Kecewa lagi.

410 51 5
                                    

Setelah perkataan Yuna tadi siang, malam ini Syahran sudah tampil cantik dengan setelan casualnya.

Menggunakan kemeja putih dengan lengan yang di gulung rapi sampai siku. Bawahan berupa celana kain panjang berwarna mocca. Rambut coklat gelapnya yang di biarkan terurai dengan rapi.

Sekali lagi Syahran bercermin dan memperbaiki beberapa bagian yang menurutnya kurang rapi. Jujur ia sangat gugup saat ini.

Ini bukan pertama kalinya ia akan bertemu dengan keluarga Yuna. Mereka bertemu saat kali pertama Yuna dan Syahran berpacaran, saat itu mereka sangat baik dan membuat Syahran nyaman. Namun itu sudah cukup lama, beberapa bulan terakhir Syahran tidak pernah berkunjung karena Yuna tidak pernah mengajaknya lagi.

"Gue udah cantik dari lahir jadi gak perlu takut jelek" Syahran bergumam guna menenangkan dirinya sendiri. Bercermin sekali lagi. Ia pun meninggalkan kamar dan menuju ruang tamu untuk menunggu Yuna.

"Lho… Bunda pikir udah pergi. Dari tadi gak ada suaranya" Bunda yang kini sedang menonton Tv dengan sheet mask yang menempel sempurna di wajahnya.

"Belom lah Bun, kan nunggu Yuna." Syahran pun duduk di samping  Bunda sambil memakan kacang telur yang sedang dimakan oleh Bundanya itu.

30 menit berlalu.

Syahran masih menunggu Yuna sendiri di ruang tamu. Karena Bunda sudah masuk ke kamarnya. Jam dinding di rumahnya menunjukkan pukul 20:00. Tapi Yuna sama sekali belom tiba.

Sejak tadi ia terus memeriksa ponselnya berharap ada kabar dari Yuna. Namun hasilnya nihil tak ada satu pun pesan yang masuk darinya.

"Mungkin dia lagi sakit perut jadi bolak-balik ke WC. Dia pasti dateng" Syahran kembali meyakinkan dirinya dan tetap menunggu Yuna.

Syahran tetap menunggu Yuna dan terus meyakinkan diri bahwa Yuna pasti akan datang. Kini ia sedang meminum teh hangat yang ia buat sendiri sembari menunggu Yuna.

Penampilannya sekarang sudah tak serapi tadi. Rambut yang tadi terurai kini sudah di ikat. Baju yang tadi berada di dalam celana sekarang sudah berada di luar.

Pukul 21:30.

Syahran sudah tertidur di sofa yang ia duduki tadi. Bunda melihatnya sejak tadi dan kini ia merasa tidak tega dan beranjak untuk membangunkan Syahran agar pindah ke kamarnya.

"Ran… bangun. Pindah ke kamar sana" Bunda menepuk pelan lengan Syahran.

"Enghhhhh bentar lagi Bun. Kasian kalo Yuna dateng" Syahran bangun dan merapikan penampilannya yang sekarang sudha tidak bisa di katakan rapi. Bunda tersenyum miris dan mengusap pundak Syahran.

"Yuna gak bakal dateng. Sekarang pindah ke kamar ya. Udah malem" Bunda pun meninggalkan Syahran dan kembali ke kamar.

Syahran tak bergeming. Pandangan nya lurus ke arah Tv yang kini sudah tidak menyala dan memantulkan bayangan dirinya. Ia ingin menangis namun air matanya tak ingin keluar sedikit pun.

Entah apa yang Yuna lakukan saat ini hingga ia melupakan janji pada dirinya. Syahran tidak marah hanya saja dia kecewa.

Ini kesekian kalinya ia kecewa karena Yuna. Rasanya tetap sama tak ada yang beda setiap kali dia kecewa. Ia selalu diam tak pernah mengutarakan apa yang ia rasakan.

Kini ia akan tetap kembali sabar dan mulai menata hati nya kembali yang sudah hancur.

Syahran mematikan lampu-lampu yang sejak tadi masih menyala dan kembali ke kamarnya.

"Mau tidur sama Bunda?" Syahran mendongak menatap sang Bunda.

Pertahanan nya yang sejak tadi ia bangun hancur. Air mata lolos dari pelupuk matanya isikan pilu pun tak terhindarkan. Ia menangis sejadi-jadinya di pelukan sang Bunda.

"Anak Bunda gak boleh nangis kan udah besar" Bunda mengusap punggung Syahran yang kini masih bergetar dan sesenggukan masih keluar dari bibirnya.

"Udah ya nangisnya. Malam ini tidur sama Bunda aja."

Malam ini Syahran tidur dengan kehangatan dekapan Bunda. Ia bersyukur masih ada Bunda di sampingnya. Ia tak pernah merasa kekurangan kasih sayang meskipun sang Ayah tak lagi bersamanya.

*****

Huhu:'(

See you guys
Tertanda: Ameylia_Sndy💕

I'm Yours But You Not MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang