Bab 4. Korban Baru

3.7K 319 1
                                    

Bab 4.
KORBAN BARU

***

KEVIN menatap piring berisi makan siangnya dengan tidak nafsu. Sementara itu Sofia dihadapannya memandang Kevin tajam.

“Makanlah! Suster bilang kau tidak mau makan belakangan ini. Kau mau meninggal perlahan, huh? Tolong jangan bertingkah, tuan Kevin!” ujarnya.

Sofia tahu, seharusnya ia tidak berkata seperti itu pada Kevin. Dia seorang psikiater, dan tahu apa akibatnya jika membentak pasien yang belum sembuh total. Tapi dia sudah tidak peduli pada apapun lagi kala menghadapi Kevin yang suka sekali berulah. Kevin berdecih. Ia akhirnya mengambil sendok dan memakan makannya.

Sofia menunggu Kevin menghabiskan makanannya. Hanya untuk memastikan Kevin makan dengan baik. Beberapa saat yang lalu Adit datang keruangan Sofia. Niatnya hanya untuk berkumpul karena dia sudah lama disibukkan dengan jadwal operasi dan jarang menemui rekan yang lain. Kabar bagus, dia sudah diperbolehkan ikut operasi oleh dokter Irawan. Dan dari Adit lah, Sofia tahu kabar mengenai Kevin yang tidak mau makan.

Bukan tanpa alasan Sofia buru-buru datang ke kamar rawat Kevin dan sebelumnya sempat memohon-mohon kepada suster agar dirinya saja yang mengantarkan makanan. Sofia hanya ingin memastikan Kevin baik-baik saja secara mental. Ia baru bisa bernafas lega begitu yang dipikirkannya tidak terjadi. Kevin yang dilihatnya saat ini bahkan seperti orang yang segar bugar.

Kevin meletakkan piring dan juga sendok di atas meja. Ia sudah selesai makan. Kemudian menatap Sofia yang sedang melamun. “Permisi, dokter,” panggilnya.

Sofia mendongakkan kepalanya menatap Kevin. “Oh, sudah selesai? Baiklah. Aku harus kembali,” kata Sofia sambil membereskan peralatan makan. Sebelum benar-benar pergi, ia menyempatkan diri untuk bertanya. “Oh ya, omong-omong, apa tanganmu baik-baik saja?”

Kevin menatap Sofia tak mengerti. “Pergelangan tangan kananmu terluka. Pasti tergores borgol ya?” Dan Kevin hanya mengangguk sebagai jawaban.

“Baiklah. Aku permisi dulu.”

Selepas kepergian Sofia, Kevin menatap pergelangan tangan kanannya yang terluka dengan pandangan yang tidak dapat dijelaskan. Pergelangan tangan itu kembali terborgol. Polisi memborgolnya kembali setelah Sofia keluar.

“Heran. Kenapa dia masih diborgol dan polisi masih mengawasinya?” tanya Alex pada Sofia.

“Jelas saja. Polisi masih menyelidiki kasus ini. Mereka tidak bisa percaya pernyataan Kevin begitu saja. Bagaimana jika memang Kevin yang membunuhnya, dan polisi melepaskannya begitu saja? Seorang pembunuh akan berkeliaran.” Keduanya dikejutkan oleh Viona yang secara tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Ia merentangkan tangannya dan menguap. “Aduh. Ternyata capek juga ya tidur dengan posisi duduk,” sambungnya.  

“Kau tidur selama satu jam kalau kau mau tau,” balas Sofia.

“Wow.. lama juga ternyata.”

Baik Sofia ataupun Alex tidak lagi menggubris Viona. Alex menyibukkan dirinya dengan mencari berita terkait Kevin di internet. Pemuda itu masih penasaran, sudah sejauh mana kasus diusut. 

“Menurutmu, apakah kasus pembunuhan itu ada hubungannya dengan kasus apartemen Louise?” gumam Alex.

Sofia dan Viona secara serempak mengerutkan dahi mereka dan memandang Alex penuh tanda tanya. Alex menatap kedua gadis itu, karena merasa tidak mendapat respon dari keduanya. “Aku pikir tidak mungkin pembunuh berantai di apartemen Louise akan membunuh di tempat umum seperti bar. Bukankah identitasnya akan cepat ketahuan?” jawab Viona.

OBSESSED [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang