Cerita lama

2K 209 15
                                    

Hope you enjoy!

--

Jimin lebih dulu bangun dibanding Yoongi. Mata kecilnya menangkap pria itu yang sedang tertidur di sofa ruangan. Hatinya merasa iba memperhatikan tubuh alphanya yang terlihat meringkuk itu.

Apalagi semalam ia habis menendang tubuh Yoongi hingga terjatuh ke lantai.

Lelaki itu pun berdiri sembari membawa selimut di tangannya. Menghampiri Yoongi yang sedang tertidur, mengusap kepalanya lalu memakaikan selimut kuning yang ia bawa ke tubuh pria itu.

Ya, wajar saja, ini berada di pertengahan bulan Januari. Udara masih terasa dingin. Apalagi ini jam lima pagi.

Jimin tersenyum kecil, bergerak mengecup sekilas pipi sang alpha lalu berjalan keluar kamar. Ketika melintasi dapur ia melihat sosok ayahnya yang sedang berdiri menyeduh kopi. "Eoh, appa?" Sapanya pelan.

"Jimin-a... gimana semalam?"

"A-apanya gimana, ish...." Sang ayah tertawa beberapa saat ketika melihat pipi anaknya memerah. "Ah iya, Jihyunie sedang wajib militer?"

"Iya, begitu ia diterima di universitas, langsung mendapat panggilan. Appa jadi sedih tinggal sendiri." Ayah Jimin membuat ekspresi sedih yang dibuat se-mendramatisir mungkin lalu tertawa pelan. "Jimin, ada yang ingin appa bicarakan denganmu."

Pria paruh baya itu membuat gestur meminta Jimin untuk mendekat kearahnya yang berada di dekat meja makan. Jimin berjalan kearah meja makan itu, lalu duduk di sana.

Atmosfer terasa berbeda. Jimin merasakan akan ada perbincangan yang teramat serius dengan sang ayah.

"Kau sudah mengetahui semuanya, Jimin-a?"

"... hm?"

"Tentang dunia kita yang sebenarnya."

"Ah... iya, appa." Jimin menundukkan kepalanya. Sang ayah pun mengelus kepala putranya dengan penuh kasih sayang. Jimin teramat tahu jika yang dimaksud ayahnya perihal dunia alpha, omega dan beta.

Tuan Park menjeda sejenak ucapannya. Tersenyum tipis kearah anaknya itu.

"Kau ingin tahu, kenapa kami-ah, tidak, eomma-mu menyembunyikannya?"

"Eomma... menyembunyikannya?" Suara Jimin terdengar sedikit bergetar. Sejujurnya ia masih belum siap untuk menerima kenyataan yang sebenarnya. Karena ia terlalu takut dengan dugaannya sendiri.

"Jimin... sejujurnya eomma-mu itu tidak mengharapkan kau lahir sebagai seorang omega. Entah kenapa dia sangat tak suka." Jimin menatap kosong lurus kearah meja makan.

Bagaimana bisa, ibunya, wanita yang paling ia sayangi di hidupnya, tidak menerima kelahirannya di dunia ini.

Ia masih ingat senyum hangatnya. Elusan lembut pada kepalanya. Cerita sebelum tidur. Kecupan kecil pada pucuk kepalanya. Semua itu masih terasa segar di pikirannya.

"Eomma-mu pasti punya alasan, Jimin. Appa mohon jangan membencinya." Sang ayah pun ikut sakit ketika melihat ekspresi menahan tangis sang anak.

'Lebih baik aku tak memiliki anak, oppa. Aku tak ingin anakku seorang omega!' Segar diingatannya. Istrinya itu berusaha menutupi dunianya ini dari sang anak sedari kecil. Melewati pendidikan khusus di sekolah dengan berbagai alasan, agar anaknya itu tidak tahu menahu tentang segalanya.

Jimin dipaksa untuk menutup mata tentang dunia.

Tapi ia tahu, sangat teramat tahu, jika istrinya itu punya sebuah alasan. Maka dari itu, ia tidak ingin asal menghakimi istrinya.

Yoongi yang sedari tadi mengikuti percakapan dari awal dengan bersembunyi di balik pintu kamar pun segera keluar menghampiri matenya. Merengkuh tubuh kecil Jimin dengan erat dan membisikkan kata 'tak apa' dan 'aku disini' berulang kali.

"Tuan Park, Jimin serahkan saja padaku." Yoongi berucap pelan. Sementara Ayah Jimin hanya menghela napas, sembari menatap alpha yang memeluk tubuh anaknya itu dengan yakin.

Pria paruh baya itu pun segera meninggalkan meja makan dan pergi berlalu ke dapur untuk membuat sarapan.

"Jimin... sayang, dengarkan aku. Kau mungkin saat ini sangat terpukul. Aku tak mengerti yang kau rasakan, karena aku bukan dirimu. Tetapi, pundakku selalu ada disini untukmu." Yoongi semakin mengeratkan rengkuhannya ketika merasakan pundaknya basah, yang diyakini sebagai air mata sang omega.

Tangan Yoongi bergerak mengusap lembut punggung omega yang sedang menangis itu. Menjadikan bahunya sebagai peredam suara tangisan Jimin.

Setelah dirasa Jimin mulai tenang, Yoongi mengendurkan pelukannya. Menatap wajah sembab pemilik hatinya. Hidungnya memerah lucu. Sebenarnya Yoongi sangat gemas, namun rasa itu ditekan kuat-kuat karena Jimin sedang sedih.

"Gomawo, hyung." Suaranya terdengar parau dan lirih. "Aku... lapar." Yoongi melihat semburat merah tipis yang muncul di pipi Jimin, ah astaga, sangat menggemaskan.

"Arraseo, aku bantu Tuan Park menyiapkan sarapan dulu."

Sisa hari ini dihabiskan oleh Jimin dengan bersantai sembari melihat barang-barang lama miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sisa hari ini dihabiskan oleh Jimin dengan bersantai sembari melihat barang-barang lama miliknya.

Mulai dari foto masa kecil yang diambil oleh ibunya dulu, sampai mainan lamanya. Masih tersimpan rapi di dalam sebuah kotak.

Tidak lama kemudian pintu kamar terbuka menghasilkan sebuah decitan pelan. Seorang pria bersurai hitam dengan aroma hutan pinus khasnya masuk ke dalam kamar itu sembari membawa sekotak es krim.

"Sayang, kau mau es krim?"

"Rasa apa hyung?"

"Rasa cintaku padamu."

"Ish, kenapa kau jadi suka gombal gini sih, hyung." Jimin menolehkan kepalanya kearah Yoongi berada. Mem-poutkan bibirnya lucu, membuat Yoongi tertawa pelan.

Yoongi meletakkan sekotak es krim cokelat itu di dekat Jimin. Ia mengatakan bahwa es krim itu merupakan sogokan dari ayah Jimin agar kekasihnya itu tidak marah padanya.

"Harusnya appa tak perlu susah-susah begini, aku kan tidak marah." Jimin menyendokkan es krim itu ke dalam mulutnya. Lalu menatap sedih kearah Yoongi. "Hanya sedikit kecewa. Tapi aku tak marah, sungguh!"

"Iya iya, aku percaya kok." Yoongi membersihkan sudut bibir Jimin ketika melihat setitik es krim hinggap disana. "Sekarang tersenyumlah, aku yakin eomma-mu akan senang jika melihat anaknya bahagia."

"Gomawo, hyung." Senyum bulan sabit itu kembali. Sekaligus menampakkan aura secerah matahari yang dimiliki Jimin.

Ah, mataharinya. Sang alpha memeluk lembut omeganya. Memeluk sumber kehangatannya.

-TBC-

Aku gatau mau bilang apa:). Yang besok udah masuk kerja atau sekolah, semangat!

-Inicupang, 2020

Serendipity [YoonMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang