thirteen

29 6 0
                                    

Nyaman

>Happy Reading<


Alan masih senantiasa berada disamping bangsal adiknya, dia melihat Rania dengan tak sampai hati, adiknya yang selalu ceria,heboh,selalu membuat kejutan,adiknya yang tangguh,adiknya yang tak pernah menunjukan kesedihan  dan kelemahannya, adiknya yang selalu tersenyum, kini terbaring kaku dengan kepalanya yang diperban,wajah yang sangat pucat, dan bagian kaki yang di perban kain karena terkilir.

"Siapa yang buat kamu kaya gini dek?" lirih Alan sambil mengelus lembut kepala adiknya

3 jam yang lalu dokter baru saja memeriksa dan menangani Rania, "Rania mengalami syok yang cukup serius, kondisi nya yang sedang tidak stabil semakin menambah buruk keadaannya, beruntung pendarahannya tidak serius, dan benturannya tidak mengenai titik intim kepala" kata sang dokter. Alan hanya menghela nafas lelah mendengar penjelasan sang dokter

Sampai saat ini Rania belum juga tersadar, dia masih terbaring lemah di atas bangsal.

"Katanya mau dinner, katanya kangen abang. Nii abang udah ga sibuk, kenapa kamu malah kaya gini?" Alan kembali melirihkan kata-katanya. Tangannya tak berhenti mengelus lembut kepala dan tangan mungil Rania.

Sementara itu Rinsie yang baru kembali dari bagian administrasi terhenyak ketika kembali ke ruangan Rania dan melihat abangnya yang tak berhenti memandangi adik kecil nya itu, yaaa bang Alan memang sangat menyayangi ketiga adiknya tapi dari semua adiknya itu Rania lah yang paling dekat dengan Bang Alan, sehingga tak heran jika dia bersikap seperti ini.

"Bang" ujar Rinsie memecah keheningan di ruangan itu. Ohh Rania memang sudah dipindahkan ke kamar perawatan dokter bilang dia harus dirawat intensif.

"Rania baik-baik aja bang, pasti. Rania adek Rin yang palin tangguh" Ucap Rin menenenangkan, faktanya memang Rania sangat tangguh sangat amat tangguh, tidak sekali-dua kali Ran melindungi keluarganya, dan tidak sekali-dua kali juga Rinsie memergoki Rania yang tengah menyembunyikan lukanya entah karena apa.

"Hm" sahut Alan


'Tok,tok,tok

"Permisi" suara seseorang

"Ocha? kok bisa tau?"

"Rin yang kasih tau kak Ocha Bang, tadi kak Ocha telfon nanyain Bang Alan terus Rin kasih tau ini semua"

"Owhh" Alan hanya mengangguk cepat

Ocha berjalan mendekati Alan. Ternyata benar apa yang diceritakan Rin tadi, Alan memang sangat menyayangi Rania sampai dia seperti ini. Hmm Ocha sudah tau kalau Alan sangat menyayangi ketiga adiknya tapi dia tidak menyangka Alan sampai seperti ini.

"Lan" sapaan lembut Ocha berhasil membuat Alan berbalik ke arahnya. Ocha mengelus surai halus itu.

"Rania akan baik-baik aja Lan" Ocha berangsur merangkul bahu lebar Alan yang sedang duduk

"Dia ga akan suka liat abangnya yang kuat dan berwibawa kaya gini" lanjutnya

"Mana Alan yang selalu kuat, yang selalu bisa melindungi orang yang dia sayang" Ocha tak berhenti mengucapkan kata-kata lembut nan menenengkan untuk Alan

"Kok matanya merah?" Ocha bertanya dengan lembut sambil memegang rahang kekar Alan dan membuat mata mereka saling menatap

"Aku tau kamu ga pernah mau nangis dihadapan orang lain,tapi.....nangislah disaat kamu perlu nangis. Aku ga pernah keberatan dengan itu" Ocha tersenyum hangat dan kembali mengusap surai legam prianya.

NyamanWhere stories live. Discover now