𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 18 : 𝐁𝐞𝐠𝐫𝐢𝐣𝐩𝐞𝐧

39 4 0
                                    

(paham)There are a lot of things we don't know, but sometimes we pretend to know everything ***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(paham)
There are a lot of things we don't know, but sometimes we pretend to know everything
***

Sudah lebih dari dua hari Raiden tak melihat perempuan yang membuat emosinya membuncah. Hah, pikirannya kini persis seperti benang kusut. Sudah benar kalau ia hanya bersama Ibnu. Sesa dan Aydan pergi entah ke mana. Belum juga genap lima menit, suara langkah kaki terdengar.

Hah, si Aydan datang. Raiden hanya melihat sekilas lalu kembali memperhatikan layar laptopnya.

"Gila kenalan lo yang waktu ke sini tu namanya siapa, Rai?" Tiba-tiba saja Aydan bertanya begitu.

"Yang mana?"

"Yeee lo juga baru ngenalin satu cewek ke gue selain ibu sama adik lo." Oh, Aydan bertanya soal perempuan itu? Ngapain? Mau menyebut namanya terasa enggan. Kemudian Ibnu tiba-tiba bersuara.

"Kayanya namanya Zesita, Dan."

Raiden mengalihkan pandangannya ke Ibnu. Sambil memikirkan, sekecil apa, sih, sebenarnya otak milik temannya itu? Bisa-bisanya Zesita, padahal Zenita. Belum sempat Raiden meluruskan, Aydan sudah bersungut memperbaiki, tetapi jatuhnya malah ... melenceng makin parah.

"Eh, Zegia bego!"

"Zesita, Dan."

Raiden melihat dua orang di depannya berdebat.

Aydan menggaruk rambut belakang. "Nggak, Zegia bukannya?"

"Zenita." Raiden akhirnya bersuara.

"Nah, kan! Zenita, Nu!"

"Kamu tadi bilang Zejita!"

"Eh, bukannya Zenisa?"

"Zesita?" tebak Ibnu ngawur.

"Bukan, Nu. Gue bilang Zenisa." Aydan membalas perkataa Ibnu ngotot.

"Masa? Saya dengar--"

Cukup. Raiden muak mendengar ocehan mereka. "Intinya lo nanya kenapa?" Aydan menepuk jidat teringat sesuatu.

"Oh, iya lupa. Tu cewek keknya pacarnya yang waktu itu nyenggol motor lo, 'kan? Yang bikin lo bonyok kemarin selasa?"

"Kalo iya kenapa?"

"Katanya calon ketua hima tahun besok, anjr. Padahal diliat-liat cuma menang tampang ma nama aja, akhlak keknya jemblok. Inget banget gue pas minta buat dia tanggung jawab motor lo aja malah playing victim katanya lo yang salah. Ah, untung si Sesa keras kek aspal. Jadi tu cowok ngalah."

Silent In The Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang