[COMPLETED]
Orang bilang yang hakekatnya adalah seorang mantan itu perlu diikhlaskan, ditinggalkan, dilupakan, dilepaskan. Namun apakah kalian pernah merasa sangat sulit untuk melupakan seorang mantan? Atau mungkin kalian telah menemukan sosok baru...
Jungkook berlari, bukan ke kelas namun kebelakang sekolah. Tidak peduli kedudukannya sebagai ketua osis terancam yang penting amarahnya tidak melukai orang lain. Iya, Jungkook menumpahkan amarahnya disitu.
Ia adalah pria terkejam didunia yang berani melukai perasaan perempuan dengan perkataannya. Ia bodoh, sangat bodoh.
"Goblok goblok goblok !" Jungkook mengacak acak rambutnya.
"Gengsi lo kebesaran goblok! "
Tidak sampai disitu, Jungkook juga memukul mukul pohon besar dengan kepalan tangannya. Ia suka melukai dirinya sendiri. Apalagi jika melakukan kesalahan besar yang fatal.
"Nggak gue gak boleh kayak gini. Gue harus bunuh gengsi ini ."
Tak memandang pemampilannya yang awut awut an, Jungkook langsung berlari ketempat tadi. Dimana Lisa menangis menyadari kebodohannya.
Kasar cara Jungkook mendorong pintu. Ia sangat merasa bersalah melihat wanita itu mencoba menghapus air matanya yang masih terus mengalir.
Lisa kaget melihat Jungkook namun tidak mau lagi melebih lebihkan percaya dirinya. Jadi dia berniat kembali ke kelas dan tidak bersama Jungkook lagi.
"Lo mau kemana? " Jungkook merentangkan tangannya, menyegati pintu keluar.
"Balik ." Lisa mencoba tidak menatap Jungkook karena ia tahu matanya pasti memerah karena tangis.
Jungkook menutup pintu, dan melangkah mendekati Lisa. Tidak lupa, memeluknya.
"Lis, maaf ."
"Nggak kook, lo nggak salah kan gue yang terlalu PD kalau lo ngrasain apa yang gue rasain tapi gue salah ."
Jungkook mempererat pelukannya. "Gue yang terlalu egois, gue harusnya ngerti perasaan lo karena gue juga ngrasain apa yang lo rasa."
"Enggak kook, lo jangan gitu jangan maksain perasaan lo karena emang gue gak pantes dapetin lo. Gue cuma pantes jadi temen lo nggak lebih."
"Biarin gue yang nanggung rasa ini, gak usah lo bales. Gue tau lo cuma nganggep gue sebagai orang yang selalu ngrepotin lo." Lisa melepas pelukannya.
