"Alhamdulilah, Marsha positif, bisa di lihat, usia bayi nya masih sangat muda. Jangan terlalu banyak fikiran. Pola makan dan minum di jaga, apalagi Marsha punya sakit maagh kronis yang bisa membahayakan bayi dalam kandungan Marsha sendiri." ucap dokter Fida.
"Ada baiknya Marsha mulai konsumsi asam folat (0.4 mg) setiap hari. Asam folat sangat baik bagi perkembangan janin dan dapat mengurangi resiko kelainan pada batang otak. Jeruk bisa menjadi pilihan ibu hamil karena memiliki jumlah asam folat yang tinggi. Pada saat janin berusia 1 bulan, bagian mulut, rahang bawah dan tenggorokan janin sedang berkembang, kedua mata baru terlihat seperti lingkaran hitam. Sel darah di tubuhnya mulai terbentuk dan sirkulasi pun mulai terjadi. Ukuran janin umur 1 bulan kurang lebih sebesar sebutir beras atau sekitar 6-7 mm." lanjut dokter Fida.
Entah perasaan apa yang sedang menyelimuti pikiran Caca, dada nya berdebar karna khawatir dan panik, jalan pikiran nya sedang senang, sedangkan raut wajahnya terlihat sedih. Ia tak ingin di anggap sebagai wanita perebut. Tapi apa boleh buat, ada kehidupan yang perlu diakui di dalam rahim Caca.
Thariq sedari tadi memperhatikan monitor usg sambil menggenggam tangan Caca, sekilas raut ragu semakin lama semakin memudar digantikan dengan raut gembira. Ia tau Ia salah, bahkan bisa dibilang Ia lelaki brengsek yang merusak satu perempuan tanpa memikirkan keadaan istrinya.
Dokter Fida membersihkan perut Caca dari gel biru tersebut lalu membereskan alat yang biasa disebut dengan transducer. "Mari, kita bicarakan di kursi saja..." ajak dokter Fida.
Caca turun dari ranjang rumah sakit dibantu Thariq, Ia tersenyum tipis, sedangkan Thariq mencium pucuk kepalanya.
"Marsha sepertinya sedang banyak sekali pikiran, lebih baik disingkirkan dahulu, jika seorang Ibu hamil terlalu stres, itu akan berdampak buruk pada janin. Pola tidur juga harus dijaga. Dari kantung mata saja, saya dapat memprediksi kalau Marsha susah atau kurang tidur !" jelas dokter Fida sambil meraba kantung mata Caca.
"Hehehe, iya dok Caca kan emang susah tidur, ditambah lagi belakangan ini mual sama lusing terus bikin makin susah tidur...."
"Baik, kalau begitu nanti saya kasih vitamin aja ya ? Biar mual dan pusing nya bilang !" Caca dan Thariq mengangguk bersamaan.
------
Setelah cukup lama berada di rumah sakit, mereka memutuskan untuk singgah dirumah orang tua Caca sebentar. Sekedar bertegur sapa dan kangen kangenan, tak ada niatan untuk membocorkan rahasia besar yang baru mereka dapatkan.
"Bi Ida, Mama dimana ?" tanya Caca setelah dipersilahkan masuk kedalam rumahnya.
"Diruang makan Non, lagi siapin makan siang !"
"Oooo, yaudah, Liq aku ke Mama bentar yaa ?"
"Hati hati sayang !" kata Thariq sambil mengangguk.
Thariq duduk diruang tamu sambil memainkan ponselnya. Agak lama, Thariq menemukan sudut menarik berisi jajaran foto Caca dan juga Abangnya, mulai dari Caca bayi sampai dengan Caca sekarang.
Namun ada satu foto yang menarik perhatian Thariq. Diantara jajaran foto Caca, ada foto dirinya disana, terpajang dengan frame putih, hanya fotonya tanpa siapapun didalam foto tersebut. Thariq tersenyum.
"Liq, kirain dimana !" Caca menghampiri Thariq.
"Disini doang, abisnya langsung di tinggal sama yang punya rumah hehehehe..."
"Caca mau ngobrol sama Oliq, dikamar Caca ya ?"
"Yuk..."
Caca dan Thariq beriringan berjalan menuju lantai dua, langsung menuju pintu kamar Caca, Caca membuka knop pintu tersebut lalu mengajak Thariq masuk. Mereka duduk di ujung kasur saling berhadapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
second -thariq halilintar.
Fanfiction"Oliq tau, Abi sayang sama Oliq, tapi ga gini caranya, Bi..." "Orang tua ga mungkin ngebiarin anaknya terjerumus kedalam pergaulan yang ga bener !" "Oliq janji bisa bikin dia jadi lebih baik dengan cara Oliq sendiri. Oliq pamit, Mi, Bi "