Apakah aku seburuk itu?

3.4K 334 13
                                    

Sekarang apdetnya abis buka aja ya, hehe:D
Hope you enjoy!

--

Saat ini, Jimin dan Yoongi berdiri di depan pintu sebuah rumah mewah di kawasan Hannam-dong.

Mewah, benar-benar mewah.

Rumah berlantai ganda, fasilitas modern, kolam renang, pengamanan ketat. Inikah rumah para kebanyakan chaebol?

Memang kawasan itu terkenal akan harga bangunannya yang sangat fantastis.

Melihat area sekitarnya saja sudah terlihat dengan jelas berapa harga untuk setiap rumah. Mungkin sekitar jutaan won.

Menabung sampai tua pun ia tidak akan sanggup untuk membeli rumah di daerah ini.

Jimin sempat berpikir apakah Yoongi seorang artis? Entahlah, ia bahkan tidak terlalu sering mengikuti berita di televisi. Rasanya hidupnya hanya diperuntukkan untuk bertahan hidup dan mencari uang.

Atau pria itu seorang mafia? Ah tidak mungkin mafia adalah orang yang tersembunyi.

Jimin mencoba menenangkan dirinya, dengan mengaitkan tangannya satu sama lain dan merematnya cukup erat.

Tidak lama ia merasakan tangan dingin Yoongi memegang lembut kedua tangannya yang sedang bertaut itu. Jimin mengarahkan matanya menatap Yoongi dan dengan cepat mengalihkan pandangannya ketika mengetahui bahwa pria itu juga menatap dirinya.

Pipinya memanas ketika Yoongi mulai menekan password rumahnya. Menyadari jika mulai hari ini ia akan tinggal bersama pria itu.

Jimin hanya berharap dirinya tidak terlalu ceroboh mengiyakan kemauan pria itu. Ya, walaupun memang ia sendiri yang menyetujui keinginan Yoongi untuk tinggal bersama.

Secara terpaksa.

Flashback.

'Sudah mendekati jam pulang. Keluar lewat pintu belakang, atau lompat saja lewat jendela?' Jimin selesai membersihkan meja terakhirnya.

Lewat sekelebat hal-hal gila demi menghindari sosok Yoongi. Mulai menyesali perbuatannya yang sudah mengiyakan keinginan pria itu.

Ia berlari ke ruangan staff dan meraih tas ranselnya.

Meskipun ia telah mengiyakan permintaan Yoongi, tetap saja ada bagian dirinya yang tidak ingin dan sangat tidak ingin.

Bagaimana kalau ia dijual. Dijadikan budak seks. Dijadikan pelacur. Ah, dirinya sama sekali tidak bisa berpikiran sehat lagi.

"Eh?" Sebelum Jimin sempat meraih paddingnya, sebuah tangan mencengkram pergelangan tangannya.

Ia menatap pemilik tangan itu yang ternyata adalah seseorang yang sangat ia ingin hindari untuk malam ini, ataupun untuk selamanya.

"Ayo Jimin, kita harus segera pergi. Kau harus menyelesaikan beberapa urusan kan di apartemenmu?" Yoongi meraih padding tersebut dan memakaikannya ke tubuh Jimin.

"Urusan... apa?"

"Kau akan pindah, barang-barangmu bagaimana? Ingin dibuang saja semuanya?"

"Tidak! Ah, j-jangan... ada beberapa barang yang sangat penting bagi saya." Jimin yang menyadari dirinya berteriak pun segera memelankan suaranya.

Yoongi sedikit mengernyit ketika mendengar ucapan Jimin yang terkesan kaku. Ya, walaupun itu dapat dimaklumi, mereka hanya pernah bertemu total dua kali.

Serendipity [YoonMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang