Hari ini adalah hari keberangkatan Reynan menuju London, tepat jam delapan malam, Reynan harus sudah ada di bandara.
Reynan sedang merapihkan pakaian nya di depan cermin, sedangkan Silla sedang memandang reynan kagum, melihat reynan yang sedang merapihkan pakaiannya dan menyisir rambutnya dengan jemarinya.
Mungkin pemandangan seperti ini akan jarang Silla temukan lagi, Silla mendekat ke arah Reynan dan memeluknya dari belakang.
Reynan menatap Silla dari cermin dan tersenyum, dia melepaskan pelukan Silla dan memeluknya erat, reynan mengusap rambut Silla dengan lembut. "Hati-hati di sini ya?, Inget jaga Dede bayi kita, kamu udah ga sendirian lagi"
Silla menganggukan kepalanya, dia menyembunyikan kepalanya di dada biang milik Reynan, sekali lagi, mungkin pelukan seperti ini akan jarang dia temui.
"Udah yu? Nanti telat." Ajak Reynan
Silla mengangguk dan mereka berdua turun ke bawah. Hari ini mereka menggunakan taksi untuk berangkat ke bandara, Reynan tidak mengizinkan Silla mengendarai mobil.
Saat tiba di bandara, mereka langsung di sambut oleh orang tua mereka, ada orang tua Silla dan orang tua Reynan di sana.
Bunda reynan tanpa aba-aba memeluk Reynan erat. "Di sana jangan main sama Bule! Awas kalau macem-macem" ancam bunda
"Iya bunda" ujar Reynan lalu menyalami ayahnya dan orang tua Silla
"Jaga baik-baik diri kamu di sana, ingat sekarang sudah ada Silla" ujar ayahnya seraya menepuk-nepuk pundak reynan
Reynan hanya tersenyum, dia menatap ke arah Silla.
"Rey mau beli minum ya sama Silla?"
"Yuk sill!" Ajak Reynan
Reynan menggandeng tangan Silla dan menariknya ke arah salah satu cafe kecil di sana. Mereka berdua memesan dan duduk berhadapan.
Silla menatap Reynan, dia ingin sekali menangis saat ini, tapi dia tidak ingin Reynan jadi khawatir. Namun raut wajah Silla sudah bisa di baca oleh Reynan, reynan menggengam tangan Silla dan mengusapnya lembut. "Kalau kamu nangis aku gajadi pergi ya?"
Silla menggeleng. "Aku gak nangis kok!"
"Siapa yang nangis?" Bantah Silla
Reynan tersenyum dan mencium punggung tangan Silla. "Jangan sedih ya?, Kan ini kamu yang mau"
"Iya Silla ga sedih kok! Kaka semangat ya di sana!" Ujar Silla sambil tersenyum
Minuman pesanan mereka datang, mereka mengambilnya dan meninggalkan cafe, dia kembali ke gate.
Reynan sudah check-in dan sebentar lagi akan boarding. Reynan kembali menyalimi orang tuanya dan orang tua silla, dia kembali memeluk bundanya.
Terakhir, dia memeluk Silla dengan erat, mereka berpelukan seakan akan tidak ada orang lain di sekitar mereka, reynan mencium puncak kepala silla dan mengusap rambutnya lembut.
Panggilan keberangkatan telah terdengar, reynan melepaskan pelukannya dan berjalan meninggalkan Silla, nemun baru beberapa langkah Reynan membalikan tubuhnya kembali ke arah Silla, tanpa aba-aba reynan memeluk Silla erat.
Orang tua Silla dan orang tua reynan hanya menatap mereka haru.
"Baik-baik di sini ya?" Silla mengangguk
"Safe flight!" Ujar Silla
Reynan kembali melangkahkan kakinya dan meninggalkan Silla tanpa menengok kebelakang, saat reynan sudah menjauh dan hilang dari pandangan Silla, Silla tersungkur di lantai bandara dan menangis tersedu-seru , bunda dan mamah Silla mencengangkan Silla yang menangis, menarik Silla untuk pulang.
Silla menaiki mobil bersama mamah dan ayahnya, Silla menatap bandara dari kaca mobilnya.
"Semoga bandara jadi tempat yang akan mempertemukan kita kembali , bukan tempat yang memisahkan kita" batin Silla
***
Silla melangkahkan kakinya menuju kamarnya, malam ini adalah malam pertama hidupnya berjauhan dengan Reynan, sangat jauh.
Silla memikirkan sedang apa reynan sekarang, apa dia baik-baik saja? Semoga penerbangan nya lancar.
Silla menutup matanya, namun dia tidak bisa tidur , dia seperti menginginkan sesuatu.
Dia menginginkan martabak telur malam ini, dia hendak memesan makanan lewat ojek-online namun silla lupa hari ini adalah hari terakhir paket kuota Silla habis. Silla menepuk dahinya, beginilah gambaran orang kaya yang tidak punya kuota. dan melihat masih ada sisa pulsa di ponselnya.
Dia berniat menelfon Cecil untuk membelikannya martabak, namun panggilannya tidak di jawab.
Silla menghubungi cecil berkali-kali namun tidak di jawab.
Silla akhirnya memutuskan untuk menghubungi Bagas, namun panggilannya juga tidak di jawab.
Silla menghembuskan nafasnya kasar, kemana Cecil dan Bagas.
Haruskah Silla yang membelinya sendiri? Sungguh menyedihkan.
Silla hendak menghubungi orang tuanya namun pasti mereka sudah tidur dan Silla tidak ingin menggangu.
Akhirnya Silla terfikir satu nama.
"Nicko!!" Ujarnya dan mencari nomor Nicko dan menelfonnya
Hallo?
Silla?Nicko!!
Gue boleh minta tolong gak?Minta tolong apa?
Gue pengen martabak telur
Pas mau mesen, paket Internet
Gue abisLah emang laki Lo
Kemana?Dia ke London, ih panjang
Ceritanya , ini bayi gue pengen
MartabakBayi??
Iya gue hamil
Serius?
Iya Lo bisa tolong
Beliin gue martabak gaYaudah nanti. Gue Anter
Kerumah loBeneran?
Gue tungguSilla memutuskan panggilan sepihak, dia turun ke bawah dan duduk di sofa ruang tengah, sambil menunggu Nicko datang.
Tak menunggu lama , terdengar suara bel , di luar, Silla membuka gerbang dan melihat Nicko dengan motor Vespa nya.
"Kok cepet?" Tanya Silla
"Iya tadi ada di kedeket sini"
"Makasih ya ko!, Masuk dulu yu? Gue mau ambil uang"
"Eh gausah sill, gue duluan ya?, Oh ya tadi gue bawain Lo vanilla latte juga"
"Jangan gitu dong ko, gue ambil uang dulu, Lo tunggu ya?"
"Gausah sill"
"Pokonya Lo tunggu sini"
Silla berlari dan mengambil uang di dalam dompetnya.
"Nih ko!" Ujar Silla
Tapi saat kembali lagi silla tidak melihat siapapun Nicko dan motornya sudah tidak ada di depan rumahnya.
"Dasar nickoo!" Gerutu Silla
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny of Married [COMPLETED]
Roman d'amour"perjodohan macam apa ini?!" Perjodohan adalah awal dari segalanya menikah di usia dini yang menghancurkan semua mimpi yang telah di buat, ingin di cintai dan mencintai dengan pilihan sendiri , namun tuhan berkehendak lain, apa kah ini yang di maksu...