Wonwoo memutuskan untuk beristirahat sejenak, ia mendudukan dirinya pada sebuah batu, lalu mengeluarkan sepotong roti dan meletakkan keju diatas rotinya.
Ia mulai menggigit roti itu dan menikmati pemandangan didepannya, ia bisa melihat kota Pembuangan dari tempatnya sekarang duduk.
"aku tak pernah kesini dengan kaki seperti ini"
"setidaknya gigiku tidak ompong" ia kembali memakan roti miliknya
Saat tengah menikmati santapan kecilnya, Wonwoo mengedarkan pandangannya kekiri-dan kekanan, ia terfokus saat melihat sebuah ranting kayu yang cukup besar
"itu pasti bisa jadi tongkat yang bagus" ucap Wonwoo
"ini dia, ouhh.." Wonwoo mencoba untuk bangkit berdiri, tapi rasa sakit pada pinggangnya membuatnya meringis kecil, ia melangkahkan kakinya untung mengambil ranting.
Ranting itu berada disemak-semak rerumputan "mungkin terlalu besar" Wonwoo mencoba meraih ranting itu dan ia berusaha menariknya.
Ia terus berusaha menarik ranting itu dengan susah payah, hingga membuat tulang pinggangnya berbunyi cukup keras
"ini daha yang keras kepala" gerutu Wonwoo kesal
"apa kau tak mau melakukan hal baik untuk pria tua?" ucapnya pada dahan ranting tersebut
Saat ia mulai seklai lagi dengan sangat keras menarik dahan itu, hingga akhirnya dahan itu bisa berdiri, namun setelah dahan ranting itu berdiri tegak Wonwoo sedikit terkejut
Dahan ranting itu ternyata orang-orangan sawah yang kini justru menjulang cukup tinggi dihadapan Wonwoo
"astaga.. ternyata hanya orang-orangan saja, aku takut kau adalah salah satu manusia gumpalan" ucap Wonwoo pada ranting itu
Namun fokus Wonwoo kembali pada ujung dahan yang ia tarik tadi "tapi bagaimana kau bisa berdiri seperti itu?' tanya Wonwoo heran
Orang-orangan sawah itu hanya berdiam diri tentu tak bisa menjawab, pakaian yang menempel pada orang-orangan sawah itu diterpa angin hingga membuat tampak hidup, sementara itu pada wajahnya terlihat berbentuk senyuman yang sangat lebar, lalu ada cerutu dipinggir bibirnya.
Wonwoo mengarahkan matanya pada kepala orang-orangan sawah itu "kepalamu seperti lobak" ucap Wonwoo "aku selalu benci lobak, bahkan sejak aku kecil"
Wonwoo mengalihkan tubuhnya meninggalkan orangan sawah itu "setidaknya kau tidak jungkir balik" ia mengeratkan kembali selendangnya "sampai jumpa" ucap Wonwoo pada orangan sawah itu
Wonwoo mengambil makanannya yang sempat ia tinggalkan tadi, lalu kembali melangkah menaiki jalan setapak menuju puncak gunung
"disini sangat dingin" angin yang berhembus begitu kencang, membuat selendang milik Wonwoo seolah-olah akan terlepas dari bahunya "dan aku masih bisa melihat kota, apa aku tidak berjalan jauh?"
Wonwoo menolehkan kepalanya menatap kota jauh dibawah bukit itu, pandangannya tiba-tiba terpaku pada orangan sawah yang kini justru melompat-lompat mendekati Wonwoo
Wonwoo terkejut saat melihatnya "pergilah, berhenti mengikutiku, kau tak perlu berterima kasih padaku, kay tak berhutang apapun padaku" ia melambaikan tangannya untuk menyuruh orangan sawah itu menjauh darinya
"aku yakin kau terkena beberapa mantra"ucap Wonwoo "dan aku sudah cukup dengan penyihir dan mantra!"
Ajaibnya orangan sawah itu berhenti setelah mendengar perkataan Wonwoo barusan
"pergilah, carilah ladang dan berdiri disana!"
Wonwoo kembali membalikkan badannya setelah melihat orangan sawah itu tidak lagi mendekat, lalu Wonwoo melanjutkan perjalanannya kembali
Saat Wonwoo berhenti sejenak karna terlalu lelah menaiki jalan berbukit itu, orangan sawah itu justru kembali melompat dan mendekati Wonwoo yang tengah mengumpulkan tenaganya
Orangan sawah itu semakin mendekat dan kini telah berada dihadapan Wonwoo, Wonwoo menatap orangan sawah itu dan terkejut saat ada sebuah benda yang jatuh dihadapannya, sebuah tongkat.
Wonwoo mengambil tongkat itu "terima kasih, tongkatnya sempurna inilah yang ku perlukan" ucap Wonwoo
"jika kau mau melakukan satu permintaanku lagi, maukah kau berjalan kedepan dan carikan tempat tinggal untukku?"
Setelah Wonwoo mengucapkan kalimat itu, orangan sawah itu bukannya berjalan didepan Wonwoo, ia justru berbalik arah dan kembali turun kebawah bukit, meninggalkan Wonwoo sendirian.
Wonwoo melambaikan tongkatnya mengucapkan terima kasih pada orangan sawah itu "sepertinya aku menjadi cerdik diusia tuaku"
Wonwoo kembali berjalan menaiki bukit itu, langit semakin gelap dan udara semakin dingin, ia melihat keatas saat mendengar suara aneh dari langit.
Tampak dengan jelas terlihat sesuatu disana "pesawat tempur" ucap Wonwoo "mengapa kau kedinginan saat kau tua" gerutu Wonwoo, ia kembali berjalan meski angin semakin berhembus kencang
"aku juga jadi lebih gemuk, tapi angin berhembus melewatiku"
Semakin lama angin yang berhembus membuat langkah Wonwoo menjadi semakin berat, karena tidak mampu melawan angin, Wonwoo memutuskan untuk berhenti sejenak.
Ia meletakkan tongkatnya lalu duduk ditanah begitu saja, namun tidak lama setelahnya ia merasakan udara menjadi hangat
"seseorang menyalakan perapian, mungkin ada kabin yang mendekat" Wonwoo memutuskan untuk kembali berjalan mencari sumber kehangatan itu
Ia melangkah menaiki bukit itu kembali, namun ia tiba-tiba berhenti dan terkejut saat ada benda raksasa menyerupai wajah mendekat kearahnya
Wonwoo membulatkan matanya karena terkejut, ia juga bisa melihat orangan sawah tadi mendekat kearah Wonwoo
"kau, kepala lobak, itu kastil Mingyu, itu bukan maksudku saat aku meminta tempat untuk tinggal!" teriak Wonwoo pada orangan sawah itu
Kastil yang berjalan itu tak lama kemudian sudah berada diatas kepala Wonwoo, kastil itu menyemburkan uap dari beberapa cerobongnya.
Kastil itu berhenti tepat diatas Wonwoo, bentuk yang menyeramkan dari kastil itu membuat mata Wonwoo terbelalak lebar "lihat itu!"
"mereka menyebutnya kastil?"
Kastil itu perlahan kembali bergerak, melangkah melewati Wonwoo, sementara itu orangan sawah terus melangkah mengejar kastil itu lalu menunjukkan sebuah pintu pada Wonwoo.
"apa itu pintu masuknya?" tanya Wonwoo
Wonwoo mengejar pintu kastil itu, ia terus berusaha menggapai tiang pada pintu itu
"melambatlah" pinta Wonwoo
"demi surga"
"bulatkan pikiranmu, apa kau akan mebiarkanku masuk atau tidak?" kesal Wonwoo
Saat masih berusaha mengejar pintu itu, tiba-tiba kastil itu berhenti mendadak dan kembali berjalan cepat, sehingga membuat Wonwoo berhasil menaiki kastil itu, namun selendang merah miliknya lepas dan terbang entah kemana
"selendangku" sesal Wonwoo, namun ia tetap mencoba membuka pintu kastil itu
Wonwoo melirik sejenak kearah dalam pintu masuk itu, tidak ada orang didalamnya, lalu ia kembali menatap orangan sawah dibelakangnya yang masih mengejarnya
"disini nyaman dan hangat, aku akan masuk, oh.. selendangku, terima kasih" Wonwoo mengambil selendangnya dan melambaikan tanganya pada orangan sawah itu.
"aku yakin Mingyu tidak akan memakan jantung wanita tua dan keriput sepertiku"
"suatu kehormatan bertemu denganmu, walau kau adalah sayuran terakhir kesukaanku, jaga dirimu, kepala lobak" ucap Wonwoo pada orangan sawah yang mulai melambat lompatannya meninggalkan Wonwoo yang telah memasuki kastil itu.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Moving Castle
Fiksi PenggemarBXB Yaoi Jika tidak suka jangan dibaca, jika suka jangan lupa tinggalkan jejak :) Kim Mingyu seorang Penyihir yang hidup dikastil bergerak, menurut rumor yang beredar, Mingyu adalah seorang playboy karena dia memiliki penampilan menawan dan kesaktia...