Bab 14. Mimpi Buruk

1.6K 171 3
                                    

BAB 14.
MIMPI BURUK

***


SOFIA keluar dari apartemen saat langit mulai menghitam. Ia ingin pergi ke minimarket untuk membeli bahan makan malam mereka. Kali ini ia pergi sendiri, karena Arjuna masih terlelap dalam tidurnya. Anak itu masih belum bangun sejak tertidur pukul lima sore.

Harusnya perjalanan menuju minimarket tidaklah jauh. Tempatnya tepat di seberang komplek apartemen Louise. Tapi Sofia merasa ia sudah menghabiskan waktu 30 menit untuk sampai ke sana. Terasa sangat jauh. Mencoba untuk tidak peduli, begitu tiba di sana ia langsung menuju ke barisan rak makanan. Ia mengambil beberapa sosis, ikan kaleng serta 2 susu kotak 900ml rasa coklat favorit Arjuna. Sofia rasa sebagai pengganjal perut, ia hanya perlu makanan itu.

Setelah selesai dengan urusan belanjaan, Sofia segera keluar dari minimarket. Langit sudah tertutupi oleh awan kelabu. Menurut berita cuaca yang ia ikuti, malam ini hujan akan turun dengan deras. Ia tidak mengharapkan hujan turun sebelum ia sampai di apartemen. Namun sepertinya langit tidak mendengar doanya. Karena beberapa saat kemudian ia diguyur oleh derasnya air. Beruntungnya saat itu ia membawa payung kecil dan melanjutkan perjalanannya dengan sedikit lebih cepat.

Sofia sangat benci harus keluar saat hujan turun. Ia hanya tidak suka cipratan air itu membuat tanah menjadi lebih bebas mengenai kulitnya. Dan sandal yang ia kenakan jadi kotor karenanya.

Dengan sedikit kesusahan, karena belanjaan yang ia bawa, ia meneruskan perjalanan. Mengabaikan beberapa orang yang sedang berteduh di bawah kanopi toko menatapnya. Hingga akhirnya ia tiba di depan pintu masuk apartemen louise.

Dengan hujan yang masih tetap mengguyur, ketika ia ingin masuk ke dalam, ia mendengar suara. Sangat ganjal karena terdengar seperti suara orang sedang merintih. Sofia berjalan mencari tahu apa yang ia dengar. Kedua kakinya membawa ia menuju ke salah satu gang sempit di balik gedung apartemen.

Di saat itu juga tubuhnya membeku. Ia nyaris saja berteriak, jika saja ia tidak membekap mulutnya sendiri. Di depan sana, ia bisa melihat seseorang terbaring dengan darah yang menggenang disekujur tubuhnya. Serta salah seorang lagi yang berada di atasnya. Mengenakan mantel panjang berwarna hitam pekat dan kedua tangannya yang memakai sarung tangan. Yang mengejutkan, orang itu membawa sebuah pisau dapur dan berulang kali menghujamkan tepat pada dada manusia di bawahnya.

Sofia bergeming. Ia tidak berani menggerakkan badannya sedikitpun. Namun terlambat. Kehadirannya ternyata disadari oleh manusia di depan sana. Sofia berjalan mundur perlahan. Ia sudah mengambil ancang-ancang untuk berlari menyelamatkan diri. Tetapi manusia itu berhasil menahan kakinya, membuatnya terjatuh. Belanjaan yang dibawanya berserakan di atas tanah.

"Tidak. Jangan!" Manusia itu menarik kakinya. Tangan Sofia tergerak mencari apapun yang membuatnya bisa berpegangan, menahan tubuhnya agar tidak tertarik.

Hingga tangannya bercampur tanah basah serta kukunya yang mengelupas dan mengeluarkan darah, pada akhirnya Sofia tidak bisa lagi menahan tubuhnya. Manusia itu membawanya berhadapan dengan manusia lain yang sudah tidak bernyawa. Ia menangis, menyadari mungkin nasibnya sebentar lagi akan sama dengan manusia itu.

"Kumohon jangan!" Ia memohon sekali lagi.

Tubuh Sofia sudah basah kuyup terkena air hujan. Manusia bermantel hitam tidak lagi mendengarnya. Lebih tepatnya tidak peduli. Sofia mendongak, menatapnya. Ingin mengenali orang yang sudah melakukan pembunuhan. Namun ia tidak bisa melihat apapun selain kedua matanya. Selebihnya, wajahnya tertutupi masker.

OBSESSED [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang