Move On

33 4 0
                                    

Elani Adnina nama lengkapnya. Gadis itu berdiri di ujung koridor sambil memandang rintik hujan. Lani menghela napas, menyesal tidak membawa payung. Sehingga terpaksa ia harus menunggu setidaknya sampai hujan mereda. Sementara hari telah merambat menjadi sore dan keadaan sekolah cukup sepi.

"Belum balik?" tanya seseorang dari belakang membuat Lani menengok.

Zidni berjalan ke arah Lani sambil bersidekap. Cowok itu tampak begitu santai dengan tas tersampir di pundak kirinya. Lani memperhatikan Zidni sebentar. Dan menarik kesimpulan kalau cowok itu baik-baik saja.

Berbeda dengan sahabatnya—Niar, yang sembilan puluh persen kayak zombie. Soalnya seminggu belakangan ini kerjaannya hanya menangis di kamar, membaca kembali history chatnya dengan Zidni. Gak lupa tweet postingan galau. Ciri-ciri sad girl akut.

Cewek kalau habis putus beda banget sama cowok.

"Hm," sahut Lani pendek seolah ga peduli.

Zidni mengangguk. Mereka pun sama-sama diam. Karena Lani lagi malas berbasa-basi sedangkan Zidni memang orangnya pendiam yang kalau ngomong seadanya. Lagipula mereka tidak terlalu dekat. Hanya sesekali mengobrol karena Lani adalah temannya Niar.

"Gimana kabar Niar?"

Lani mengerutkan kening, tak menyangka Zidni akan menanyakan itu. Hm, masih peduli juga ni anak sama temen gue.

"Yang jelas sih gak sebaik lo ya." ucap Lani jutek seraya memeluk tubuhnya yang sedikit mendingin, "Gue liat-liat nih lo baik-baik aja tuh." lanjutnya.

"Emang harus ya nunjukin kesedihan di depan orang?" Zidni tersenyum masam.

Lani terdiam beberapa saat karena tak menemukan kata kata yang tepat buat menjawab. Pada akhirnya dia cuma bilang, "Ya nggak sih."

Lagi-lagi mereka terjebak di dalam keheningan. Namun tak lama kemudian Zidni bersuara lagi, "Yang kelihatannnya baik-baik aja, belum tentu mereka ga terluka."

Lani mengangguk saja karena ucapan Zidni ada benarnya. Mungkin Zidni terluka. Mungkin. Ah tapi Lani gak percaya. Cowok dingin ga ada perasaan itu bakalan sakit hati setelah putus dari sahabatnya. Karena penasaran Lani menatap Zidni yang kini anteng dengan ponselnya. Bagaimana pun seenggaknya Zidni masih memiliki perasaan buat Niar.

"Lo masih sayang sama Niar?" Lani menatap Zidni.

Sesaat Zidni hanya terdiam kepalanya terangkat dan memandang ke depan. Membiarkan suara hujan menjadi latar.

**

"Udah saatnya gue move on." ujar Niar kencang.

Lani sedikit tersentak pasalnya Niar berkata begitu tiba-tiba, sampai membuat pengunjung indomaret ikut melihat ke arah mereka. Lani meringis, kemudian meminta maaf. Sementara Niar tampak tak peduli.

"Yakin?" tanya Lani sedikit ragu melihat betapa bucinnya Niar terhadap Zidni dulu. Ya sekarang juga sih.

"Heem, harus yakin dong. Soalnya gagal atau berhasilnya move on tuh tergantung sama kita. Gue percaya kalo kita niat pasti berhasil."

"Gitu ya?" sambil memainkan tutup botol pocarisweat Lani menanggapi.

"Yaiya lah, jangan setengah-setengah Lan." tandas Niar masih dengan suara menggebu-gebu.

Lani terdiam, apa ini alasannya dia tidak bisa move on dari Dega?

Karena sebenarnya Lani sendiri tak berniat buat melupakan Dega. Karna mau bagaimana pun Niar tetap sayang Dega meski hubungannya telah usai.

Temen Curhat (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang