Setelah mengantar Dae Hee pulang, Jungkook dan Jieun mampir ke sebuah coffee shop pinggir kota. Mereka duduk saling berhadapan. Secangkir espresso untuk Jungkook dan caramel macchiato untuk Jieun—menjadi saksi perbincangan kali ini.
"Dulu, kita pernah di posisi ini," kenang Jungkook.
"Ya, dengan pesanan yang sama." Jieun tersenyum getir.
Sore itu, langit tampak berwarna jingga. Sebuah coffee shop menjadi tempat pilihan Jieun dan Jungkook untuk bertemu. Namun, pria bermarga Lee itu belum juga menampakkan batang hidungnya.
Jieun sudah datang sejak pukul lima sore. Hampir satu jam Jieun menunggu. Tak ada respon untuk telepon ataupun pesan yang ia kirim. Dia merasa sangat jengkel. Ingin sekali menghampiri dan menyeret Jungkook, lalu memarahi pria itu.
Tepat pukul 06.30 malam, Jungkook sampai di coffee shop. Itu artinya, dia terlambat satu setengah jam. Netranya menelisik ke setiap tempat duduk dan menemukan Jieun di meja dekat jendela besar. Jantung pria itu berdebar lebih kencang. Dia benar-benar tak enak hati.
Biasanya, Jieun akan menyambut Jungkook dengan cengiran yang menunjukkan deretan giginya. Atau mungkin sekedar senyuman manis. Tapi, kali ini tidak. Tidak ada senyuman. Apalagi cengiran lucu.
"Ji ...," panggil Jungkook setelah duduk di sebuah kursi yang bersebrangan dengan Jieun.
Jieun membalas panggilan itu dengan tatapan tajam. Lantas, Jungkook menarik pelan tangan Jieun, kemudian menggenggamnya. Pria itu tersenyum kikuk. Sedangkan Jieun masih tak merubah ekspresinya.
"Ji ..., maaf. Aku tidak sengaja," ucap Jungkook terdengar mencicit. "Ketiduran," akunya kemudian.
Jieun langsung menarik gemas jambang rambut Jungkook. Pria itu meringis kesakitan. Jieun tetap menariknya, sampai Jungkook mengaduh minta ampun.
"Sakit, Ji. Aduh ...." Jungkook mengeluh.
"Rasakan! Kau menyebalkan sekali!" seru Jieun.
"Aku 'kan tidak sengaja, Sayang. Aku terlalu memikirkan hari ini, sampai-sampai tertidur," ujar Jungkook, lalu mengerucutkan bibirnya.
"Kau tahu? Hujan saja sampai reda lagi. Satu setengah jam, Kak. Dan kau belum juga datang. Aku ingin pulang saja rasanya," omel Jieun.
"Maafkan aku, ya? Maaf ...," ucap Jungkook memohon.
"Tidak!"
"Es krim?" tawar Jungkook.
"Tidak!"
"Sushi?"
"Tidak!"
"Dua-duanya?" tawar Jungkook lagi.
"Oke! Aku sudah tidak marah," kata Jieun dengan cengirannya.
Jungkook terkekeh. "Gemas sekali, sih? Menikah saja, yuk?"
Jieun memukul bahu Jungkook. "Tidak lucu!"
"Aku serius, Ji. Menikah denganku, yuk? Mau tidak?" tanya Jungkook.
"Umm ...." Jieun tampak berpikir.
"Kalau kau bilang 'tidak', aku tak akan menerimanya. Pokoknya, aku akan terus menanyakannya sampai kau bilang 'iya'," ujar Jungkook memaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDERSTANDING OF LOVE
RomansaTakdir itu terkadang terasa menyakitkan, seperti sebilah pisau yang menyayat tubuh. Namun, takdir juga membahagiankan, ibarat pemandangan di musim semi. "Kau jahat, karena meninggalkanku tanpa alasan yang jelas." Lee Jungkook. "Aku tak bermaksud p...