𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 8 : 𝐓𝐞𝐥𝐞𝐮𝐫𝐠𝐞𝐬𝐭𝐞𝐥𝐝

35 1 0
                                    

(kecewa)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(kecewa)

"It's just a past feeling but it still hurts because it can't keep what it should take care of."

***

Rumah Raiden, 26 Maret 2016

"Abang, Abang! Nanti kalo Ila udah gede bisa nggak, sih, Ila pacaran?" ucap sosok gadis bertubuh remaja yang setelah keluar dari kamar langsung mengelendoti lengan milik sang kakak yang kala itu tengah menyantap sarapan.

"Kalo udah cari uang sendiri baru boleh." Raiden yang masih duduk di bangku tiga SMA dan juga tidak pernah tahu hakikat pacaran yang sesungguhnya hanya menjawab demikian. Si gadis menjembikkan bibir kesal lalu menarik-narik lengan sang kakak lagi.

"Aduh, ya, nggak bisa! Kelamaan, Bang."

Raiden yang sedang makan sambil membaca rangkuman materi untuk materi SBMPTN hanya melirik wajah lesu bercampur marah milik sang gadis. "Apa yang bikin kamu pengen pacaran, sih? Masih anak kecil inget," ucap Raiden kala itu kemudian kembali fokus ke layar HP.

"Aku udah SMP kelas 2, loh, Bang! Temen Ila tu sering di anter jemput sama cowoknya, lah Ila kalo pulang suka jalan kaki panas tau, Bang! Belum lagi pas ngangkot. Terus juga kalau mau ngojek helm mas ojeknya kan suka bau! Uang jajan Ila juga suka abis kalo dibuat ngojek terus."

"Ya, minta Abang yang jemput kan bisa," ucap enteng si laki-laki yang sangat bersemangat untuk mengikuti seleksi perguruan tinggi.

"Nggak mau, Abang suka ngaret. Mana kalo pergi-pergi nggak suka mandi!"

Raiden mendengkus geli. Kemudian menoel dahi milik sang adik. "Lah, apa masalahnya?"

"Abang nggak paham bau ketek itu menyiksa, ya? Ihhh, pasti belum punya pacar, ya, Abang? Hah, pantesan abang nggak ada yang suka! Orang adiknya mau pacaran aja nggak dibolehin."

"Nggak ada hubungannya, Ila."

"Idih, ganteng-ganteng nggak laku!"

Raiden hanya bisa tersenyum pasrah kala itu. Sebab kadang ia bingung dari mulai Ibu atau ayahnya jarang sekali berbicara banyak, tetapi adiknya ini kenapa suka sekali berbicara, ya? Raiden kembali menoel dahi sang adik. "Ya, gantengnya abang kan buat Ila doang. Nanti kalo buat pacaran gantengnya bisa ilang."

"Hah? Emang bisa gitu, ya? Jadi, cantiknya Ila juga bisa ilang kalo pacaran?"

"Bisa lah."

Tak ada sama sekali maksud apapun Raiden mengatakan tersebut pada gadis yang hampir menginjak umur 14 tahun itu, apalagi setelah ditanggapi dengan jawaban yang hanya Raiden angguki tanpa tahu di hari esok, sebab anggukannya itu yang membuat semestanya sendiri hancur- berkeping-keping.

Silent In The Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang