Duapuluh Lima

55 3 0
                                    

Hari ini Vano dan Oliv tidak ada kegiatan apapun, karena tadi Vano memutuskan untuk tidak masuk kantor. Sekarang mereka sedang asik menonton film dengan beberapa cemilan yg menemani mereka.

Vano memperhatikan Oliv karena sepertinya ada yg beda dari Oliv hari ini, Oliv lebih banyak diam dan hanya mengeluarkan kata seperlunya aja, biasanya Oliv paling heboh jika sedang menonton film, tetapi ini beda.

"Kamu kenapa?" Oliv menoleh dan menggeleng setelah itu kembali fokus menatap film yg tengah di putar.

"Kamu kenapa si?" tanya Vano frustasi namun Oliv hanya menaikkan sebelah alisnya.

"Kenapa apa?" Vano melongo dengan ucapan Oliv barusan, Vano menggenggam kedua tangan Oliv dengan wajah serius.

"Kamu. Kenapa?" sengaja Vano menekan kata katanya karena sudah mulai jengah dengan Oliv.

"Aku? emang kenapa? gapapa juga." Oliv menarik tangannya yg di genggam Vano dan kembali menatap layar tv.

"Tau ah pusing aku." Vano bangkit dan berlenggang ke arah kamar dengan mulut yg kumat kamit mendumel.

"Harusnya gue kan yg marah? dasar baperan." gumam Oliv.

___

Oliv sedang menyiapkan makanan untuk makan siang dan Vano ternyata laki laki itu tidur dikamar.

Saat sedang menghidangkan makanan tiba tiba terdengar suara dari ponsel Vano yg tadi ia tinggalkan saat sedang menonton film, Oliv pun mengambil ponselnya dan melihat tertera nama Elsa di sana.

"Dih ngapain tuh tante tante nelpon laki gua." Oliv mengernyit heran dan mengangkat panggilannya.

"Halo, maaf aku cuman mau ngingetin sekarang udah waktunya makan siang."

Dengan sepontan Oliv menarik ponsel yg tadi menempel di telinganya dengan wajah yg sudah merah padam menahan kesal.

"Halo pak? apa mau aku bawain makanan kek biasanya?"

Wah bener bener gabisa di biarin ini mah, pake aku kamu lagi. -batin Oliv.

"Saya rasa umur kamu belum setua itu ya Elsa?"

"Hah? eh, maaf bu kenapa?"

"Tadi pagi saya bilang kan kamu ga usah lagi ngurusin suami saya."

"Maaf bu saya lupa, abisnya udah kebiasaan juga sih."

"Perasaan baru seminggu deh kamu jadi sekretaris nya Vano, kok udah kek yg deket lama pake kebiasaan segala?"

"Iya bu, soalnya kan setiap hari dari pagi sampai malam yg melayani pak Revano itu saya, jadi kek yg udah deket gitu."

"Udah ya! terserah kamu, saya ga mau denger alesan kamu, ini ucapan terakhir saya yg kamu harus inget! Vano itu udah punya istri dan istrinya itu saya, jadi stop ngurusin suami saya."

"Iya bu ma..."

bip.

"Kamu kenapa?" Vano tiba tiba datang dari arah belakang dan membuat Oliv terkejut. Oliv hanya menggeleng setelah itu dia berlenggang ke dapur dan memberikan ponsel Vano.

Vano menerima ponselnya dengan bingung, "kenapa sih?" Vano mengecek ponselnya dan ternyata ia melihat riwayat panggilan tertera nama Elsa. Sudah pasti Oliv marah karena ini, Vano pun segera menyusul Oliv ke dapur dan untuk menjelaskan.

___

Oliv menghidangkan makanan dengan muka yg sangat datar, sementara itu Vano sudah jengah karena daritadi ia sudah menjelaskan tetapi Oliv masih sama seperti itu.

"Yang sumpah aku ga ada apa apa sama dia."

"Terus kalo ga ada apa apa kenapa pake perhatian segala?"

"Aku juga gatau dia baru sekarang berani telpon aku yg bukan nanyain soal kantor."

"Iya kenapa harus cewe si? kenapa engga cowo aja gitu yg jadi sekretaris kamu?"

"Sumpah gatau apa apa aku yang, semuanya uda di siapin papa."

Oliv duduk di depan Vano dan mulai makan, sementara itu Vano mengacak rambutnya kasar dan ia juga ikut menyuapkan nasi kedalam mulut.

Setelah beres makan Oliv membereskan piring kotornya sudah jelas Vano membantunya.

"Yang uda dong ngambeknya yaa."

"Sumpah mendingan kamu ngoceh deh daripada diemin aku gini." Oliv pun berbalik menghadap Vano, "Asalkan kamu ganti sekretaris aja." kata Oliv.

"Ngapain ganti sekretaris?" Oliv menyilangkan kedua tangan di dada dan menaikan sebelah alisnya. "Iyakan maksud aku tuh kan urusan kantor juga uda beres yang." lanjut Vano.

"Udahan ngambeknya ya." Vano menggenggam tangan Oliv dan di kecupnya berulangkali, tetapi Oliv hanya diam saja tidak mengucapkan apapun.

"Gini deh sebagai gantinya aku belanjain kamu shopping ya, yu kamu mau apa?" perkataan Vano barusan membuat semangat Oliv menjadi semangat 45.

"Oke kalo gitu deal, aku ganti baju dulu." Oliv berlari ke arah kamar dan meninggalkan Vano yg masih berdiam diri di dapur.

"Apa gue salah ngomong ya?" gumamnya dengan wajah memelas.


















"RIP dompet! yg tenang uang papa." -Vano



Hai sayangku, baru update lagi nih
semangat hari terakhir puasanya
besok uda lebaran,
Minal aidzin walfaidzin ya beb, thank u💜
TBC.

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang