CHAPTER TWO

16 1 0
                                    

Weekend. Sabtu-minggu itu memang sepasang hari yang ditunggu siapapun. Baik para pelajar sampai pekerja, dari yang lajang sampai yang sudah berkeluarga. Terlebih pemabuk cinta. Ya, dua hari ini merupakan kartu as bagi mereka yang sedang dijenjang mesra.

Namun, bagaimana dengan seseorang yang sedang patah hati? Yang baru putus cinta? Yang baru saja kehilangan pasangan? Bagaimana dengan mereka yang kehilangan harapan? Akankah sabtu dan minggu menjadi hari yang baik, yang bisa membawa peruntungan pula?

Huft~ Cinta memang rumit. Putus cinta bahkan bisa lebih rumit lagi. Adapula yang mengatakan bahwa efek samping dari 'racun cinta' bisa menyebabkan seseorang rancu akan kehidupan dengan kasus yang terparah berujung kematian.

Ya, tiada yang tahu tentang gambaran masa depan seseorang dalam aspek percintaan. Manusia hanya bisa meramal, namun belum tentu semua itu akan menjadi nyata. Mencuri percakapan langit bukanlah hal yang baik. Sebaliknya, semua itu tiada bermanfaat dan malah menyebabkan kesalahan besar yang teramat fatal.

Baiklah, sabtu hari, dipagi buta Acha sudah narik Skyleen untuk bangkit dari 'pulau kasur'nya. Ya, tau sendiri apa respon gadis bersurai sak-sak itu kala terusik dan mental dari mimpi indah kepada realita pahit kehidupan.

"Pagi, bestie! Bangun dong~ Bangun. Dah pagi nih, jam enam." Ucap Acha ramah sambil mengguncang-guncangkan tubuh Skyleen tiada jeda. Ia tak hentinya memencet-mencet pipi Skyleen meski sudah beberapa kali ditepis kasar gadis itu.

"Ngghh~ Berisik! Padahal matahari aja blom nongol," Cerocos Skyleen mencari-cari alasan. Acha berdecak, ia menghela nafas panjang.

"Ayo dong, nanti kita telat. Pasti klo dah siang dikit antrinya bakal panjang banget." Acha masih menarik-narik selimut Skyleen. Yang ditarik selimutnya malah tambah menenggelamkan kepalanya kedalam balutan selimut.

Acha menhembuskan nafas panjang, mencoba rileks. "Coba inget-inget lagi deh. Buat apa coba gw nginep dikandang banteng dan buat apa pula sepagi buta ini gw bangunin spesies kebo kayak lo? Buat apa, heh?"

Beberapa detik tak berkutik, pada akhirnya Skyleen duduk juga. Ia menatap Acha penuh arti dengan muka bantalnya yang sungguh.. ah, lupakan. Jangan tanya.

"Hunting."

"That's right. Sekarang lo bangun, mandi, ganti baju, gak dandan juga gapapa - gw tau lo gak demen dandan, sarapan, kita cau. Oke? Gw tunggu setengah jam dari seka-"

Tanpa harus disuruh pun Skyleen sudah lebih dulu ngeluyur dan seolah sudah tahu betul apa yang harus ia lakukan. Acha menyungging senyum simpul, menahan tawa. Sejenak ia berfikir bahwa ia baru saja membangunkan banteng ngamuk yang lagi in storm dan tiba-tiba saja moodnya berubah berpelangi hanya karena diajak hunting sokabnya.

"Yuk,"

Acha melongo bego. Baru saja ia hendak merebahkan tubuhnya diatas kasur Skyleen, gadis itu malah udah keluar dari kamar mandi dan kini telah mengenakan outfit jalan-jalannya.

"Cepet amat. Jangan-jangan lo kagak mandi, ya?" Tanya Acha menyelidik, yang ditanya malah nyengir.

"Udah." Singkat Skyleen, Acha memanyunkan bibirnya diikuti dengan dahi yang kian semakin mengerut.

"Serius? Kok cepet banget?"

Skyleen tertawa, "Yaiyalah, gw 'kan cuma mandiin muka sama gigi doang. Nanti kita main arung jeram, ya. Biar sekalian basah trus mandi, deh. Gw bawa sabun kok, he~" Acha bergidik ngeri.

"Tau gak sih?" Tanya Acha, Skyleen menaikkan kedua alisnya bersamaan.

"Hmm? Apa?"

"Terkadang gw mikir, kenapa gw bisa sahabatan sama orang yang modelannya kayak lo, ya?" Skyleen memanyunkan bibir,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I F.L.Y. ( I'm Fuckin' Love You )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang