Bab 13. Prasangka

1.5K 165 8
                                    

BAB 13.
PRASANGKA

***

JAM menunjukkan pukul 11 malam ketika deretan pertokoan serempak menutup lapaknya. Seorang pemuda dengan kemeja berwarna mint terlihat keluar dari sebuah toko pernak-pernik. Ia membawa sebuah paper bag di kedua tangannya, melangkah ringan memasuki gang-gang kecil sambil sesekali bersiul. Hatinya berbunga karena pada akhirnya ia berhasil membeli hadiah berharga untuk orang tercinta.

Derap langkah itu terhenti ketika mendengar sebuah suara asing dari salah satu gang. Dengan segala keberanian, ia mencoba mencari tahu sumber suara. Ia melanjutkan langkah. Semakin dekat, semakin jelas ia bisa mendengar suara aneh itu. Suara seperti 'CRAKK.. CRAKK..' yang terus berulang-ulang.

Pada akhirnya ia berhenti melangkah. Tepat dihadapannya, ia melihat seseorang sedang berkomat-kamit seperti membaca mantra. Tangan kanannya memegang sebuah pisau dapur yang tajam dan menusukkannya pada.. orang lain dibawahnya. Tepat di jantungnya.

Pemuda itu tidak bisa bergerak. Seluruh tubuhnya mendadak menjadi kaku. Bahkan hanya untuk sekadar berteriakpun tidak mampu. Hingga kehadirannya disadari oleh orang itu.

"T-tolong.. ampuni a-aku.."

🌻🌻🌻

Sofia menatap Arjuna dihadapannya yang sedang memakan sereal. Pagi ini sudah ketujuh kali Arjuna menanyakan Kevin. Tapi Sofia hanya diam. Ia tidak mau memberitahu padanya apa yang terjadi dengan Kevin.

"Berhenti untuk menyebut nama Kevin!" Sofia kalap, ia tidak sengaja membentak hingga membuat Arjuna menatapnya takut. Bocah itu perlahan memundurkan langkahnya dan masuk ke dalam kamar, menutup pintunya rapat-rapat.

Sofia tersadar beberapa saat setelah bantingan pintu terdengar. Ia menghela nafas sebelum akhirnya berjalan menuju kamar. "Juna? Buka pintunya! Kakak minta maaf."

"Juna takut!" Sofia merasa ribuan jarum sedang menusuk dadanya mendengar lirihan Arjuna di dalam sana.

"Kakak minta maaf. Ayo keluar! Kakak tidak akan membentakmu lagi." Lama Sofia menunggu, nyaris satu jam. Namun tidak ada jawaban, yang ia dengar hanya suara isak tangis dari Arjuna. Waktu menunjukkan pukul sembilan. Ia sudah sangat terlambat masuk kerja. Sangat tidak mungkin meninggalkan Arjuna dalam keadaan seperti itu.

Sofia duduk di meja makan sambil menatap sendu kearah pintu kamarnya yang masih tertutup. Hingga tak lama kemudian, pintu itu terbuka. Dibaliknya, Arjuna muncul dengan wajah yang memerah dan sembab. Ia berjalan sambil merentangkan tangannya kearah Sofia, meminta sebuah pelukan.

"You okay?" Tanya Sofia sembari membawanya ke dalam pelukan.

"Juna okay. Tapi kak Sofia jangan bentak Juna lagi," kata Arjuna terbata-bata karena isak tangisnya.

"Tidak akan. Kakak janji. Maaf ya." Arjuna mengangguk dalam pelukan Sofia.

Usai membuat Arjuna tenang, Sofia beranjak untuk menelepon Viona. Begitu tersambung, ia bisa mendengar omelan Viona yang memberondongnya dengan macam-macam pertanyaan.

"Sof, di mana? Nggak ke rumah sakit? Udah jam berapa ini?" Tanyanya.

"Juna nangis. Nggak sengaja bentak dia. Dan nggak mungkin aku ninggalin dia gitu aja," jelasnya.

"Oh okay. Take care. Aku izinin nanti. Tenang aja. Ada Alex di sini." Sofia tersenyum karena Viona begitu mengerti dirinya.

"Thanks, Na."

OBSESSED [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang