"SUDAH KUBILANG BERAPA KALI, KAU BUKANLAH ANAKKU! ANAKKU HANYA [T/N]!!"
"KAU HANYALAH SEONGGOK DAGING YANG TAK BERGUNA!!"
"[T/N], kau sayang Ayah, kan? Kalau memang sayang Ayah kenapa tidak kau BUNUH saja anak yang TIDAK DIHARAPKAN ini?"
[Name] terbangun dengan nafas yang berat. Tubuhnya basah karena keringat. Ia mulai ketakutan. Dilihatnya layar ponsel menunjukkan pukul 01.00 . "Setelah sekian lama tak bermimpi seperti itu. Kenapa harus sekarang?"
[Name] memutuskan untuk turun dari peraduannya dan kedapur mencari air minum.
[T/N] masih terbangun dan duduk sofa, menyadari adiknya terbangun dengan keadaan yang lemas gemetaran. Mata keduanya saling menatap, lalu menepuk tangannya di sofa yang kosong. "Duduklah disini. Kuambilkan minumnya."
•[T/N] POV
Pukul 12 tengah malam, Jayden meneleponku. Membuatku terbangun. Ya, pasti kami sudah ketahuan karena akhirnya kami menetap disini.
"Aku tak masalah kalian disana untuk 3 minggu ini. Tapi kau harus ingat sesuatu [T/N], tetaplah hati-hati. Aku tak mau kalau 'mereka' menemukan keberadaan kalian."
Yahhh... Inilah yang kusembunyikan lebih dari 2 tahun dari [Name]. Alasan kenapa kami tak ke Jepang 4 tahun ini.
"Izana akan menyusul kalian."
"Tunggu, Jay. Kak Izana akan kemari?"
"Dia kesana untuk bertemu kawan lama. Jadi hanya beberapa hari. Ia tiba disana Minggu pagi. Sudah ya! Istirahatlah." Jelas Jayden.
Izana Navier, anak tengah. Putra pertama Ayah dan Ibu kami. Atlet timnas voli negara kami. Dari kami berlima, hanya dia yang mirip dengan ayah. Dengan surai berwarna keperakan dan manik keemasan.
Kudengar langkah kaki ditangga. Tak kusangka kulihat [Name] sangat lemas dan gemetaran.
Kududukan ia di sofa tempatku duduk, dan kuambilkan segelas air untuknya.
"[Name]? Kau mimpi buruk, ya?" Tanyaku lembut.
Ia mengangguk, "Sudah 4 tahun aku tak seperti itu. Kupikir aku sudah baik sepenuhnya tapi..."
Kuletakkan kepalanya dipundakku, "Tak apa-apa. Wajar."
[Name] mengangguk.
"Kau mau tidur lagi?"
[Name] menggeleng, "Sepertinya aku tidak bisa tidur lagi."
'Wah, susah kalo begini caranya. [Name] sudah tidak mengkonsumsi obat itu lagi. Mau tidak mau aku juga tetap menemaninya sampai pagi.'
•[T/N] POV end
Pagi itu ponsel Daichi ramai notifikasi. Ia buka ponselnitu dan banyak sekali pesan masuk dalam grup.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Cupid's Arrow - [ Ushijima Wakatoshi X Reader ]
RomanceGimana jadinya jika para anak voli jatuh cinta dengan atlet junior panahan? Apa mungkin itu adalah Panah Asmara Cupid? Cerita ini tak hanya menceritakan bagaimana kisah cinta remaja SMA, namun juga mengangkat isu-isu mental depression yang sering te...