2018
Incheon Airport, South Korea"Iya ma, udah mau boarding ini. Nanti kalau udah sampai di New York, Rey kabarin. Bye ma..."
Reyna memasukkan handphone-nya ke dalam saku mantel dan berhenti untuk mengikat tali sepatunya yang terlepas.
"Wrong shoes to wear at the airport..." gumamnya sedikit kesal. Setelah itu ia mempercepat langkahnya karena boarding call sudah terdengar lagi untuk kesekian kalinya. Di sela-sela langkahnya ia sempat merasakan ada sesuatu yang berbunyi, seperti ada yang jatuh. Ia sempat menoleh ke belakang di mana banyak orang juga sedang buru-buru melangkah ke arah yang sama dengannya. Tak sampai 5 detik kemudian, ia berjalan lagi.Sementara itu tak jauh dari situ, di salah satu first class lounge.
"You have everything ready?" Tanya seorang pria kepada sekretarisnya yang juga seorang pria.
"Yes, Sir."
"Alright, let's go."Keduanya berjalan menuju boarding gate dengan beberapa penumpang first class lain. Di tengah jalan pria itu melihat selembar boarding pass tergeletak di lantai. Ia berhenti dan memungutnya.
"Sir?"
"Clareyna...Hey, this is our flight, right?" Tanya Edmund sambil membaca isi boarding pass itu.
"Yup." Jawab Shawn, si sekretaris.Edmund langsung memanggil petugas lounge yang ikut berjalan mendampingi mereka dan menyerahkan boarding pass itu. Sebelum tiba di gate, ia sudah bisa melihat dari kejauhan kalau ada seorang wanita muda yang sedang kebingungan memeriksa isi tas dan saku mantelnya. Petugas tadi langsung berlari menghampiri wanita itu dan beberapa saat kemudian terdengar sayup-sayup ucapan terima kasih. Edmund tersenyum tipis dari kejauhan.
Wanita itu masih menunduk sambil membereskan kembali isi tas nya yang sempat terbongkar keluar, ketika Edmund melewatinya. Langkahnya terhenti setelah melirik wajah itu untuk sepintas.
I know that face."Sir? Are you okay?" Tegur Shawn. Edmund menoleh lagi ke belakang. Kini wanita itu sedang mengantri tepat di belakangnya. Walau keningnya sedikit berkerut karena heran, namun bibir wanita itu tersenyum.
She is cheerful.
"Excuse me, have we ever met before?" Tanya Edmund spontan.
"Hmm, I don't think so."
"Oh, I'm sorry.""I know that face..." Gumam Edmund pelan setelah beberapa saat pesawat lepas landas. Ia menoleh lagi ke belakang. Boarding pass wanita muda itu memberitahu kalau dia duduk di business class. Sayangnya sebuah tirai dipasang untuk memisahkannya baik dari first class maupun economy.
15 jam kemudian
JFK Airport, New York"Shawn, setelah mengantar barangku, kau bisa pulang lebih dulu. Aku harus pergi ke suatu tempat." Ujar Edmund setelah membantu memasukkan semua koper ke dalam mobil.
"Where are you going?" Sahut Shawn cemas. "Sir, tomorrow you'll have to..."
"I know. Now go." Potong Edmund. Setelah terdiam beberapa saat, Shawn mengangguk dan menyerahkan kunci mobil Edmund, lalu masuk ke dalam mobilnya sendiri dan pergi.Baru beberapa meter bergerak dari terminal kedatangan, mata Edmund menangkap sosok yang beberapa jam lalu mengusik perhatiannya. Ia menepikan mobilnya mendekati sosok itu, dan membuka sedikit kaca jendela. Setelah itu ia mengeluarkan handphone, mengambil foto, dan berlalu dari situ.
"Rey??!!" Panggil seseorang dari kejauhan, membuat Reyna mendongak dan mencari sumber suara. Matanya melebar setelah melihat sosok yang sedang melambai ke arahnya.
"Memble??!!" Balas Reyna. Senyumnya mengembang.*(From your Author : Yes dear, it's memble as in KBBI it means "terkelepai ke bawah". Do not pronounce it as "membel" coz it's not an English word.)
*(This note is not going to be here forever.)
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Dawn (On Going)
RomanceEdmund Hall (Ed), 26 tahun, sedang berada di titik terendah dalam hidupnya. Ia meninggalkan New York dan mencoba memulai semuanya dari awal di Bali, di rumah ibunya, wanita berdarah Indonesia yang berprofesi sebagai pengajar tari. Di sana Edmund men...