Bab 10. Ancaman

2.6K 212 7
                                    

BAB 10.
ANCAMAN

***


SOFIA merenung menatap langit yang kini didominasi oleh awan kelabu di balik jendela ruang kerjanya. Pasien terakhir yang ia tangani baru saja keluar dari ruangannya, menyisakan dirinya dan Viona.

Seminggu sudah sejak kejadian ditemukannya mayat Elina di belakang apartemennya. Namun hingga sekarang polisi masih belum menemukan petunjuk apapun mengenai kasus itu. Pelakunya benar-benar cerdik untuk tidak meninggalkan apapun di lokasi kejadian. Sofia dibuatnya frustasi. Tapi ia tidak bisa menyalahkan siapapun. Tidak ada gunanya.

"Aku paham kalau kau sangat kehilangan Elina. Aku tau kau menyayanginya. Kami juga. Tapi bisakah kau profesional?" Viona terkejut ketika mendapati Alex tiba-tiba masuk ke dalam dengan wajahnya yang memerah, rahangnya yang mengeras mengisyaratkan ia tengah dirundung emosi. Sofia juga membalikkan badannya.

"Lex, kau gila!" Ujar Viona.

"Kau pikir siapa yang akan mendapatkan teguran kalau kerjamu nggak becus?" Alex menghampiri Sofia yang terlihat santai. "Melamun saat menangani pasien, memberikan arahan yang tidak benar, sering keluar di jam kerja, lalu tidak memperhatikan atasan saat rapat."

Sofia tidak gentar. Sekalipun Alex saat ini tengah menatapnya tajam sambil mencengkram kerah kemejanya.

"Aku tau.." Sofia menjawab. Ia melepaskan tangan Alex. "Tapi itu salahmu sendiri. Kau lupa? Kau sendiri yang mengajukanku untuk berada dalam pertanggungjawabanmu. Aku tidak pernah memintanya, Alex."

Belakangan ini Sofia sadar kalau ia sering lalai terhadap pekerjaannya. Sangat sadar. Otaknya masih penuh soal Elina karena rasa bersalah yang mendalam. Apalagi ketika ia mengingat wajah nenek Elina saat pertama kali ia memberitahu kabar kematian Elina. Itu sangat menyayat hati Sofia. Dengan wajah yang dipenuhi air mata, rasa pedih yang mendalam bercampur amarah, nenek Elina memintanya untuk mencari tahu dalang di balik perbuatan ini. Karena itu ia merasa bertanggungjawab. Ia keluar di jam kerja karena mendapat panggilan dari polisi mengenai perkembangan kasus. Sering melamun karena diam-diam ia juga memikirkan siapa pelakunya.

"Oke aku minta maaf. Aku akan bilang saat ini juga bahwa aku akan bertanggung jawab atas semua kesalahanku. Mulai sekarang berhenti untuk ikut campur urusanku, Lex!"

🌻🌻🌻

Kevin menatap Sofia dihadapannya dengan bingung. Ia sudah tidak heran mendapati Sofia yang menjadi lebih pendiam dua kali lipat dibanding Sofia yang biasanya. Namun kali ini diamnya Sofia berbeda.

"Kenapa Sof? Kau tampak kacau sekarang. Sesuatu mengganggumu?" Pertanyaan Kevin tak hanya membuat pemuda itu menatapnya iba, namun juga seorang anak kecil yang duduk di sampingnya.

"Kak Sofia sakit?" Arjuna bertanya sembari meletakkan tangannya tepat di atas tangan Sofia yang berada di atas meja.

Mereka bertiga saat ini tengah makan siang di cafe tempat Kevin bekerja. Setelah menuntaskan masalahnya di rumah sakit, Sofia dengan segera pergi menuju daycare dan mengajak Arjuna makan siang. Ia juga sempat menelepon Kevin karena awalnya tidak tahu harus makan siang di mana. Kevin yang membawanya ke cafe.

"Aku baik-baik saja. Kevin, apa tidak apa-apa kau di sini? Maksudku, masih banyak pelanggan yang datang." Sofia merasa tidak enak karena Kevin menemani mereka makan siang sementara pelanggan terus berdatangan.

"Aku tau kau bohong, Sof. Dan tenang saja. Aku sudah izin."

Sofia menghela nafas. Ia memang tidak bisa berbohong pada Kevin. Seolah Kevin sangat mengerti dirinya. "Aku baru saja membuat semua orang repot karenaku." Ia mulai bercerita.  "Alex marah padaku karena belakangan ini aku jadi tidak fokus pada pekerjaan. Kau tau, Elina sudah membuat otakku seakan berhenti memikirkan yang lain kecuali dia."

OBSESSED [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang