"Sampai kapan aku harus mengikuti
permainanmu ini?"—재 13 장 : 선배—
"Maaf." Ucapku sembari menunduk. Aku tidak mengerti kenapa ia malah mengajakku kerumahnya. Padahal minimarket tadi sangat dekat dengan rumahku. Oke lupakan, aku sedang memperhatikan Yoongi yang sedang membuatkanku teh.
Aku tidak mengerti mengapa alat pembuat teh itu berada dikamar. Dan disamping alat itu, terdapat alat pembuat kopi.
"Sunbae. Dengar aku. Maafkan aku. Ia hanya teman sekelasku."
Ia masih tidak menjawabku dan tetap menyuruhku untuk duduk dipinggir ranjangnya yang besar ini. Rumahnya sangat mewah dan besar. Katanya ayah ibunya baru saja pergi ke Busan.
"Sunbae—.."
"Diam atau aku akan menyiksamu."
"Seram sekali.." gumamku lalu memeluk diriku sendiri. Ia berbalik, memperlihatkan wajahnya lalu memberikanku teh.
"Mau tidak?"
"Tidak."
Ia terdiam sesaat lalu menaruh teh itu kembali dimejanya. "Pulanglah." Ucapnya. "Hah?" Aku tidak mengerti kenapa ia malah mengusirku. "Untuk apa kau membawaku kesini jika kau menyuruhku pulang?!" Aku segera bangkit berdiri dan berniat melangkah keluar dari kamar, namun ia menahanku lalu memelukku dari belakang.
"Aku bercanda, by. Jangan seperti itu, aku membawamu kesini agar kau tidak pulang."
"Lepaskan aku." Kesalku lalu mencubit tangannya. "Astaga! Sakit! Galak sekali sih pacarku ini.." ucapnya lalu lagi-lagi bibirnya dicemberutkan lagi. "Sunbae. Jangan seperti itu."
"Memangnya kenapa? Sini. Peluk dulu.."
"Manja sekali.." gumamku lalu memeluknya. Ia terkekeh lalu berusaha bersembunyi didadaku. "Ih! Jangan seperti itu!" Aku langsung mendorongnya. "Makanya minum tehnya." Aku kesal lalu segera meminum tehnya.
"Sudah!"
"Nah, gitu dong!"
"By, mau bermain sesuatu tidak?" Ia menarik tanganku untuk duduk diujung ranjangnya. "Apa?" Aku meladeninya dengan malas. "Saling melihat dan tidak boleh kedip. Jika ada yang kalah. Harus melakukan apa yang dimau yang menang.." jelasnya. Astaga itu gampang sekali.
"Gampang!"
"Baiklah. Ayo kita mulai. 1. 2. 3."
Aku membuka mata lalu menatapnya yang tersenyum kearahku. Wajahku masih terlihat cuek dan tetap melihat matanya. Astaga, aku tidak fokus saat melihat matanya yang indah itu. Tiba-tiba ia berkedip-kedip.
"YEY AKU MENANG!" Teriakku bersemangat.
"Astaga itu cuma latihan."
"Tidak. Tidak. Pokoknya aku menang. Lalu kenapa kau bisa kalah?"
"Karena kau terlalu cantik. Silau sekali dimataku."
Pipiku memanas. Aku memalingkan wajahku. Ia langsung terkekeh dan mengacak rambutku. "Sudah. Jangan seperti itu. Kamu semakin silau jadinya.."
"Sunbae! Jangan seperti itu lagi. Mending berkata seperti itu kepada Yeona!" Teriakku kesal karena ia melupakan fakta bahwa saat itu aku marah padanya.
"Hm? Yeona? Yang kutahu hanya kau."
"Sunbae, aku serius."
"Yang kucinta hanya kau."
"Sunbae!"
"Aku sudah tidak ada hubungan lagi dengan Yeona."
"Lalu cincin itu?" Aku memegang tangannya lalu memainkan cincin itu yang tersemat dijarinya. "Sebenarnya kau memegang tanganku untuk menunjukkannya atau memang ingin memegang tanganku?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Two Prince and The Fortuneless
Fanfictioncompleted✔️ Gadis kekurangan, tidak beruntung, miskin, dan tak berguna. Ia masuk kesekolah bergengsi, dimana disana terdapat murid-murid pilihan. Gadis yang masuk karena berprestasi, disukai 2 lelaki terkenal. Ia berusaha menghindari semua penderita...