Tiga hari kemudian....
"Sayang, Jidah... Malem ini aku pergi dulu yaa, bareng temen temen..."
"Kemana ? Sama siapa ? Bareng Abang ?" Caca menyerbu Thariq dengan banyak pertanyaan.
"Keliling Bandung doang, iya bsareng Ghani, bareng Hisyam, sama yang lain..."
"Ih, Caca ikut dong..." Caca menghampiri Thariq masih dengan celemek kebangsaan nya.
"Acara cowo, Caca ga boleh ikut... Bareng sama Jidah aja yaa... Nanti Khalisha aku suruh kesini...."
"Pelit..."
"Nanti deh kita berdua main lagi.... Kamu juga belum fit."
"Ya udah deh.... Ih Caca lupa lagi manggang sesuatu. Yah, gosong deh...." Caca berlari kecil ke arah oven.
"Huh... Untung ga gosong..." lega Caca dari dapur.
"Jid, gue pergi dulu yaa..."
"Iyaa, ati ati sayang...." Sajidah mengambil tangan Thariq untuk salam.
Thariq tersenyum singkat. Lalu berjalan ke arah dapur.
"Bye sayang...." Thariq mengecup pipi kanan, pipi kiri, dan dahi Caca.
"Bye jelek... Jangan pulang malem malem, Caca ga mau nunggu kaya waktu itu...." Caca berjinjit untuk mencium pipi Thariq.
"Qahtan mana ?"
"Dikamar tadi tu, nonton TV kayaknya..."
"Ooo ya udah deh, aku otw sekarang ya..."
"Hati hati sayang...."
"Bye, love you..."
"Love you too...."
----
"Aunty Caca...." Qahtan menghampiri Caca di ruang tengah.
"Where is Bang Thariq ?" lanjutnya.
"I don't know baby, i am so worry about him... I was called him by phone but he is not active again..." keluh Caca.
"I wanna sleep aunty, can you pick me up ?"
"Sure, let's go..." Caca menggendong Qahtan lalu berlalu kekamar Thariq.
"Ca, Thariq belum pulang ya ?" tanya Sajidah.
"Belum kak, ini Caca mau nidurin Qahtan dulu... Kalau Thor pulang bilangin Caca nya lagi sama Qahtan..."
"Oke, Ca..."
----
"Abang.... Abang lagi sama Thor ga ? Daritadi di telfon ga aktif. Caca takut ada apa apa ...." kata Caca lewat sambungan telfon.
"Iyaa, lagi sama Thor. Bentar lagi pulang kok..." jawab Ghani.
"Yaudah, Caca nitip Thariq, anter pulang aja kalau emang udah ga sadar." cemas Caca.
"Oke, tunggu aja depan pintu."
Dari sambungan telfon saja, Caca tahu dimana Thariq dan Abang nya berada. Salah satu tempat clubbing di Bandung yang memang cukup terkenal. Terletak di Dago Atas.
Caca mengambil hoodie hitam Thariq, sekarang jam satu subuh, cuaca mulai dingin di tambah dengan hujan yang cukup lebat. Ia memakai hoodie tersebut, begitu juga dengan topi hoodienya. Ia menunggu di ruang tengah, terduduk sambil memainkan ponselnya, berharap Ghani atau Thariq akan menelfonnya.
Hampir setengah jam Ia menunggu, rasa kantuk mulai menjalari tubuhnya. Namun tiba tiba, terdengar bel dari pintu apartemen Thariq. Ia melihat dulu dari bolongan kecil di pintu tersebut, setelah yakin kalau itu Thariq dan Ghani, Ia pun membuka kan pintunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
second -thariq halilintar.
Fanfic"Oliq tau, Abi sayang sama Oliq, tapi ga gini caranya, Bi..." "Orang tua ga mungkin ngebiarin anaknya terjerumus kedalam pergaulan yang ga bener !" "Oliq janji bisa bikin dia jadi lebih baik dengan cara Oliq sendiri. Oliq pamit, Mi, Bi "