Prolog

14.3K 734 12
                                    

PROLOG

***

Hal pertama yang ia rasakan saat membuka mata ialah rasa sakit pada pergelangan tangan dan kaki. Nafasnya memburu, terasa sesak seperti dihantam oleh benda dengan berat puluhan ton. Ia merasa pusing. Dirasakannya dunia seolah berputar sangat cepat. Dengan sisa tenaganya, ia berusaha bangkit.

"Sudah bangun kau rupanya, honey!"

Ia bergidik ngeri ketika mendengar suara derap langkah yang semakin mendekat. Ia tidak bisa melihat apapun karena kedua matanya yang tertutup oleh sebuah kain. Ketakutan semakin ia rasakan saat mendengar langkah kaki itu berhenti tepat di sebelahnya.

"Tolong lepaskan aku," pintanya dengan suara lirih.

Alih-alih melepaskannya, orang yang kini duduk berjongkok di sebelahnya justru tertawa lebar. "Tenang saja. Kau aman di sini, sayang. Tidak perlu takut," balasnya.

Gadis itu menangis terisak. "Apa yang kau mau?" Tanyanya.

Orang itu lalu berdiri dari jongkoknya, berjalan memutari si gadis sambil terkekeh. "Kau yakin mau tau apa yang aku mau?"

"Well, kau akan terkejut," sambungnya.

Hening melanda. Si gadis tau bahwa orang itu masih berada disekelilingnya. Namun ia tidak ingin menyerah begitu saja. Perlahan ia beringsut mundur, mencari sesuatu yang setidaknya bisa menjadi senjata untuk melindungi dirinya. Tanpa tahu bahwa semua gerak-geriknya sejak tadi terus diawasi.

"Usaha yang bagus, honey. Kuberitahu kau satu hal." Pemuda asing itu mendekat kearahnya sebelum melanjutkan perkataannya. "Seberapa besar kau berusaha untuk melarikan diri, kau akan tetap kembali padaku,"

"Tempat ini cukup terpencil, omong-omong. Sekencang apapun kau berteriak, tidak akan ada yang mendengarmu."

"LEPASKAN AKU! KAU GILA!" si gadis berteriak.

Pemuda itu tertawa kencang. Ia mendekatkan diri lagi pada si gadis, membelai pipinya perlahan, lalu berkata. "Ya. Aku memang gila. Aku gila karenamu."

"Hentikan. Sudah cukup. Aku tahu kau siapa. Aku mengenalmu," ujar si gadis.

Beberapa saat yang lalu, ditengah kekalutannya, ia berusaha mengingat siapa orang yang sedang bersamanya sekarang, melalui suaranya. Dan dia mengenalinya.

"Tidak. Kau tidak mengenalku. Kalau kau mengenalku, kau mungkin tidak akan berada di sini." Pemuda itu dengan setia menatap gadis dihadapannya. Senyum kecil terpatri di wajahnya yang tampan.

"Sayang sekali bukan? Seandainya saja kau bersikap sedikit manis padaku. Aku akan membiarkanmu bebas!"

Sinar rembulan masuk melalui jendela besar yang terdapat di ruangan itu. Tidak ada lagi percakapan di antara mereka setelahnya. Si pemuda sedang duduk manis dengan kedua lututnya tertekuk sedang menatap gadis dihadapannya yang sedang ketakutan.

Badan gadis itu bergetar, masih setia dengan isak tangisnya yang ia tahan. Bibirnya ia gigit sehingga menimbulkan luka. Kondisinya semakin mengenaskan. Pada kedua pergelangan tangan dan kakinya terdapat luka akibat gesekan tali yang mengikatnya kencang.

"Aku tidak bisa menahannya." Lelaki itu berbicara mendekatkan diri lagi pada si gadis, lalu berbisik di telinganya. "Kau terlihat sempurna. Aku ingin memilikimu seutuhnya. Tinggalkan mereka. Kenapa kau begitu peduli dengan mereka? Sedangkan kau tidak pernah sedikitpun peduli padaku. "

"Aku.. aku peduli padamu!" Jawab si gadis dengan terbata.

"Bullshit. Sampai kapan kau akan terus berbohong?"

Ruangan yang tak begitu besar itu menjadi sunyi. Hanya deru nafas mereka yang terdengar saling beradu.

"Tapi tak apa. Kau sudah di sini sekarang. Aku tidak perlu khawatir lagi kan?" Lelaki itu berdiri, berjalan menuju ke satu-satunya pintu yang ada di sana, lalu membukanya. "Sudah larut malam. Kau harus istirahat!"

Usai mengatakan itu, pemuda itu keluar dan meninggalkan si gadis sendirian di dalam ruangan. Tangis si gadis semakin menjadi. Ia meraung meminta siapapun untuk melepaskannya. Walau ia sadar apa yang dilakukannya itu merupakan suatu hal yang sia-sia.

Sementara itu, di luar sana, si pemuda berjalan menelusuri lorong panjang yang minim pencahayaan. Ia menuju ke ruangan lain dan melamun di sana.

"Kau harus jadi milikku, Sofia!"

Bersambung

OBSESSED [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang