut.

"Tadi itu apa?" tanyanya pada lelaki yang tangan kirinya bergantung pada pegangan angkutan umum.

"Hah? Apaan?" Raiden agak menunduk. Matanya menangkap sosok yang ternyata mungil di samping kanannya. Duh, mungkin kalau adiknya masih ada, dia sudah setinggi ini.

"K-kamu--eh itu kenapa tiba-tiba ada dikontrakannya Raksa?" Angkot itu berhenti sebab ada penumpang yang sudah sampai tujuan. Raiden menatap luar melalui jendela angkot. Menetralkan rasa gelinya dipanggil seperti itu.

"Kan udah gue bilang ngikutin lo," ucapnya tanpa melihat si penanya.

Zenita yang juga sama memandang luar memalui jendela angkot kini kembali melirik Raiden sekilas. "Ya, maksudnya kenapa ngikutin aku?"

Ya, anjir, gue juga nggak tahu.

"Kamu nggak--e eeh!"

Raiden langsung menangkap tubuh kecil perempuan di sebelah kananya secepat mungkin. Sialan juga pak sopir yang mengerem mendadak. "Pegangan. Ck. Nggak pernah naik angkot lo?"

Zenita masih belum menunjukkan reaksi, tetapi entah kenapa Raiden berinisiatif untuk mengatakan sebuah maaf.

"Sorry. Sorry. Bukannya gue ngebentak, tapi bisa-bisa lo nggak pegangan. Kan jatuh gue yang repot." Raiden berdeham, sambil menunggu jawaban dari perempuan itu ia melihat sekekeliling, tak menemukan yang menarik, laki-laki itu melihat rambut halus sekaligus wangi yang tak sengaja ia cium ketika sopir menghentikan angkutan umum ini mendadak.

"Heh."

Tak ada jawaban lagi hingga akhirnya mata Raiden turun demi bisa melihat mimik muka milik Zenita yang seperti ... adiknya ketika dimarahi. Ah, sialan. Perempuan ini kenapa jadi begini di matanya?

"Nggak usah manyun. Bibir lo jatuh gue nggak mau tanggung jawab." Dan entah letak humornya sebelah mana hingga perempuan yang mendengar penuturan Raiden barusan mengangkat bibir ke atas.

Silent In The Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang