Tut tut tut..
.
.
.Doyoung mengelap air matanya sesaat setelah ia mematikan telfon nya.
"Saya tau kamu disini"
Matanya terpenjat, tubuhnya kaku, dan pikirannya kosong. Objek manusia di depannya ini sungguh membuatnya berfikir.
Apakah ini nyata? Atau dia hanya berhalusinasi.
"Ngapain?" tanya Doyoung dengan suara yang masih serak.
"Jemput kamu"
"Ngapain jemput saya?"
"Karena saya mau"
"Saya gak mau jadi perusak hubungan orang lain lagi..." Kini suaranya semakin pelan.
"Saya ga bilang begitu"
"Tapi faktanya begitu--" doyoung berhenti.
"--Tolong, jangan kasih saya harapan kaya gini... Saya cuma manusia lemah yang sok jadi kuat!"
Taeil menghela nafas, sungguh manusia di depannya ini sangat keras kepala.
"Apa terlihat begitu?" Doyoung mengiyakan dengan anggukan.
Sekali lagi taeil menghela nafas, mungkin ini tidak akan semudah pikirannya.
Keduanya akhirnya memilih untuk diam.
"DOOOYY--" suara itu berhenti melihat seseorang di sebelah Doyoung.
"Oh yut..."
"Gw kira lo bakal pulang sekarang" sambung yuta.
"Ah iya, ini mau pulang kok.."
Yuta menatap taeil, dengan tatapan mengintimidasi.
"Siapa?"
"Taeil, nama saya moon taeil"
"Oh, yang ninggalin Doyoung?" sarkas yuta.
Taeil hanya tersenyum kecut sambil kembali menatap jalanan yang sepi karena sudah mulai sore.
"Lu juga ninggalin gw setan!" balas Doyoung.
Mereka ber4 kini duduk di caffe terdekat untuk berbincang.
.
.
.
."Jadi?"
"Saya mau bawa Doyoung pulang"
"Buat?"
"Apa perlu alasan?"
"YAIYALAH! Hubungan aja perlu kejelasan apalagi hal kaya gini BUTUH ALASAN YANG LOGIS" sarkas yuta kembali.
Sungguh mereka berdua memang mirip.
Doyoung=yuta.
Winwin dan taeil hanya diam menyimak percakapan.
"Saya mau dia ada disamping saya setiap hari.."
"Dengan cara? Lu pikir gw gatau sifat dan cerita kalian berdua gimana... Udah ya! Kalo mau nyakitin ini manusia gw udah duluan, udah kebanyakan sakit ini orang! Kesian ga sih lu?"
Taeil tersenyum.
"Biarkan kita berdua aja yang tau"
"Klasik" Doyoung memotong percakapan mereka berdua.
"Kalo Doyoung udah bilang gitu... Maaf, lu mundur aja" yuta menegaskan.
"Kenapa harus? Saya berjuang lama untuk orang ini.."
"Iya! Tapi disaat orang ini luluh lo seenak jidat pergi ninggalin dia dengan alasan klasik yang sukses buat dia kesini nyamperin gw!" bentak yuta.
Semua mata menatap meja mereka yang gaduh, winwin segera menenangkan yuta.
Pacarnya kalo udah marah ngeri.
Taeil menghela nafas. Matanya fokus menatap minuman di depannya.
Membiarkan suasana lebih tenang dari sebelumnya. Ia tidak mungkin bilang bukan? Bahwa pernikahannya dengan calon istrinya hanyalah persetujuan sementara.
Agar keduanya bisa mendapat keuntungan masing masing? Bukan karna mencintai satu sama lain.
Namun alasan ini sungguh klasik bukan? Untuk dijelaskan dalam situasi seperti ini.
"Beri saya alasan kenapa kamu menahan Doyoung disini sedangkan kamu memiliki kekasih"
"Dia temen gw!" tegas yuta.
"Kalau begitu, dia milik saya, jelas bukan?"
Semuanya melihat kearah taeil, dengan tatapan heran.
Terutama Doyoung.
"Tidak ada yang harus saya katakan lagi, kami berdua pamit" kemudian taeil menarik tangan Doyoung keluar menuju caffe
•
•
•
•
•Karna kisah taeil sama Doyoung terlalu blur, maka kita perjelas
Aku bikin sekuel untuk mereka berdua, gimana? Ngena ga?
Anyway aku baru publish cerita NOMIN yang kemungkinan bakal aktif publish setiap hari
Judulnya ordinarius, baca ya 😭🙏🏻
Akhir kata mohon maap bila ada salah dan menulis terutama memberikan ending yang sangat kurang asem.
Kurang lebih nya terima kasih dan sampai jumpa di work aku yang baru
Salam cinta💖 Ochi
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAL%- (Musuh Tapi Jadian) END
RandomCinta itu buta, bisu, tuli dan mematikan ❗Warning❗cerita ini mengandung unsur kegemasan yang hqq dan memiliki efek samping seperti, kasur anda berantakan :) terimakasih •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• Haechan...