Rencana 1

72 15 4
                                    

Semua ini menyesakan.

💔💔💔

   Setelah kejadian semalam rai tidur dengan nyenyak. Sudah banyak hal yang di lakukan nya, sudah banyak kejadian yang ia lakukan.
   Setelah siap untuk berangkat ke sekolah lengkap dengan baju, tas dan juga jangan lupa plester di pipi nya, ah... Seakan ini adalah ciri khas dari seorang raiya Louis.
   Saat rai keluar dari kamar nya terdengar suara ribut dari bawah.

Ada apa sih pagi-pagi udah ribut ajh? Bikin jengkel!

Rai menuruni tangga, rai melihat puluhan cowo berbadan tegab besar berseragam serba hitam berbaris dengan rapi.
Ah... Rai tau ini pasti sedang pemilihan keamanan baru.
   Rai berdecak sebal, setiap kakek nya itu pergi dari rumah pasti akan ada pengawal baru. 
   Rai mengamati beberapa laki-laki besar yang memiliki tato di leher mereka.

"kalian ini gak akan bisa jadi penjaga disini! Di sini dilarang menggunakan tato." omel farah.

Mereka tak menjawab, rai menatap tajam kearah mereka.

"eh raiya, sini sayang kamu pilih beberapa bodyguard pribadi kamu." saat menyadari kehadiran rai, farah meminta rai turun dan milih beberapa bodyguard untuk nya.

Rai turun dengan Tatapan kosong lalu menatap tajam kesetiap calon bodyguard. Mata rai semakin menajam saat 4 orang bertato di leher hingga tangan nya.
Mereka hanya diam tanpa berekspresi.

"mereka!" rai menunjuk 4 orang bertato itu.

Sontak farah melotot mendapati keputusan cucu satu-satunya.

"Sayang, mereka sudah didiskualifikasi. Sebagai penjaga keluarga louis mereka harus sehat, kuat dan bersih dari semua hal terlarang seperti tato itu contohnya." Jelas farah berusaha sabar.

"Terserah, gw cuma mau mereka." Ucap rai berlalu pergi meninggalkan kediaman louis menggunakan motornya.

Farah mendengus jengah,

"Mulai sekarang kalian yang akan bertanggung jawab menjaga raiya dimana pun ia berada." Perintah Farah tegas.

"Baik nyonya besar." Serempak mereka membungkukan badan sebagai tanda hormat mereka.
Tanpa seorang pun sadari salah satu dari mereka menyeringai samar.

💔💔💔

Derai motor rai menggelagar di seluruh penjuru sekolah, menarik semua perhatian siswa atau pun siswi di sma itu tak terkecuali satpam yang megap megap karna terkejut.

Rai memarkirkan motornya ke sembarang tempat tanpa memerdulikan kalau kendaraan lain tak dapat berlalu sambil terus mengunyah permen karetnya.

"BBOSSSSSSS!!!"
Rai tak memerdulikan panggilan itu, paling paling si tuyul planet mars.

"BOSSSS!!! BOSSSS!!!"
Rai berdecak sebal lalu menghentikan langkahnya.

"Anjir lu! Di panggil' Kagak nyaut nyaut malah jalan trosss kek kereta lu,cewe' Kok jalannya udh kek buto ijo cepet bet." Ucap bagas panjang lebar padahal nafasnya masih tersenggal senggal.

Rai menatap bagas galak seakan akan berkata 'sekali lagi ngomong tenggorokan lu ilang'

"Ngapa lu lari' Sih tuma!" Sewot ramon.

"Nanya nya nanti ajh bisa gak lu gak liat gw lagi ngos ngosan." Kesal bagas.

"Rasain lu, gak ada yang nyuruh lu lari juga kali." Iron menoyor kepala bagas. Yang punya kepala hanya mendengus kesal.

"Tumben lu bawa motor rai?!" Tanya ramon seraya membenarkan letak taknya yang sempat melorot.

Rai melenggang pergi.
Sebagai pengikut yang setia tentu saja mereka akan ngintil di belakangnya.

"Lu udh di bolehin bawa moyor?" Tanya iron.

"No." Singkat, padat dan jelas.

"Mon!" Bagas menoyor kepala ramon yang sedang tebar pesona alias menel ama ciwi ciwi.

"Anyeng nih tuma! Main noyor noyor pala orang sembarangan, gw gampol lu pake kol*r bapak gw tau rasa lu." Solot ramon.

"Lu tuh yh kalo di tanya jawab bukannya diem ajh." Ucap bagas menoyor kepala ramon lagi.

"Eh babi gw punya utang apa sama lu hah?!" Ramon semakin kesal.

"Kalo ada yang nanya jawab yang bener tolol!" Bagas menoyor kepala ramon lagi.

"Woy bangsat ngajak kelut lu?!" Ramon sudah ambil ancang-ancang akan memukul bagas.

"Kalo di ajak ngobrol itu jangan pelit ngomong, ngomong tuh gak bayar jir! Gratis! Gratis!"
Ramon sudah akan menampol mulut lembek si bagas hanya saja di dahului orang lain.

"Diem bangsat! Jan nyinyir, gw depak lu dari sini." Ancam Rai dengan mata melotot.

Sang pelaku hanya cengengesan gak jelas. Rai menghela nafas berat.

"Di sana lagi pada sibuk milih bodyguard baru. Gw diem-diem bawa motor." Jelas Rai.

"Wah... Bodyguard lu?" Tanya iron.

"Hm... " Kemudian Rai masuk ke dalam kelasnya.

Di dalam kelas....
Semua mata menatapnya sinis, biasa menurut Rai.
Mata Rai tertuju pada sosok yang kini tengah menatapnya. Jidat nya di plaster mungkin itu akibat malam tadi... Mungkin

Lalu matanya beralih ke bastian yang duduk di samping ariyan. Bastian bergidik ngeri melihat sorot mata Rai dan mengingat kejadian semalam.

"A... Apa lu liat-liat?!" Tanya bastian gagap.

Cih...
Rai berdecak lalu duduk di kursinya.

"Lu harus hati-hati mulai sekarang Ri ama tuh cewe, jan deket-deket sama dia." Bisik bastian pada ariyan.

Ariyan tak mengubris ucapan Bastian, matanya fokus pada objek di sampingnya. Rai terlihat tenang. Tiba-tiba mata mereka bertemu sesaat, Ariyan memutus kontak mata itu, jantungnya berpacu 2 kali lipat dari biasanya.
Masa iyh gw kena serangan jantung.

Guru pun masuk.

Di tengah pelajaran yang sedang berjalan tiba' ada secarik kertas di atas bukunya.

Club kuy!
Bastian lah pelakunya.

Ariyan memikirkan sejenak lalu melirik Rai singkat kemudian menuliskan sesuatu di kertas itu.

Iyh.

DANGEROUS GRIL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang