Esme duduk di sebuah meja rias. Cermin berukuran sedang terpampang di hadapannya. Memperlihatkan sosok gadis berambut hitam dengan kilauan warna biru violet yang saling berpadu padan.
Esme memandangi dirinya di cermin dengan tatapan sendu. Mata biru safir miliknya berkedut-kedut karena terfokus pada satu titik. Kilauan bak berlian terpancar dari sana. Ia berada di kamar, tetapi pikirannya melayang entah kemana. Ia merasa menjadi manusia gagal untuk yang kesekian kali.
Esme membenci dirinya. Ia selalu saja mengutuk kehidupan yang gadis itu jalani. Entah mengapa hidupnya selalu dipenuhi rasa sakit yang membuatnya selalu menderita. Air mata seolah-olah tak pernah berhenti menemani hari demi hari yang harus ia lewati. Hatinya sesak menanggung beban berat yang ditangguhkan kepada dirinya.
Awalnya hidup gadis itu selalu dipenuhi dengan kebahagiaan. Ia selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Apapun itu selalu dikabulkan. Bahkan tanpa meminta dan berharap sekalipun, gadis itu selalu menerima buah dari kasih sayang dari orang-orang yang menyayanginya.
Pada saat itu Esme menjadi gadis paling bahagia di dunia ini. Gadis itu selalu menikmati hari demi hari yang ia jalani. Ia tak pernah menyia-nyiakan waktu yang dimilikinya.
Lalu pada suatu ketika ia meminta sebuah permintaan. Permintaan sederhana yang gadis itu pikir akan dikabulkan dengan mudah. Tapi apa yang terjadi? Yang ia dapatkan bukanlah sebuah kesanggupan, tetapi penolakan keras dan raut wajah murka dari orang-orang yang selalu memberi rasa bahagia dalam hidupnya.
Esme kecewa. Ia sangat merasa kecewa. Padahal permintaannya sangat sederhana. Tetapi mengapa permintaanya ditolak dengan keras?
Gadis itu pikir segala permintaanya akan dikabulkan. Apapun yang ia minta pasti diberikan. Tapi mengapa tidak dengan permintaan sederhananya yang satu ini?
"Apa salah dulu aku meminta hal itu?" Tanyanya gadis itu menatap kedua matanya di cermin. Ia meringis, hatinya nyeri jika mengingatnya.
Semua ini berawal dari sana. Permintaannya waktu itu dianggap sebuah dosa karena melanggar aturan yang telah ditetapkan. Dosa yang tak bisa dimaafkan. Hingga pada akhirnya ia dihukum oleh dunia dan sampai saat ini dipermainkan oleh sebuah takdir. Takdir yang selalu saja menjebaknya dalam sebuah penderitaan. Titik klimaks dari rasa sakit yang tidak dapat hanya diungkapkan dengan kata-kata.
Harga dirinya sebagai makhluk berakal seperti tak pernah dihargai. Hati nuraninya yang suci tak pernah mendapatkan lagi belas kasih. Kata demi kata yang ia lontarkan hanya dianggap angin lalu.
Lalu pada saat itu ia menemukan kembali makna dari sebuah kebahagian. Rasa bahagia yang memang tak seberapa jika dibandingkan dengan rasa sakit yang selama ini selalu membuatnya menderita.
Rasa peduli, kasih sayang, dan cinta kembali ia dapatkan. Gadis itu sungguh tak pernah menyangka akan merasakan hal itu kembali setelah dirinya dihukum oleh dunia.
'Aku sangat bahagia pada saat itu. Rasanya aku seperti hidup kembali. Rasa sakit yang dulu pernah aku rasakan seperti hilang tak bersisa.' pikir Esme sembari mengulas senyum.
“Terima kasih, kalian telah memberi kebahagiaan yang pernah hilang dari hidupku."
°°°
“Wah.... Sepertinya pekerjaan kita lebih cepat selesai dari perkiraanku. Bukankah begitu, Plue?" Tanya Lucy pada roh bintang miliknya.
Lucy adalah seorang penyihir roh bintang yang memungkinkan dirinya dapat memanggil mereka dengan kunci yang ia miliki. Kunci-kunci terkuat dari sihir ini sendiri adalah kunci emas yang berjumlah dua belas buah. Kunci-kunci tersebut sangat langka dan tersebar di seluruh penjuru dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairy Tail Next Generation: The Ultimate Of Chance To Change The World
FantasíaEsmeralda atau gadis yang akrab disapa Ezzie di keluarganya adalah sosok periang dan murah senyum. Ia memiliki kakak sekaligus saudara kembar yang bernama Justine. Bagi Ezzie, Justine adalah sosok yang peduli dan penuh kasih sayang. Justine sangat m...