TUF 2

3.5K 162 15
                                    

#17 tahun kemudian

Malam itu disebuah kamar yang gelap, tampak seorang gadis tengah fokus menatap laptopnya.

Entah apa saja yang diperhatikannya, namun tiba - tiba terdengar getaran dari ponsel gadis itu.

Ketika dicek ternyata ada yang menelponnya, langsung saja gadis itu angkat.

"Halo"

"Halo nona marshella, kami dari pihak Arsh High School menyatakan bahwa anda lolos seleksi sebagai peringkat pertama, oleh karena itu selamat nona marshella anda diterima dengan biasiswa penuh dari pihak sekolah"

"Terima kasih"

"Lusa anda bisa ke sekolah untuk daftar ulang dengan membawa data yang diperlukan, terima kasih dan selamat malam nona marshella"

"Selamat malam"

Marshella menghella nafas lega dan menaruh laptopnya dimeja. Kemudian dia meninggalkan kamarnya dan pergi menuju lantai satu rumahnya.

Marshella pergi menuju dapur untuk minum, ketika minum marshella mendengar ada yang mengetuk pintu depan rumahnya dengan sangat kasar.

"BUKA SEKARANG JALANG" teriak seseorang dari luar seraya tetap menggedor pintu .

'Huft.. dia lagi' batin arshell malas.

Arshell berjalan menuju pintu karena muali jengah dengan suara gedoran  itu.

Ketika pintu terbuka...

PLAAK!

Sebuah tamparan mendarat dengan mulus di pipi arshell,

Arshell tidak bergeming dan menatap kearah orang yang menamparnya dengan datar.

"What do you want for me?"  Tanya arshell dengan dingin dan datar.

"Money.... give me more, i need more"  ucap pria di depannya.

"Tidak ada" jawab arshell seraya meninggalkan pria itu seorang diri didepan pintu.

"Liar, semua harta warisan yang seharusnya milikku diwariskan oleh ibuku pada mu" kata pria itu mengikuti arshell.

"Walaupun ada, aku tetap tidak akan memberikannya padamu...

...ayah" lirih arshell di akhir ucapannya.

"AKU BUKAN AYAH MU SIALAN!" raung pria itu.

"Kau itu hanya anak sialan yang di pungut oleh ibuku, aku marko anderson tidak pernah mengakui keberadaan mu" lanjut pria itu dengan raut penuh amarah.

Arshell hanya menghela nafas, ia sudah terbisa mendengar kata itu sejak kecil.

Miris sekali.

Arshell berjalan menuju laci diruang tengah rumah itu, dan mengambil sejumlah uang dan melemparkannya kepada marko.

Marko langsung mengambil uang itu dan pergi meninggalkan arshell sendirian.

Setelah mendengar suara debuman pintu yang menandakan pria yang ia anggap ayah benar - benar pergi, ia langsung mengambil telfonnya untuk menelfon seseorang .

Tak menunggu lama orang yang dimaksud mengangkat telfonnya.

"Ali, aku ingin kau mengurus pemalsuan dekumen seolah rumah ini telah di jual"

"Memangnya untuk apa?"

"Aku akan pergi dari tempat ini besok  dan aku tidak ingin ayah menjual rumah ini"

"Baiklah akan aku urus, kau akan pergi kemana?"

"London"

"Okey, kau anggap saja semua sudah beres aku pastikan ayah mu itu tidak akan menyentuh rumah itu sedikit pun"

"Thanks brother"

"Nope sister"

Seusai telfon itu terputus, arshell langsung kembali ke kamarnya dan mulai berkemas.

'Doakan aku yang terbaik nenek' doa arshell dalam hati.

Setelah berkemas, arshell langsung menaiki kasurnya dan pergi menuju alam mimpi.

#in another side

'Why so hard to find you?' Batin seseorang didalam sebuah ruangan yang gelap.

"Sano,are you oke?" Tanya orang yang memasuki ruangan gelap itu.

"I'm not okey, never daddy"  lirih Sano pelan.

Hans menghela nafas, ia sangat miris melihat keadaan anaknya sejak cucu perempuannya hilang 17 tahun yang lalu.

Bukan hanya putranya Sano yang berubah, putranya saudara kembar Sano yaitu sane pun ikut berubah.

Bahkan semua cucunya pun berubah sejak malam tragis itu.

"Sano, we will find her" tegas Hans pada Dersano seraya menepuk pundaknya.

"Tentu saja" jawab Dersano mantap.

----------------------------:3---------------------
Yak sampai disini dulu ceritanya...

Just for information, author bakal slow update karena lagi sibuk juga...😥

Jadi mohon pengertiannya ya...😓

Vomen kalian berharga untukku guys😍😚

Saya juga terbuka dengan segala comment,  jadi jangan sungkan 🤗🤗

Bye guys😘😘





The Unknow familyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang