Mereka bertiga menetap di Bandung dengan perasaan damai sekarang, berada dalam satu apartment yang sama hanya dipisahkan oleh dinding yang terasa dingin saat malam, membuat suasana hati mereka hangat dan nyaman saat bersama di ruang tengah, saat jarum jam menunjukan angka 12.
"Belum mau tidur, hmm ?" Thariq mengusap rambut Caca yang terbaring di dadanya sambil asyik menonton acara tv, sementara di pangkuannya ada Qahtan yang sudah tertidur lelap.
"Belum, matanya belum mau tidur...."
Thariq tersenyum sambil melanjut kan kegiatannya mengelus lembut rambut Caca. Tak berselang beberapa lama, Caca sudah tertidur lelap di dada bidang Thariq, Ia mencium pucuk kepalanya, lalu ikut tertidur bersama kedua malaikat kesayangannya, Caca dan Qahtan.
Pagi nya, Caca terbangun duluan, sebenarnya Thariq dan Qahtan juga sempat terbangun untuk shalat subuh, namun mereka lanjut tidur lagi. Ia sengaja tidak dulu membangunkan Thariq dan juga Qahtan, Ia malah menarik selimut yang sempat jatuh untuk menutupi tubuh dua kesayangan nya dari cuaca pagi Bandung yang cukup dingin itu.
Ia beralih ke kamar nya lalu mengambil sweater putih nya di lemari, bergegas ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya dan menyikat gigi putih nya, setelah selesai iak ber-alih ke depan kaca untuk men-cepol rambutnya menjadi satu, membiarkan leher nya langsung bertemu dengan semilir angin. Mengenakan berbagai produk skincare yang memang Ia bawa dari rumahnya.
"It's all done, let's start the day with bismillah and smile !" ucap Caca sembari tersenyum pada pantulan dirinya di cermin.
Caca pun bergegas ke ruang makan sekaligus dapur untuk menyiapkan sarapan untuk dirinya, Thariq dan juga Qahtan. Tubuh mungil Caca terlihat lincah di depan kabinet tempat Ia memasak, menu yang Ia buat cukup sederhana, yaitu sayur sop dan beberapa fast food yang Ia temukan di lemari pendingin milik Thariq.
Hampir satu jam berkutik di dapur, bertepatan dengan matahari terbit Caca sudah selesai menyiapkan sarapan sekaligus membersihkan semuanya, sebelum Thariq dan Qahtan bangun, Caca menyempatkan diri untuk menyapu dan mengepel apartemen Thariq lalu mandi.
Setelah mandi, nyatanya dua manusia kesayangan Caca masih betah untuk berkelana di dalam mimpi indah masing masing. Maka dari itu, Ia pun bergegas ke ruangan laundry untuk menyuci beberapa pakaian kotor yang sudah sedikit menumpuk di tempatnya. Setelah selesai baru lah Ia membangunkan Thariq dan Qahtan.
"Hey, baby wake up..." Caca mengusap pipi Qahtan lembut begitu juga pipi Thariq.
"Aunty Caca..." suara serak Qahtan sudah mulai terdengar.
"Hi baby, how was your slept ?"
"Good aunty, i dreaming about you and bang Thariq will get married !!"
"Waawww, Qahtan, can you help aunty to waking up your brother ?"
"Sure aunty..."
"Bang thawiq wake up... Heyy are you died ? Bang thawiq, aunty caca wanna go to her home if you not wake up in 3.... 2...--"
"Eh apa ni, ko mau pulang ?!" seru Thariq.
"Engga kok, bercanda sayang ku..." Caca tersenyum begitu pun Thariq.
"Wangi apaan ni... Kayaknya enak deh...."
"Tadi aku masak bentar buat sarapan kita, tapi sebelum sarapan gosok gigi sama cuci muka dulu gih, kalau mau mandi sekalian sana !"
"Laksanakan aunty sayang !" Thariq dan Qahtan menjawab bersamaan
"But, i gamau take a bath aunty.."
"Oliq juga, gamau mandi... Nanti aja rada siangan ! Mau renang dulu soalnyaa"
"Oke deh, terserah kalian... Yang penting sikat gigi sama cuci muka dulu... Biar makin ganteng dua duanya !!"
KAMU SEDANG MEMBACA
second -thariq halilintar.
Fiksi Penggemar"Oliq tau, Abi sayang sama Oliq, tapi ga gini caranya, Bi..." "Orang tua ga mungkin ngebiarin anaknya terjerumus kedalam pergaulan yang ga bener !" "Oliq janji bisa bikin dia jadi lebih baik dengan cara Oliq sendiri. Oliq pamit, Mi, Bi "