7

1K 52 0
                                    

" kak Fikri? Ngapain ke sini? Kok gak nelpon dulu? " tanya ku begitu aku membukakan pintu rumah ku dan justru menemukan dirinya di depan rumah ku saat ini dengan pakaian kebanggaannya. Baju kaos, celana jeans dan jaket denim yang melekat pas di tubuhnya.

" sengaja gue gak ngabarin. Kan biar surprise. " ucapnya tertawa membalas pertanyaan ku barusan.

Dirinya pun mulai mendekati ku yang masih terpaku karena terkejut dengan kedatangannya yang tiba - tiba ke rumah ku tanpa mengabari terlebih dahulu. Dan begitu dirinya sudah berdiri di hadapan ku, dirinya kembali membuat ku terdiam tak bergerak karena ulah nya yang tiba - tiba mencium kening ku lama sembari mengusap kepala ku beberapa kali.

Jika saat dulu kak Fikri memperlakukan ku seperti barusan, aku akan bersikap biasa saja dan tak terlalu ambil pusing dengan ulah nya ini. Namun kali ini berbeda. Aku sudah tau jika dirinya menyukai ku, dan aku pun sudah mencoba untuk belajar melihat sosok kak Fikri sebagai pria yang menyukai ku. Bukan lagi sosok kakak yang selalu menyayangi ku, seperti dulu.

" Ta? Hey? kok diem gitu? Hello? " tanyanya begitu melepaskan ku dan berdiri di hadapan ku seperti sebelumnya sembari menjawil hidung ku pelan.

" kakak ih!!! " ujar ku berseru seraya memukul - mukul tubuhnya beberapa kali setelah aku sadar dari keterkejutan ku.

" eh? eh? Kenapa? Ini kenapa mukul - mukul gue? Ta? Merta? " tanyanya bingung sembari membawa ku ke dalam pelukannya dan menggengam ke dua tangan ku dengan salah satu tangannya yang bebas sambil mengelusnya beberapa kali.

" elo tuh. Kenapa nyium gue tiba - tiba gitu. Kan gue nya jadi malu. Ish! " jawab ku singkat dengan nada tak jelas karena aku menguburkan wajah ku di dadanya.

" malu kenapa emang? Gue kan cuma cium kening lo? Kayak biasa kan Ta? Jangan pukul - pukul ah, sakit tangan lo nanti. Kalo tangan lo merah gimana. " tegurnya pelan sembari tetap mengelus lembut ke dua tangan ku sambil menelitinya dan memastikan ke dua tangan ku tak memerah karena memukul tubuhnya beberapa kali barusan.

" abisnya, lo tiba - tiba begitu. Tiba - tiba aja nyium gue gitu. Kaget tau gak. " ujar ku pelan dan sedikit tak jelas karena wajah ku masih terkubur di tubuh kak Fikri.

" biasanya juga gue nyium kening lo kayak gitu, lo gak pernah mukul gue ah. " sahutnya bingung dengan ulah ku barusan.

" kan itu sebelum gue tau kalo lo suka sama gue. Sekarang kan gue udah tau elo suka sama gue dari lama. Kalo sekarang gue nya jadi malu. " protes ku lagi pada dirinya dan membuat kak Fikri kembali tertawa karena dirinya akhirnya mengerti apa yang membuat ku memukulinya sampai heboh seperti tadi.

" bagus dong kalo lo malu. Berarti elo punya usaha buat mandang gue sebagai laki - laki yang bisa bikin elo memerah pipinya. Kan udah gue bilang gue mau bikin lo jatuh cinta sama gue. " ujarnya tertawa melihat wajah ku yang masih saja memerah malu.

" ya kan gak gitu juga kak. " gerutu ku. Tapi kak Fikri masih saja tertawa melihat ku seperti ini.

" Tapi, tangan lo sakit gak abis mukulin gue? " ujarnya menghentikan tawanya sembari menanyai ku serius. Bahkan tangan ku masih berada di dalam genggamannya saat ini.

" enggak kok. " balas ku singkat sambil mengangkat wajah ku dan membuat kami saling berpandangan.

" jangan lagi mukul - mukul gitu ah. Sakit nanti tangan lo. " tegurnya sekali lagi dan hanya ku jawab dengan anggukkan kepala ku.

" hmm. "

*****

" lo ngapain ke sini? " tanya ku pada dirinya tetap di depan pintu setelah cukup lama aku menikmati pelukannya dan mulai menguraikan pelukan kami berdua.

BUKA HATI (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang