Langit berganti warna menjadi hitam. Rembulan seperti sedang mengintip. Entahlah, mungkin ia malu, atau mungkin juga ia sedang tak ingin menampakkan diri.
"Benar tak mau mampir?" tanya Jieun pada Kyungsoo.
"Tidak, Ji. Aku ingin cepat-cepat mandi. Salam untuk paman Dongwook," jawab Kyungsoo.
Jieun berdecak, "ckk! Kau sudah janji mau mendengarkan aku bercerita lagi, Kyung," rajuknya.
"Aku bisa meneleponmu, Ji. Kau ini seperti hidup di zaman dulu saja," kata Kyungsoo.
"Awas saja kalau bohong. Aku tidak mau membawakanmu kue beras lagi!" ancam Jieun, kemudian keluar dari dalam mobil Kyungsoo.
"Yak! Mana bisa begitu? Lagi pula, aku bisa memintanya langsung pada paman Dongwook!" balas Kyungsoo.
"Aku akan meminta ayah untuk tidak menuruti permintaanmu. Sudah sana, telepon aku pokoknya!" titah Jieun.
"Iya, iya, iya. Cerewet sekali, sih? Awas saja kalau tidak diangkat! Aku pergi!" seru Kyungsoo, lalu melajukan mobilnya.
Jieun hanya mendengus sebal, lalu melengos pergi ke dalam rumah.
"Aku pulang!" seru Jieun.
"Ya ampun! Terkena badai di mana, Ji?" tanya Dongwook, agak terkejut dengan penampilan Jieun yang terlihat berantakan.
"Kehujanan, Ayah." Jieun menyahuti, "ada salam dari Kyungsoo," lanjutnya.
"Dia mengantarmu pulang?" tanya Dongwook.
Jieun berjalan menuju tangga ke arah kamarnya. "Ya, begitulah."
"Kenapa tidak mampir?" tanya Dongwook lagi.
"Mau cepat-cepat mandi katanya," jawab Jieun.
"Sayang sekali, padahal Ayah membuat kue beras kesukaannya." Dongwook terlihat kecewa.
"Biar aku yang bawa besok. Kenapa Ayah perhatian sekali pada bocah itu?" tanya Jieun.
"Hei, Kyungsoo itu seperti anak Ayah sendiri, begitu juga dengan Jimin. Ayah senang sekali jika kedua pria itu berkunjung. Apalagi saat menemui Ayah di kedai, rasanya seperti memiliki patner kerja, asik sekali," ujar Dongwook sambil membayangkan kedua pria yang dimaksud.
Jieun menatap aneh ke arah sang ayah. "Kalian ini memang cocok. Sama-sama aneh."
"Walaupun aneh aku ini tetap Ayahmu, Jung Jieun!" seru Dongwook karena Jieun sudah hilang di balik pintu kamarnya.
"KYAA!!!"
Dongwook terbahak saat mendengar jeritan putrinya. Pria itu senang sekali. Beberapa detik kemudian, Jieun kembali keluar dan memberikan tatapan sengit pada sang ayah.
"Pantas saja sedari tadi Ayah bermain ponsel. Ayah sedang berbalas pesan dengan Kak Jimin, ya?" tuduh Jieun.
Dongwook menghentikan tawanya. "Tentu saja. Lihatlah, wajahmu lucu sekali, Sayang."
Tak lama kemudian, Jimin keluar dari kamar Jieun dengan keadaan tertawa. "Hahaha ... Ji, tadi itu lucu sekali."
"Ayah dan Kak Jimin memang menyebalkan. Awas saja, kubalas nanti!" ancam Jieun.
"Hahaha ... mandi sana, nanti masuk angin," titah Jimin.
Jieun menoleh dan langsung memukul bahu Jimin kencang. "Rasakan!"
"Galak sekali, sih? Untung sayang," kata Jimin dan dibalas cubitan oleh Jieun, sebelum gadis itu masuk ke dalam kamarnya.
Sementara itu, Jimin lebih memilih untuk mengobrol dengan Dongwook di ruang tamu. Obrolan mereka di temani oleh jus mangga dan beberapa camilan. Hujan mulai turun lagi. Gemuruhnya terdengar menggema sampai ke dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDERSTANDING OF LOVE
RomanceTakdir itu terkadang terasa menyakitkan, seperti sebilah pisau yang menyayat tubuh. Namun, takdir juga membahagiankan, ibarat pemandangan di musim semi. "Kau jahat, karena meninggalkanku tanpa alasan yang jelas." Lee Jungkook. "Aku tak bermaksud p...